Kamis, 31 Januari 2013

Pak Irsan Penjaga Keamanan


Memasuki  daerah Zona Pengembangan Insani , kami disambut oleh sesosok pria berseragam biru tua lengkap dengan pentungan orange di tangannya. Bapak separuh baya ini menyapa dengan ramah sambil tersenyum dan menanyai perihal identitas dan keperluan kami di tempat tersebut. Beliau adalah salah seorang security di Bumi Pengembangan Insani yang sedang bertugas. Beliau bernama Bapak Irsan Malik, Pak Irsan begitulah biasanya kami memanggil. Pria berusia 38 tahun ini tinggal tak jauh dari tempat kerjanya, lebih tepatnya di Gang Harapan 2, Jampang. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata sebenarnya beliau  bukanlah orang asli Jampang. Pak Irsan adalah seorang perantau dari pulau seberang nan jauh di sana, Sulawesi, tepatnya di kota Palu.  Pria kelahiran 7 Januari 1975 ini memiliki keinginan kuat untuk merantau dan mencari nafkah di kota lain. Setelah kelulusannya dari SMA pada tahun 1993, pada tahun 1995 dia mulai mengadu nasibnya di ibukota yang katanya lebih kejam daripada dari ibu tiri, Jakarta.
            Atas bantuan pamannya yang ada di Jakarta, akhirnya mulai tahun 1995 sampai dengan 2000 beliau mendapatkan pekerjaan sebagai pelaksana proyek pembangunan yang ada di banyak tempat di Indonesia seperti Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, dan Tangerang sebelum akhirnya beliau mendapat amanah untuk menjalankan proyek Madaniyah di Parung, Bogor. Perlu diketahui bahwa sebelum adanya Bumi Pengembangan Insani, Dompet Dhuafa tempat tersebut dimiliki oleh Sekolah Madaniyah, sekolah elit bertaraf internasional yang cukup dikenal oleh masyarakat. Namun pada tahun 2004, sekolah tersebut pindah ke daerah Telaga Kahuripan dengan alasan mencari tempat yang lebih luas untuk dipakai membangun gedung sekolah. Akhirnya pada tahun itu pula, terjadilah pergantian kepemilikan dari Sekolah Madaniyah menjadi Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa.
            Ketika terjadi pergantian kepemilikan, Bapak Irsan mendapatkan kabar dari kakak iparnya bahwa Lembaga Pengembangan Insani butuh banyak sekuriti. Karena tugas beliau di proyek juga sudah selesai, maka Pak Irsan mencoba untuk melamar untuk menjadi bagian salah satunya. “ Sebenarnya saya berasal dari SMEA administrasi, tetapi tak tahu mengapa saya jadi banting setir menjadi seorang satpam. Memang sepertinya sudah takdir Allah seperti itu, “ kata beliau sambil tersenyum penuh syukur. Setelah menjalani seleksi dan serangkaian tes yang cukup ketat akhirnya beliau cukup beruntung diterima menjadi salah satu  dari tujuh sekuriti di LPI dari puluhan orang yang mendaftar. Yah … jalan hidup memang begitu susah ditebak. Akhirnya sampai saat ini tak terasa sudah sekitar 9 tahun beliau berkiprah di Lembaga Pengembangan Insani.
            Sebagai orang yang sudah cukup lama tinggal di Jampang, beliau menilai lingkungan Jampang sebagai lingkungan yang cukup baik. “ Saya merasa nyaman dan betah tinggal di Jampang mbak karena di sini rasa kekeluargaannya begitu erat, tak seperti di kota – kota pada umumnya, “ kata beliau. “ Selama ini juga daerahnya cukup aman, mungkin dulu pernah terjadi kasus – kasus kriminalitas, tetapi itu dulu sekali sewaktu disini masih dipakai oleh Sekolah Madaniyah. Sekarang mah aman, “ tambahnya.
            Sebagai seorang petugas keamanan di Bumi Pengembangan Insani, beliau mempunyai beberapa kewajiban yang harus dijalankan. Di antarannya yaitu menjaga pos satpam untuk mengetahui keluar masuknya orang di lingkungan tersebut, membantu menyebrang jalan di depan BPI, membuat laporan khusus pemakaian ruangan dan tak lupa patroli keliling lingkungan BPI sejam sekali. Untuk jam kerjanya sendiri tak tentu, yang pasti setiap sekuriti punya jatahnya masing – masing, dua hari di sesi pagi yaitu jam 06.00 – 14.00, dua hari di sesi siang, yaitu jam 14.00 – 22.00 dan dua hari di sesi malam antara pukul 22.00 – 06.00. Seminggu sekali mereka mendapatkan jatah libur.
            Ketika ditanya apakah selama ini ada kejadian yang tidak menyenangkan mengenai keamanan yang terjadi di lingkungan LPI, beliau menjawab bahwa pernah terjadi sekali kasus pencurian di akhir tahun 2011 yang cukup menggemparkan. “ Saat itu pukul 12 siang waktunya istirahat, “ Pak Irsan bercerita “Makmal pendidikan dikejutkan dengan hilangnya 4 buah laptop yang diletakkan di atas meja. Laptop – laptop tersebut letaknya berjajaran. Padahal di Makmal tersebut sudah dipasang CCTV yang tidak diketahui oleh security ataupun orang – orang lain. Tetapi si pencuri seolah – olah tahu, dia menutup CCTV tersebut sebelum menjalankan aksinya. Sampai saat ini belum diketahui penyelesaian dari masalah tersebut. Yah kita hanya bisa berharap yang terbaik saja untuk pencurinya, “ tambahnya. Memang masalah keamanan adalah masalah yang sangat krusial yang harus diperhatikan.
            Profesi penjaga keamanan yang sudah digelutinya 9 tahun sudah menjadi bagian hidupnya. Walaupun ada tawaran yang lebih menarik untuk bekerja di tempat lain, Pak Irsan merasa berkeberatan untuk meninggalkan pekerjaannya yang sekarang. Beliau sudah merasa nyaman, dekat dengan keluarga dan mendapat gaji yang berkah . Itu hal yang cukup untuk beliau. Begitu banyak pelajaran yang dapat diambil dari dari kesederhanaan dan ketulusan Pak Irsan sebagai petugas keamanan yang bermanfaat bagi banyak orang. Jasanya senantiasa menjaga lingkungan BPI tak boleh dipandang sebelah mata. Bukankah menjadi bagian dari salah satu lembaga zakat adalah pekerjaan yang begitu mulia ?

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar