Sabtu, 07 Desember 2013

Guru 12 Purnama

Terhitung hampir beberapa tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku sekolah dan masih dalam masa ababil, aku pernah memiliki sebuah impian dengan salah seorang sahabatku waktu itu. Impianku ketika itu yaitu ingin menulis sebuah buku, akibat maraknya novel - novel teenlit remaja yang dulu seakan menyihirku ( dan ketika aku baca lagi sekarang ternyata ..hmm...pliss...sangat lebay ^__^ ), aku berkeinginan mengikuti tren masyarakat untuk membuat buku. Hanya sekedar impian anak - anak. Begitu besar pengaruh buku - buku yang kubaca pada masa itu membuat imajinasiku semakin berkembang. Tetapi sayangnya entah mengapa aku tidak pernah berhasil menyelesaikan cerita - ceritaku. Selalu saja tak ada ujung pangkalnya. Masa demi masa telah berganti, impian tinggallah impian. Semakin bertambahnya usia, semakin lupalah aku dengan impian - impian masa lalu akibat kesibukan yang tak tentu arah. Sekolah, ujian, lulus, kuliah, bekerja benar - benar tak ada waktu untuk menulis sampai akhirnya tibalah jalan-Nya yang mengharuskan aku masuk pada program Sekolah Guru Indonesia. Di sini aku mau tak mau dipaksa untuk menulis. Dipaksa??!! ya dipaksa. Dipaksa yang positif tentunya, karena menulis menjadi salah satu jalan kita untuk mentransfer ilmu kita, mengungkapkan segala yang kita pikirkan dan rasakan supaya bermanfaat bagi sesama. Guru harus bisa menulis, begitu kata mereka.  Tiba - tiba semua itu membuatku bertemu dengan impian masa lalu yang sempat terkubur. Bukankah dulu menulis adalah kegiatan favoritku ? Perjuangan merangkaikan kata - kata memang tak semudah itu lagi bagiku. Bukan ...bukannya karena aku tak mampu, tetapi lebih karena aku tidak terbiasa lagi menulis. Seperti kata orang, menulis itu suatu ketrampilan bukannya keahlian, jadi semua orangpun dapat melakukannya. Akhirnya Alhamdulillah, melalui program yang aku ikuti sekarang satu impian  tiba - tiba tercuat kembali dalam ingatan. Satu karya yang akan menjadi kenangan dalam hidupku. Sebuah buku, walaupun bukan buku yang aku karang secara pribadi, aku hanya mengisi sedikit cerita di dalamnya bersama teman - teman SGI 4 lainnya. Walaupun begitu, hal ini menjadi suatu kebanggaan sendiri dalam hidupku, because it's just about my dream. Yeah it's really my first book,  buku " Guru 12 Purnama " yang berisi cerita pengalaman  - pengalaman mengajar teman  - teman SGI 4 selama di penempatan.

 Itulah kekuatan mimpi ... janganlah takut bermimpi karena kita tak akan pernah tahu kapan mimpi kita akan menjadi nyata. Bersabarlah dan lihatlah keajaiban Allah akan datang untukmu ketika kau yakini semuanya akan dikabulkan oleh-Nya. Impianku selanjutnya ... membuat buku sendiri yang entah kapan dapat terwujud. Insya Allah. Aamiin ^_____^

* Thanx SGI *

Kamis, 05 Desember 2013

Esok Kiamat ??!!

