Senin, 28 Januari 2013

Kondisi Sosiologi Masyarakat Tambleg


Banyak hal yang begitu  menarik ketika berbicara mengenai Kampung Tambleg. Tambleg adalah salah satu kampung yang sangat indah, sejuk, dan nyaman terletak di daerah Desa Cidikit, Kec. Bayah Kab. Lebak Prov. Banten. Letak georgarafisnya terdiri dari daerah pegunungan gunung pasir Malang menurut salah seorang tokoh yakni bapak Parta pada saat diwawancarai menyebutkan bahwa kampung ini adalah lokasi tempat batu besi yang tempat itu di jaga oleh batu keris 7 lapis, konon katanya tempat ini banyak mengandung emas, tapi emas tersebut baru bisa di dapatkan setelah bisa menembus pejaganya yakni batu keris 7 lapis.
Pak Parta menyebutkan bahwasannya penamaan Tambleg di ambil dari bahasa sunda dengan akar kata Namleg artinya melekat, diam, berhenti. Kemudian dengan seiring perubahan kata maka daerah tersebut namanya berubah nama menjadi Tambleg maksudnya bila ada orang yang berkunjung ke daerah ini maka biasanya orang tersebut akan merasa adem, nyaman dan betah untuk mukim disini, setiap orang yang yang berniat jahat maka akan takluk dan tidak ada apa-apanya berhadapan dengan orang Tambleg.
Informasi lain yang didapatkan dari ketua adat (red. Bapak Sadna) beliau menceritakan bahwa awal mula kampung Tambleg ini diawali ketika saat anak-anak dari sebuah keluarga berkumpul, datanglah seorang ayah dan memberi nama kampung ini dengan kampung Tambleg, konon katanya kata Tambleg ini merupakan kirata (dikira-kira tapi nyata) maksudnya perkiraan orang-orang tua dahulu yang biasanya menjadi kenyataan, katanya Tambleg ini adalah tempat menyimpan barang-barang pusaka yang sudah lama terpendam, kampung Tambleg mengandung arti tempat menyimpan barang-barang lama. Pada zaman dahulu nenek moyang kampung ini memperediksi bahwasannya nanti pada suatu saat beberapa tahun ke depan akan ada orang dari tepi pantai selatan mengungsi karena tanah dan tempat orang-orang pantai selatan tersebut akan habis dibeli oleh orang-orang bule, dan akan ada bangunan-bangunan dan yang mengisinya adalah para sarjana dan para santri juga akan ada lapangan kerja yaitu lokasi batu besi yang luasnya 25 Hektar, akan ada juga jalan lintas antara pantai Sawarna sampai daerah Bogor, dan ternyata prediksi tersebut pada saat ini jadi kenyataan misalnya: di daerah ini banyak tambang besi dan emas, pernah kedatangan Menteri Agama Drs. Surya Dharma Ali, para pejabat  dan para tokoh lainnya ketika terjadi ambruknya bangunan MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) yang menewaskan 1 orang siswa.
Pada zaman dulu mula-mula yang membuat rumah disini yaitu Uyut Isah ada juga yang menyebutnya bapak Iska, pada waktu awal mula kedatangannya daerah ini masih berbentuk hutan belantara, kemudian bapak Isah membukalah perkampungan baru dan selanjutnya beliau memiliki 5 (lima) orang anak yaitu yang bernama: Sarim, Alman, Rapiah, Sakmendi, dan Iti.
Sumber lain menyebutkan Uyut Isah ini memiliki putra/I uyut Udi (keturunannya ki adot, nini arheni, ki haya), uyut Lami’ah (keturunannya ma Tata, ki Aryana, Ki alhana, ni aspeni), ma tata memiliki putra bernama: ki Madhari (ayahnya Pak Adtoni), ki mihad (Naga Mekar), Sahati (keturunannya Salwinah, Zaed, Saedi) uyut Iti, Salwinah (keturunannya abah Ukar, Pak Parta, Rumsiti (Naga Jaya), Suanah, Sukmanah )  Pak Parta (Ali, Neli) cucu (Yogi, Yuni, Anto, Bayu, Jamil) penduduk yang sekarang kebanyakan dari keturunan uyut lamiah. Seiring berjalannya waktu akhirnya uyut Isah dipanggil Ilahi meninggal dunia sekarang makamnya berlokasi di dekat lapang sepak bola. Selanjutnya beliau memiliki keturunan dan bermukim di sini tidak merantau tapi menetap di Tambleg sehingga lama kelamaan penduduk Tambleg semakin banyak sampai sekarang kurang lebih ada 120 KK.

Demikianlah sedikit cerita mengenai sejarah Tambleg. Begitu banyak hal menarik yang didapatkan setelah mengunjungi Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Terutama mengenai keadaan masyarakatnya. Seperti suasana pedesaan pada umumnya, pertama kali mengunjungi daerah tersebut, kita dapat merasakan suasana kekerabatan yang amat kental, kontras  jika dibandingkan dengan lingkungan perkotaan yang masih mengutamakan individualisme masing - masing. Tak heran,  sebagian besar dari warganya memiliki hubungan keluarga satu sama lain. Tetapi hal tersebut tidak menjadikan mereka bersikap defensive, mereka bersikap terbuka sekali dan begitu ramah terhadap pendatang. Senyuman dan sapaan hangat menjadi makanan sehari – hari masyarakat Tambleg. Begitu pun ketika kita lewat di depan rumah mereka, tak segan – segan mereka mempersilakan untuk berkunjung dan memberi makanan yang tak sedikit.
             Sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai petani. Mereka memiliki sawah dan lading mereka sendiri untuk bercocok tanam. Pagi – pagi sekali mereka sudah berangkat dan pulang di sore hari untuk mengurusi sawah mereka. Walaupun usia mereka sudah tak lagi muda tetapi terlihat semangat mereka yang begitu luar biasa. Kekuatan fisik memang menjadi kelebihan mereka. Karena itu, mereka jarang sekali membeli bahan makanan pokok untuk dikonsumsi. Mereka  mengambil hasil pertanian dan perkebunan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Padi, jengkol, singkong dan pete menjadi bahan makanan favorit yang ada di masyarakat Tambleg.
Hal – hal yang berbau mistis masih melekat kuat pada masyarakat di sana. Kepercayaan – kepercayaan seperti upacara adat, pemberian sesajen dan hal – hal spiritual lain menjadi tradisi yang susah dihilangkan dalam masyarakat. Padahal, seluruh warga Tambleg adalah muslim, tetapi tetap saja kepercayaan nenek moyang tersebut tak dapat dipisahkan. Ada juga yang cukup mengganggu yaitu banyaknya anjing berkeliaran dimana – mana. Tak tahu pasti apakah itu anjing peliharaan orang ataupun anjing liar, yang jelas mereka dibebaskan begitu saja, berkeliaran dimana – mana. Memang anjing tersebut tidak mengganggu, tetapi bagi umat muslim cukup menjadikan was – was dengan anjing yang berkeliaran dan menginjak lantai – lantai rumah warga.
Dari segi pendidikan, bisa dikatakan pendidikan masyarakat Tambleg masih begitu rendah. Di sana hanya ada sebuah sekolah dasar dan sebuah SMP dengan fasilitas yang dikatakan kurang memadai. Pernikahan dini masih marak terjadi di kalangan masyarakat. Parahnya, budaya kawin – cerai juga merupakan hal yang biasa di Kampung tersebut.  Banyak hal yang harus diperbaiki di sana. Semoga akan banyak orang – orang yang datang ke sana untuk menginspirasi dan memperbaiki kondisi masyarakat di Tambleg.



BACA JUGA :

3 komentar:

  1. kang..., di tambleg ada yang disebut "pasir janji" gemana sejarahnya ya...? mohon penjelasan. Hatur nuhun...

    BalasHapus
  2. wah saya malah belum pernah dengar itu, Pak :)

    BalasHapus