Sabtu, 07 Desember 2013

Guru 12 Purnama

Terhitung hampir beberapa tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku sekolah dan masih dalam masa ababil, aku pernah memiliki sebuah impian dengan salah seorang sahabatku waktu itu. Impianku ketika itu yaitu ingin menulis sebuah buku, akibat maraknya novel - novel teenlit remaja yang dulu seakan menyihirku ( dan ketika aku baca lagi sekarang ternyata ..hmm...pliss...sangat lebay ^__^ ), aku berkeinginan mengikuti tren masyarakat untuk membuat buku. Hanya sekedar impian anak - anak. Begitu besar pengaruh buku - buku yang kubaca pada masa itu membuat imajinasiku semakin berkembang. Tetapi sayangnya entah mengapa aku tidak pernah berhasil menyelesaikan cerita - ceritaku. Selalu saja tak ada ujung pangkalnya. Masa demi masa telah berganti, impian tinggallah impian. Semakin bertambahnya usia, semakin lupalah aku dengan impian - impian masa lalu akibat kesibukan yang tak tentu arah. Sekolah, ujian, lulus, kuliah, bekerja benar - benar tak ada waktu untuk menulis sampai akhirnya tibalah jalan-Nya yang mengharuskan aku masuk pada program Sekolah Guru Indonesia. Di sini aku mau tak mau dipaksa untuk menulis. Dipaksa??!! ya dipaksa. Dipaksa yang positif tentunya, karena menulis menjadi salah satu jalan kita untuk mentransfer ilmu kita, mengungkapkan segala yang kita pikirkan dan rasakan supaya bermanfaat bagi sesama. Guru harus bisa menulis, begitu kata mereka.  Tiba - tiba semua itu membuatku bertemu dengan impian masa lalu yang sempat terkubur. Bukankah dulu menulis adalah kegiatan favoritku ? Perjuangan merangkaikan kata - kata memang tak semudah itu lagi bagiku. Bukan ...bukannya karena aku tak mampu, tetapi lebih karena aku tidak terbiasa lagi menulis. Seperti kata orang, menulis itu suatu ketrampilan bukannya keahlian, jadi semua orangpun dapat melakukannya. Akhirnya Alhamdulillah, melalui program yang aku ikuti sekarang satu impian  tiba - tiba tercuat kembali dalam ingatan. Satu karya yang akan menjadi kenangan dalam hidupku. Sebuah buku, walaupun bukan buku yang aku karang secara pribadi, aku hanya mengisi sedikit cerita di dalamnya bersama teman - teman SGI 4 lainnya. Walaupun begitu, hal ini menjadi suatu kebanggaan sendiri dalam hidupku, because it's just about my dream. Yeah it's really my first book,  buku " Guru 12 Purnama " yang berisi cerita pengalaman  - pengalaman mengajar teman  - teman SGI 4 selama di penempatan.

 Itulah kekuatan mimpi ... janganlah takut bermimpi karena kita tak akan pernah tahu kapan mimpi kita akan menjadi nyata. Bersabarlah dan lihatlah keajaiban Allah akan datang untukmu ketika kau yakini semuanya akan dikabulkan oleh-Nya. Impianku selanjutnya ... membuat buku sendiri yang entah kapan dapat terwujud. Insya Allah. Aamiin ^_____^

* Thanx SGI *

Kamis, 05 Desember 2013

Esok Kiamat ??!!