Begitu banyak cerita yang dapat dibagi ketika kita mengajar. Setiap hari ada saja cerita. Baik suka maupun duka, rasa haru, bahagia, sedih, kesal, semua berkumpul menjadi satu. Tetapi hal tersebut yang membuat hidup lebih berwarna. Itulah alasan mengapa aku suka mengajar.  Mengajar anak – anak khususnya, membuat kita terkadang tersenyum melihat kepolosan mereka ataupun gemas melihat mereka yang tak dapat diam,  begitu senang bermain berlarian kesana kemari tanpa kenal lelah. Mereka yang lugu dan polos, hanya bermain, bermain dan bermain yang mereka senang lakukan, terutama anak kelas bawah atau kelas 1, 2 dan 3. Seperti pada hari ini, hari ini waktuku mengajar kelas 3 di sekolah. Jam mengajarku pun tiba,  aku segera memasuki ruangan kelas 3 untuk memulai pelajaran. Tetapi ada yang mengherankan ketika aku masuk ke dalam kelas. Aku melihat beberapa dari mereka berkerumun, yang lain duduk terdiam, sebagian siswa menangis, terutama siswa perempuan. Sisanya menunjukkan raut wajah kekhawatiran. Aku bingung, apa sebenarnya yang terjadi pada mereka. “ Ada apa ini ? Mengapa kalian menangis  ?” tanyaku pada mereka. Mereka hanya terisak, wajah mereka memerah dan penuh dengan air mata. Ada apa sebenarnya, pikirku. “ Ada yang bisa jelaskan?” tanyaku. Seorang siswa berkata padaku sambil menangis, “ Esok kate kiamat Bu…hiks…” kata mereka. Kiamat ??!!! . “ Siapa yang bilang esok kiamat ?” tanyaku lagi.  Biak – biak Bu nok nyebut tek, “ kata mereka dalam bahasa Belitung yang kurang lebih artinya, anak – anak yang bilang. Ohh…aku baru mengerti ternyata ada kabar burung besok akan terjadi kiamat sehingga mereka semua menangis. “ Ada meteor  Bu yang mau jatuh ke sini, “ seorang anak menjelaskan padaku, padahal aku saja tak yakin anak itu mengerti apa itu meteor. “ Ibu….kalau besok kiamat bagaimana Bu…huhuu…” kata anak – anak yang lain. Kelas sudah mulai ribut, menangis . “ Bu... kalau kiamat kita jadi gak bisa bertemu orang tua kita kan Bu. “. “ Terus kami bagaimana, Bu.” Mereka mulai ribut sendiri membahas masalah kiamat. “ Sudah … sudah …” aku beruaha menenangkan mereka. Aku tak tahu dari mana mereka mendengar kabar seperti itu yang jelas ini harus diluruskan “ Sekarang semua kembali ke tempat duduknya masing – masing. “ Perlu banyak waktu untuk membuat mereka duduk tenang. Memang kelas ini begitu luar biasa, cukup menghabiskan suara untuk mengatur mereka yang membuatku gemas dibuatnya. “ Sudah…semua diam. Dengar ibu ya..” kataku pada mereka “ Tidak ada siapapun di dunia ini yang tahu kapan kiamat datang. Baik itu Pak Kyai, Pak Ustadz, Pak Presiden semua tak ada yang tahu. Apalagi kita. Manusia tak ada yang tahu kapan kiamat itu terjadi, yang tahu hanya Allah. “ Mereka terdiam mendengar penjelasanku. “ Hanya Allah yang tahu kapan kiamat datang, bisa jadi kiamat datang besok, minggu depan, tahun depan…atau mungkin satu jam pagi, satu menit lagi. “ tambahku.  “ Ibu jangan takut – takuti kami Bu, “ celetuk seorang anak yang mulai khawatir akan segera datang Hari Akhir  tersebut. “ Ibu tidak menakut – nakuti kalian, ibu hanya memberi tahu bahwa kiamat pasti terjadi entah kapan datangnya. Sekarang tugas kita sebagai manusia adalah selalu berbuat yang terbaik sebagai bekal persiapan ketika kiamat datang supaya kita bisa masuk surga. Maka dari itu kita harus rajin ibadah. Rajin shalat, rajin mengaji. Hayo…sehari shalat wajib ada berapa waktu? “ “ Limaaaaaaaaa” jawab mereka serempak. “ Siapa yang di kelas ini shalatnya masih bolong – bolong ngaku ?” tanyaku. Beberapa anak mengacungkan tangan dengan khawatir. “ Nah itu dia…shalat itu wajib dilaksanakan jadi tidak boleh bolong. Mulai sekarang rajin – rajinlah  shalat ya, sehari 5 waktu, biar bisa masuk surga.” Mereka mengangguk. “ Selain itu kita harus rajin mengaji. Siapa yan di kelas ini mengaji setiap hari ? “ tanyaku.  Sebagian besar mengacungkan tangan. “ Bagus…Pintar semua. Kita harus rajin mengaji juga supaya bisa masuk surga. Selain itu ada lagi yang dapat membuat kita masuk surga. Apa itu ? “ “ Berbuat baik Bu, “ jawab seorang siswa. “ Betul sekali. Kita harus berbuat baik setiap waktu, karena kebaikan kita akan dicatat sebagai pahala yang akan membawa kita ke surga. Salah satu cara berbuat kebaikan yaitu dengan cara  menuruti apa kata orang tua dan guru. Kita tak boleh ya membantah perintah orang tua dan guru karena itu tidak baik. Kalau ada guru menerangkan harus mendengarkan itu tandanya kita hormat dengan guru kita. “ Mereka mengangguk – anggukkan kepalanya. “ Selain itu kita harus menyanyangi teman kita, jangan suka mengganggu dan berkelahi dengan kawan, tidak jadi deh masuk surganya gara- gara berkelahi. “ Aku menasehati mereka karena kelas ini memang kelas yang agak susah diatur dan sering sekali berkelahi satu sama lain. “ Ibu…maafkan kami ya, “ mereka kemudian maju menyalamiku dan memelukku masih dengan air mata yang membasahi wajah mereka. “ Maaf kalau kami banyak salah . “ Kemudian mereka berkeliling kelas menyalami teman – teman mereka untuk saling bermaafan. Aku tersenyum melihat tingkah laku mereka. Sungguh .. lucu sekali anak – anak itu. Begitu polos dan lugu. Hari ini aku bersyukur, kelas 3 lebih dapat dikendalikan dari biasanya, dan semoga begitu pun seterusnya.  ^__^

Senin, 25 November 2013

Masalah Psikologis Anak

Sedikit perbincangan dengan pakar psikologi perkembangan anak, Ibu Yeti Widiati. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi semua. Chayooo ^___^

Tanya ( Yuchie ) :
Di sekolah saya sebagian besar siswanya broken home,  kurang perhatian orang tua, biasa tak ada yang mengatur sehingga susah sekali mengaturnya. Selain itu di sekolah ini guru - gurunya keras sekali pada murid karena beranggapan hanya itu satu - satunya mengatur anak - anak. Jadi muridnya sudah terbiasa dikeras. Saya mencoba beda dengan guru - guru lan, sedikit lunak walaupun mencoba tegas, tapi karena mereka terbiasa dididik keras, mereka cenderung menjadi manja dan dekat, terlalu dekatnya sampai mereka berani bahkan terkadang menjadi kurang ajar. Jadi, sepertinya betul kata guru - guru kalau satu - satunya jalan harus dikeras, bagaimana menurut ibu?

Jawab :

Wah tantangannya luar biasa sekali. Saya bisa membayangkan situasi berat yang dihadapi.
Membaca dari apa yang disampaikan oleh Yuchie, saya menyimpulkan bahwa Yuchie sudah memahami kebutuhan siswa dan tahu juga apa yang "seharusnya" dilakukan. Kesulitannya adalah bagaimana "menakar" keras dan lunak dalam bertindak kepada siswa.
Yuchie saya berikan beberapa point agar lebih jelas, kapan kita tidak diizinkan dan kapan diizinkan bertindak "keras"
1. Konsekuensi yang kita berikan harus logis dan sesuai dengan respon anak. Misalnya kalau anak menjatuhkan barang, maka ia harus mengambilnya. Maka kalau anak ribut kemudian dipukul, itu bukan konsekuensi logis.
2. Konsekuensi bisa saja tidak logis, tapi harus dibicarakan dan disepakati terlebih dahulu. Misalnya, terlambat datang ke sekolah maka anak harus push up (misalnya). Ini tidak logis, tapi kalau sudah disepakati terlebih dahulu bersama siswa maka bisa dilakukan.
3. Konsekuensi harus dibicarakan terlebih dahulu. Atau diperingatkan terlebih dahulu, sehingga siswa tahu bahwa mereka bisa memilih respon. Kalau melakukan A maka akan terjadi B, kalau melakukan C maka akan diperoleh D. Sehingga tidak boleh konsekuensi dilakukan secara serta merta, mendadak, dengan hukuman yang muncul begitu saja.
4. Konsekuensi harus masuk akal dan bisa dilaksanakan. Kalau Yuchie mengatakan, "Kalau kamu nakal, ibu gak mau ngajar kamu lagi", tapi besoknya Yuchie datang, maka siswa tahu kalau konsekuensi seperti itu tidak akan dilaksanakan oleh Yuchie.
5. Jalankan konsekuensi dengan konsisten. Kalau sudah bilang A maka lakukan A. Biasanya salah satu yang membuat anak melunjak adalah karena tidak ada konsistensi dan tidak ada kewibawaan. (Kewibawaan terbentuk karena konsistensi bukan karena kekerasan)
6. Keras dan konsistenlah terhadap hal-hal yang bersifat prinsip, tapi fleksibel dalam jalan/caranya. Yang kerap terjadi pada banyak guru dan orang tua seringkali sebaliknya. Keras terhadap cara (memukul, mencubit, membentak), tapi lemah dalam konsistensi, (melarang terlambat, tapi dirinya terlambat, satu saat marah sekali terhadap kesalahan, lain kali biasa-biasa saja, dll)
7. Ketika memilih tindakan, maka bukan emosi yang jadi dasar, tapi keburukan apa yang akan terjadi bila kita membiarkan perbuatan tersebut. Misalnya, kalau ada siswa yang melunjak atau berbuat tidak hormat, maka menurut saya Yuchie layak bertindak keras, bukan karena ingin dihormati, tapi karena perilaku tersebut akan membawa keburukan bagi siswa tsb di masa depan. Jangan lupa menjelaskan pada siswa mengapa Yuchie berbuat seperti itu. Sampaikan saat anak sedang tidak dalam keadaan emosi. Ibarat berdiri di pinggir jurang, maka kita harus menarik tangannya, sekalipun tangan itu keseleo, tapi akibatnya masih lebih baik dibanding jatuh ke jurang.

Yuchie, ada baiknya Yuchie kembali menegaskan hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan baik terkait proses pembelajaran di kelas maupun terhadap Yuchie sebagai pribadi.
Jelaskan dan sepakati konsekuensi apa yang akan terjadi bila siswa atau Yuchie sendiri melanggar kesepakatan bersama tersebut.
Jalankan dengan konsisten, dan teguhlah dengan hal prinsip. Berkeras dengan hal prinsip (bukan menggunakan kekerasannya) tidak mengapa selama Yuchie yakin bahwa akan terjadi hal yang lebih buruk bila tidak dilakukan. Dalam hukum Islam, mengapa mencuri, membunuh, berzina dihukum sangat keras, adalah karena bila dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan yang jauh lebih besar. Tapi untuk anak, konteksnya berbeda, meskipun prinsipnya sama.
Gak logis kalau Yuchie mengharapkan setelah melakukan ini semua, maka siswa keesokannya langsung menjadi baik. Ini pekerjaan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Tapi bukan perubahan itu yang akan dinilai dari Yuchie, melainkan usahanya.
Tetap semangat dan semoga sukses. Yakin deh, bahwa semua ini akan menjadi sangat bernilai nantinya. Ibaratnya intan, maka semakin digosok akan semakin bernilai ...
Cheers ...

Terima kasih Bu Yeti  Widiati

Selamat Hari Guru



Dulu… dulu aku berpikir bahwa bekerja di perusahaan  terkenal seperti Pertamina, Astra ataupun BUMN itu begitu hebat, begitu sibuknya melamar kesana kemari berharap dapat diterima di sebuah perusahaan bergengsi, itu dulu …. Dulu aku menganggap menjadi pegawai Bank Indonesia dengan gaji 10 juta per bulan itu luar biasa. Betapa kecewanya ketika hanya tinggal beberapa tahap lagi dapat ikut andil di dalamnya, namun sayangnnya gagal. Tetapi itu dulu … Dulu aku menganggap menjadi bekerja di kementrian pusat sebagai pegawai negeri itu sangatlah keren. Bagaimana tidak…ribuan penduduk Indonesia yang melamar  dengan jumlah formasi yang  tak sebanding, menjadi kebanggan tersendiri jika diterima, tetapi itu dulu. Betapa  sempitnya cara pandangku dulu yang menganggap materi ataupun cara pandang masyarakat yang menganggap “keren” suatu profesi menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang. Bahkan bukan gaji besar  ataupun orang lain menganggap apa yang jadi masalah, tetapi apakah jiwa itu muncul di setiap detik gerak – gerik kita melakukan pekerjaan? Apakah keikhlasan itu muncul ketika kita berjuang menyelesaikan satu persatu tugas yang diberikan ? Apakah ada sesuatu yang bermakna dari semua hal yang kita kerjakan yang akan membawa kebaikan pada diri kita ? Sungguh pertanyaan – pertanyaan itulah yang seharusnya dari dulu sudah kupikirkan. Walaupun terlambat dan harus melalui jalan yang berliku seakan diriku yang tak memiliki tujuan sibuk berjalan kesana kemari, Alhamdulillah cahaya itu tiba. Cahaya kebenaran yang menyinari setiap langkah kehidupan sesuai dengan panggilan jiwa dan lubuk hati yang terdalam. Panggilan untuk dapat bermanfaat tak hanya untuk diri sendiri, tak hanya untuk keluarga, dan tak hanya untuk membesarkan nama perusahaan semata. Panggilan itu ada karena adanya keinginan untuk dapat bermanfaat bagi sesama. Begitupun supaya dapat berbuat sesuatu tak hanya sekedar materi belaka. Panggilan itu ada karena merupakan amanah dari-Nya. Kepercayaan yang begitu besar untuk belajar dan terus belajar, memperbaiki diri sehingga dapat menjadi suri tauladan bagi sesama. Itulah kata hati. “ Sungguh sayang, kecerdasanmu tak pantas hanya untuk menjalani profesi yang begitu biasa. Kamu harusnya bisa menjadi seseorang yang lebih daripada itu, “ kata mereka. Itu hanya pendapat mereka saja, manusia,  aku pun tak peduli. Keras hati iya… bodoh juga iya… Jalan pikiran yang tak umum dimiliki oleh sebagian besar orang. Biarlah orang berkata apa, yang penting hatiku selalu turut serta bersamaku. Karena suara hati itulah yang membawa suara Illahi, sebagai petunjuk-Nya untuk menempuh jalan hidupku sebenarnya. 

" SELAMAT HARI GURU "

Teruntuk seluruh guru yang ada di Indonesia

Selamat berjuang menebar manfaat dimanapun berada.

Keep Spirit ^____^








Jumat, 22 November 2013

Siswaku Indigo !!!



Siang itu cuaca pulau Belitung begitu cerah. Langit biru membentang, hanya sedikit awan yang melengkapi keindahan lukisan Sang Kuasa. Aku mengamati siswa – siswi SD Muhamadiyah Tanjungpandan Belitung, tempatku mengajar saat ini, tengah melepaskan energinya berlari kesana kemari, bermain di tengah lapangan sekolah mengisi waktu istirahatnya. Sebagian  sibuk memegang makanan ringan dan minuman, serta yang lain sibuk menjilati es yang memang tampak menggiurkan untuk dinikmati di tengah suhu udara yang kian meninggi. Tiba – tiba seorang siswa datang ke kantor . Tampak kepanikan di raut wajahnya, “ Bu… Femi pingsan!!!, “ katanya dengan nafas tersengal – sengal, terlihat letih setelah berlarian. Lagi – lagi pingsan, batinku dalam hati. Femi memang berkali – kali pingsan di sekolah.  Aku dan guru – guru lain segera menuju ruangan kelas lima, kelas di mana Femi berada. Sayang seribu sayang, sekolah yang aku diami saat ini tak memiliki ruangan UKS seperti standard sekolah pada umumnya disebabkan belum ada ruangan yang bisa dijadikan tempat. Karena itu, kami agak kesulitan untuk menangani kasus siswa yang sakit seperti ini. Sebelum ke kelas lima aku menyempatkan diri mengambil minyak kayu putih yang ada di kamarku yang kebetulan ada di dalam lingkungan sekolah. Setengah berlari aku menuju ruangan kelas lima dengan minyak kayu putih di dalam genggaman.
            Suasana kelas lima saat itu begitu ramai dengan para siswa yang berkumpul berkerumun Tak hanya kelas 5 saja, tetapi semua siswa dari kelas lain pun ikut datang ingin tahu apa yang terjadi. Aku menyuruh mereka menjauh, karena mereka membuat suasana kelas menjadi padat dan panas, khawatr dengan kurangnya oksigen yang dibutuhkan oleh si anak pingsan. Aku masuk ke depan kerumunan melihat Femi sudah terkapar di atas dua meja yang telah disatukan. Aku memegangi tubuhnya. Kepalanya panas, sedangkan tangan dan kakinya begitu dingin akibat keringat dingin yang keluar. Aku dan guru – guru berusaha memijat – mijat tubuhnya, tangan dan kakinya supaya aliran darahnya dapat lancar. Minyak  Kayu putih pun tak ketinggalan diciumkan pada lubang hidungnya supaya dia kembali pulih.
            “ Apa sebenarnya yang terjadi ?” Tanya seorang guru pada siswa –siswi yang ada di sana.
            “ Ini, Bu, Riki dan Fandi tadi menyuruh Femi  ke kamar mandi untuk melihat hantu. Akhirnya dia pingsan, Bu, “ seorang anak menjelaskan.
            “ Riki !!!Fandi !!!! Apa yang kalian lakukan?,” kata guru itu marah, “ Kalau terjadi apa – apa pada Femi, apa kalian mau bertanggung jawab ? “
            Riki dan Fandi hanya diam sambil menundukkan kepala. Tampang mereka menunjukkan rasa takut dan penyesalan. Aku tahu anak – anak itu hanyalah bercanda seperti layaknya anak – anak biasa. Tetapi kali ini kasusnya berbeda, yang menjadi bahan bercandaan adalah anak bernama  Femi. Femi memang sedikit berbeda, dia memiliki kelebihan yang tak dimiliki anak – anak lain. Dia adalah anak indigo yang biasa orang menyebutnya dengan seseorang yang memiliki kemampuan indra ke-6. KArena itu dia memiliki kemampuan khusus yaitu bisa melihat dan merasakan hal – hal yang ghaib. SAyangna fisiknya masih begitu lemah, dia masih belum kuat menerima apa yang menjadi kelebihannya tersebut, sehingga sewaktu – waktu dia bisa pingsan ataupun kerasukan. Terlebih lagi kalau dia mengunjungi tempat – tempat yang bisa disebut “angker”. Salah satunya di sekolahku yaitu kamar mandi sekolah. Dia sebenarnya tak diizinkan oleh orang tuanya dan guru – guru untuk ke kamar mandi sekolah. Karena kalau dia ke tempat tersebut walhasil dia akan pingsan. Memang kata gossip – gossip yang beredar kamar mandi itu banyak penunggunya. Aku sendiri pun tak tahu pasti kebenarannya. Wallahu ‘Allam. Kamar mandi sekolah memiliki 4 ruangan. Saat ini yang dipakai hanyalah 2 kamar mandi, sisanya dibiarkan rusak dan kotor begitu saja entah mengapa.
            Femi perlahan membuka matanya. Dia tampak begitu lemah. Kami memberinya minum supaya keadaannya lebih baik. “ Femi tak apa – apa ? “ Tanya kami. Dia hanya menggeleng. Matanya menutup kembali tapi kami tahu dia sudah sadar, dia menyebut – nyebut ayahnya. Seorang guru mencoba memanggil orang tuanya ke sekolah. Femi membuka matanya kembali, sayu. Lama dia terdiam tak berkata apapun. Dia menatap kosong ruangan, seperti orang kerasukan. Aku tak berhenti memijit – mijit tangannya sambil membacakan ayat – ayat Al Qur’an. Kami pun membimbingnya untuk menyebut Asma Allah. Tiba – tiba tubuhnya yang masih terbaring di meja, punggungnya terangkat sendiri. Tubuhnya seperti kesakitan. Aku tak lepas memegang tangannya sambil terus menerus membaca ayat – ayat Al Qur’an. Punggungnya kemudian kembali ke posisi semula. Tetapi tak lama kemudian, punggungnya terangkat kembali dan ekspresinya tampak kesakitan. “Femi…apa yang terjadi padamu Nak, “ bisikku lirih. Aku begitu khawatir dengan keadaannya sedangkan aku sendiri tak tahu apa yang harus kulakukan, aku tak pernah menangani kasus seperti ini sebelumnya, yang aku hanya dapat lakukan hanya berdoa. Begitulah berkali – kali kejadian itu terjadi. Alhamdulillah setelah itu tubuhnya  mulai tenang, dia tetap terbaring sambil membuka matanya, tubuhnya masih lemah. Tetapi pandangannya masih kosong. “ Femi…Femi….” Kami memanggil – manggil namanya sambil menggerakkan tangan kami di depan matanya. Tetapi dia hanya diam, pandangannya tetap kosong. “ Istighfar Femi…Istighfar, “Suatu keanehan kembali terjadi padanya. Dia yang tadinya hanya diam saja tanpa ekspresi. Tiba – tiba matanya berkedip cepat dan dia tersenyum sendiri. Aku melihat menuju ke arah tatapan matanya, namun yang kulihat hanyalah sebilah papan tulis kosong. Dia kembali tak berekspresi, tetapi tak lama kemudian kembali dia mengeluarkan seyuman tanpa arti. Agak menakutkan memang. Semua orang menjadi merinding melihatnya.
            Seorang ibu paruh baya datang yang kuketahui adalah ibunya Femi. Ibu itu langsung memeluk dan menenangkan Femi. Femi yang melihat ibunya datang memanggil ibunya lirih, “ Ma..ma.. “ Ibu Femi menuntun Femi membaca istighfar perlahan, membiskkan terus menerus kalimat Astaghfirullahal ‘Adzim ke telinganya. Femi sepertinya mulai kembali kesadarannya. Tatapannya tak lagi kosong walaupun tubuhnya masih lemah, dia menyadari ibunya tengah berada di sampingnya. Ibunya menggosok – gosok tubuhnya sambil meminumkan air putih padanya. “ Beginilah Bu, “ kata Ibu Femi kepada kami “ Memang Femi itu seperti ini. Tubuhnya begitu lemah. Kami sudah berusaha mengobatinya, mencoba membuat tubuhnya kuat atau menghilangkan kemampuan ‘melihatnya’ tetapi masih belum berhasil. Kalau dia ke kamar mandi sekolah pasti seperti ini. “
            “ Iya, saya pun sudah menyuruh Femi kalau mau ke kamar mandi mending ke panti saja, jangan ke kamar mandi sekolah, “ kata Bu Suharti, salah seorang guru yang juga pengurus panti yang berada di depan sekolah.  “ Ini karena ulah Fandi dan Riki, Bu. “ Anak yang ditunjuk hanya diam tak bergeming. Guru – guru memarahi Riki dan Fandi yang menjadi penyebab kejadian itu. Ibu Femi kemudian menengahi, “ Riki dan Fandi lain kali kalau mau main dengan Femi jangan ajak ke kamar mandi , ya, “ katanya halus, “ Femi pun tak kuat jika harus ke sana. “ Riki dan Fandi hanya mengangguk sambil menunduk. Tak lama kemudian ibu Femi membawa anaknya pulang ke rumahnya.
            Anak indigo adalah anak yang diberikan kelebihan oleh Tuhan untuk memiliki kemampuan lebih dibandingkan yang lain. Terkadang orang melabelinya dengan cap khusus seperti “anak aneh”  atau “ anak abnormal.” Padahal anak indigo sama layaknya dengan anak – anak lain hanya bedanya dia dapat memiliki penglihatan di luar manusia normal, dapat melihat hal – hal ghaib dan juga biasanya memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ciri – cirri yang dimilikinya biasanya  emosi yang suka meledak – ledak, tingkat kesensitivan yang tinggi, terkadang suka berbicara sendiri ataupun sakit yang dideritanya seperti sakit kepala ataupun sakit lambung. Biasanya anak dengan kemampuan ini diberi kemampuan lebih oleh Allah untuk menyembuhkan orang yang sakit.  Begitu istimewanya anak ini sehingga sudah seharusnya orang tua yang diamanahkan untuk merawatnya di dunia, memberi perhatian lebih, terutama dalam hal spiritual, memperkokoh keimanan dan ketakwaannya sehingga menjadi anak yang tumbuh dengan jiwa yang sehat karena dengan begitu kemampuannya akan banyak bermanfaat untuk orang lain. Karena setiap anak yang dilahirkan di muka bumi mengemban amanahnya masing – masing, hal yang sudah dituliskan oleh Allah sebagai pencipta manusia. Begitu pun dengan anak indigo, mereka ada di dunia karena adanya amanah dari Allah untuk melakukan sesuatu hal yang luar biasa di dunia dengan kelebihan yang dimilikinya, sekarang tergantung orang tua dan pendidiknya yang seharusnya dapat mengarahkan anak tersebut sehingga amanah itu dapat terpenuhi.

Minggu, 17 November 2013

Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu

Bagi kalian yang peduli dengan anak negeri, ingin berkontribusi langsung demi kemajuan pendidikan di Indonesia .. yukk sama - sama bahu membahu memberikan sumbangsih terbaik kita dalam program Kolong Ilmu. Ditunggu partisipasinya yaa ^__^


Senin, 28 Oktober 2013

Makna dari Kisah Abu Thalib



Ada  sebuah kisah penuh hikmah mengenai salah satu tokoh terpandang bagi masyarakat Mekah. Seorang tokoh yang bersama dirinyalah Rasulullah SAW tumbuh dan dididik menjadi seorang pemuda yang jujur, ahli dalam berdagang serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dialah Abu Thalib, paman terdekat Nabi Muhammad yang merawat Muhammad sejak kecil. Muhammad kecil yang yatim piatu  diserahkan kepada Abu Thalib untuk dijaga walaupun tanpa kemapanan ekonomi. Dengan sepenuh hati beliau membesarkan Muhammad dan begitu mencintai Muhammad melebihi anaknya sendiri. Dari pamannyalah, Rasulullah SAW belajar berdagang sehingga menjadi pedagang yang sukses. Sampai saat Rasulullah menerima wahyunya yang pertama dan mulai menyebarkan Islam pun Abu Thalib  masih setia menjaga dan membela Muhammad dari kejahatan kaum Quraisy. Padahal kala itu Abu Thalib masih terpengaruh ajaran nenek moyang dan menolak mengikuti ajaran Allah. Tetapi, karena begitu sayangnya seorang paman kepada keponakannya, dengan tetap berpegang teguh pada keyakinannya, Abu Thalib tetap melindungi Rasulullah dalam berdakwah.  Ketika Abu Thalib sakit dan ajalnya akan tiba, Rasulullah menuntun pamannya untuk bertobat dengan mengucapkan Lailahailallah. Rasulullah sendiri berjanji  akan membela pamannya nanti di sisi Allah SWT karena jasanya yang sangat besar untuk Islam dan Rasulullah. Satu hal yang belum dilakukannya hanya mengucapkan syahadat. Tetapi takdir berkata lain, Abu Thalib wafat sebelum dia sempat mengucapkan syahadat dan memberikan kesedihan yang mendalam kepada Rasulullah. Sebesar apapun Rasulullah mencintai pamannya,   Rasulullah tak dapat menentukan siapa yang berhak diberikan hidayah  Tidak boleh orang beriman untuk meminta ampunan kepada orang musyrik walaupun kerabatnya  sendiri karena jelas – jelas bahwa orang yang musyrik merupakan penghuni  neraka.  Seperti ayat yang telah dijelaskan yaitu
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.  ( Q.S. Al Qasas : 56 )
Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil mengenai kisah di atas di antaranya yaitu pelajaran untuk selalu bersyukur akan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, khususnya kita sebagai kaum muslimin. Kenikmatan yang melebihi dari bumi, langit dan seisinya. Mari kita pahami lagi bagaimanakah definisi manusia yang beruntung sebenarnya.  Manusia yang beruntung bukanlah orang dengan kedudukan tinggi, orang yang berkelimpahan materi ataupun orang yang terpandang di masyarakat. Tetapi orang yang paling beruntung adalah orang – orang yang mampu menerima petunjuk dari Allah, karena bukanlah manusia yang memberikan petunjuk, tetapi Allah sendiri yang memberikan petunjuk-Nya, hanya kepada orang – orang yang dikehendaki-Nya karena hanyalah Allah lah yang Maha Mengetahui. Mengambil hikmah dari kisah di atas, Abu Thalib  begitu banyak kebaikannya dan jasanya untuk Islam dan mempunyai kesempatan besar untuk bersama Rasulullah di surga. Sayangnya semuanya hanya sia – sia belaka, karena dia tidak mau mengakui adanya Allah sampai ajal menjemput. Padahal  dia adalah orang terdekat Rasulullah. Mengapa orang – orang yang jauh dari Rasulullah bisa jadi beriman kepada Allah sedangkan kerabatnya sendiri tidak? Bisa dijadikan bahan perenungan bahwa hal tersebut bukanlah jaminan.  Hanya Allah lah yang berhak memberikan petunjuk kepada manusia, sedangkan Rasulullah juga seorang manusia biasa yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya. Bersyukurlah kita yang pada detik ini masih diberi kenikmatan iman dan Islam. Tak perlulah kita iri kepada orang yang memiliki harta lebih, status social tinggi atau kedudukan terpandang. Yang patut kita iri ialah manusia yang mudah menerima petunjuk, yaitu manusia yang selalu dekat dengan Allah, tetap istiqomah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasa iri itu tentunya sebagai sarana motivasi kita untuk memperbaiki diri terus menerus dan meningkatkan kualitas diri kita di hadapan Allah.  Karena itu marilah kita belajar mulai dari sekarang, belajar membuka mata hati kita, lebih mendekatkan diri kepada-Nya sehingga hati kita dapat dengan mudah menerima petunjuk dari-Nya dan akhirnya kita dapat berpulang kepada-Nya dengan keadaan Khusnul Khotimah. Aamiin Ya Rabbal ‘Alaimin.

Semoga memotivasi ...mari sama - sama belajar menjadi muslim sejati ...Selamat berjuang !! Allahu Akbar !!