Begitu banyak cerita yang dapat dibagi ketika kita mengajar. Setiap hari ada saja cerita. Baik suka maupun duka, rasa haru, bahagia, sedih, kesal, semua berkumpul menjadi satu. Tetapi hal tersebut yang membuat hidup lebih berwarna. Itulah alasan mengapa aku suka mengajar.  Mengajar anak – anak khususnya, membuat kita terkadang tersenyum melihat kepolosan mereka ataupun gemas melihat mereka yang tak dapat diam,  begitu senang bermain berlarian kesana kemari tanpa kenal lelah. Mereka yang lugu dan polos, hanya bermain, bermain dan bermain yang mereka senang lakukan, terutama anak kelas bawah atau kelas 1, 2 dan 3. Seperti pada hari ini, hari ini waktuku mengajar kelas 3 di sekolah. Jam mengajarku pun tiba,  aku segera memasuki ruangan kelas 3 untuk memulai pelajaran. Tetapi ada yang mengherankan ketika aku masuk ke dalam kelas. Aku melihat beberapa dari mereka berkerumun, yang lain duduk terdiam, sebagian siswa menangis, terutama siswa perempuan. Sisanya menunjukkan raut wajah kekhawatiran. Aku bingung, apa sebenarnya yang terjadi pada mereka. “ Ada apa ini ? Mengapa kalian menangis  ?” tanyaku pada mereka. Mereka hanya terisak, wajah mereka memerah dan penuh dengan air mata. Ada apa sebenarnya, pikirku. “ Ada yang bisa jelaskan?” tanyaku. Seorang siswa berkata padaku sambil menangis, “ Esok kate kiamat Bu…hiks…” kata mereka. Kiamat ??!!! . “ Siapa yang bilang esok kiamat ?” tanyaku lagi.  Biak – biak Bu nok nyebut tek, “ kata mereka dalam bahasa Belitung yang kurang lebih artinya, anak – anak yang bilang. Ohh…aku baru mengerti ternyata ada kabar burung besok akan terjadi kiamat sehingga mereka semua menangis. “ Ada meteor  Bu yang mau jatuh ke sini, “ seorang anak menjelaskan padaku, padahal aku saja tak yakin anak itu mengerti apa itu meteor. “ Ibu….kalau besok kiamat bagaimana Bu…huhuu…” kata anak – anak yang lain. Kelas sudah mulai ribut, menangis . “ Bu... kalau kiamat kita jadi gak bisa bertemu orang tua kita kan Bu. “. “ Terus kami bagaimana, Bu.” Mereka mulai ribut sendiri membahas masalah kiamat. “ Sudah … sudah …” aku beruaha menenangkan mereka. Aku tak tahu dari mana mereka mendengar kabar seperti itu yang jelas ini harus diluruskan “ Sekarang semua kembali ke tempat duduknya masing – masing. “ Perlu banyak waktu untuk membuat mereka duduk tenang. Memang kelas ini begitu luar biasa, cukup menghabiskan suara untuk mengatur mereka yang membuatku gemas dibuatnya. “ Sudah…semua diam. Dengar ibu ya..” kataku pada mereka “ Tidak ada siapapun di dunia ini yang tahu kapan kiamat datang. Baik itu Pak Kyai, Pak Ustadz, Pak Presiden semua tak ada yang tahu. Apalagi kita. Manusia tak ada yang tahu kapan kiamat itu terjadi, yang tahu hanya Allah. “ Mereka terdiam mendengar penjelasanku. “ Hanya Allah yang tahu kapan kiamat datang, bisa jadi kiamat datang besok, minggu depan, tahun depan…atau mungkin satu jam pagi, satu menit lagi. “ tambahku.  “ Ibu jangan takut – takuti kami Bu, “ celetuk seorang anak yang mulai khawatir akan segera datang Hari Akhir  tersebut. “ Ibu tidak menakut – nakuti kalian, ibu hanya memberi tahu bahwa kiamat pasti terjadi entah kapan datangnya. Sekarang tugas kita sebagai manusia adalah selalu berbuat yang terbaik sebagai bekal persiapan ketika kiamat datang supaya kita bisa masuk surga. Maka dari itu kita harus rajin ibadah. Rajin shalat, rajin mengaji. Hayo…sehari shalat wajib ada berapa waktu? “ “ Limaaaaaaaaa” jawab mereka serempak. “ Siapa yang di kelas ini shalatnya masih bolong – bolong ngaku ?” tanyaku. Beberapa anak mengacungkan tangan dengan khawatir. “ Nah itu dia…shalat itu wajib dilaksanakan jadi tidak boleh bolong. Mulai sekarang rajin – rajinlah  shalat ya, sehari 5 waktu, biar bisa masuk surga.” Mereka mengangguk. “ Selain itu kita harus rajin mengaji. Siapa yan di kelas ini mengaji setiap hari ? “ tanyaku.  Sebagian besar mengacungkan tangan. “ Bagus…Pintar semua. Kita harus rajin mengaji juga supaya bisa masuk surga. Selain itu ada lagi yang dapat membuat kita masuk surga. Apa itu ? “ “ Berbuat baik Bu, “ jawab seorang siswa. “ Betul sekali. Kita harus berbuat baik setiap waktu, karena kebaikan kita akan dicatat sebagai pahala yang akan membawa kita ke surga. Salah satu cara berbuat kebaikan yaitu dengan cara  menuruti apa kata orang tua dan guru. Kita tak boleh ya membantah perintah orang tua dan guru karena itu tidak baik. Kalau ada guru menerangkan harus mendengarkan itu tandanya kita hormat dengan guru kita. “ Mereka mengangguk – anggukkan kepalanya. “ Selain itu kita harus menyanyangi teman kita, jangan suka mengganggu dan berkelahi dengan kawan, tidak jadi deh masuk surganya gara- gara berkelahi. “ Aku menasehati mereka karena kelas ini memang kelas yang agak susah diatur dan sering sekali berkelahi satu sama lain. “ Ibu…maafkan kami ya, “ mereka kemudian maju menyalamiku dan memelukku masih dengan air mata yang membasahi wajah mereka. “ Maaf kalau kami banyak salah . “ Kemudian mereka berkeliling kelas menyalami teman – teman mereka untuk saling bermaafan. Aku tersenyum melihat tingkah laku mereka. Sungguh .. lucu sekali anak – anak itu. Begitu polos dan lugu. Hari ini aku bersyukur, kelas 3 lebih dapat dikendalikan dari biasanya, dan semoga begitu pun seterusnya.  ^__^