Kamis, 30 Oktober 2014

Tetesan - Tetesan

Gersang telah cukup lama menyapa. Kering dan panas beradu bersama debu, menemani hari yang sepi. Rasa - rasanya sudah hampir lupaku pada tetesan itu. Berkah - berkah Illahi yang jatuh ke bumi. Sudah lama. Benarkah aku tak bermimpi? Kujumpainya di pengujung malam. Walau hanya suara berbisik yang tak sanggup kupandang. Terlalu hina, mengabaikan semuanya. Benarkah tak hingga dosa menahan setiap langkah yang ada. Bahkan bergerak pun payah. Akal terus berjalan mengikuti indra pendengaran. Harusnya ya..harusnya..tetapi nyatanya tak demikian. Lumuran debu rupanya erat menempel. Bisikan itu pun merayu.  Perlu peyucian, sepertinya. Kesempatan itu hilang. Dan detik ini tetesan itu kembali hadir. Bukan di luar melainkan di dalam. Bukan lagi keberkahan melainkan kesalahan. Kesalahan sebagai pembungkus, tetapi tetap indah isi dan dalamnya, selalu, membuatku terbangun. Sebuah hal yang membuka pikiran. Cukup berat tapi tak cukup kuat, deras. Oh kini tau rasanya. Inilah sebuah pelajaran?  Sebuah episode, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena ada Sang Maha Pengasih lagi Penyayang.

Selasa, 28 Oktober 2014

Fenomena Jurusan Kedokteran

            Kedokteran, masih menjadi jurusan favorit yang diincar oleh calon - calon generasi penerus bangsa, khususnya mereka yang merupakan kaum berada. Fakultas kedokteran  menjadi top number one,  rating tertinggi hampir di semua universitas di Indonesia. Rupanya tak berubah, minat para siswa calon mahasiswa dari era dulu sampai masa kini terhadap profesi dokter, terbukti masih terus stagnan di posisi atas. Walaupun ada jurusan favorit baru seperti teknik informatika ataupun ilmu komputer  tetap tak menurunkan rating kedokteran sebagai jurusan dengan minat yang tinggi. Aku masih belum mengerti apa yang membuat sebagian besar anak berniat menjadi dokter. Karena untuk aku pribadi, mulai kecil sampai dewasa, tak pernah terbersit sedikitpun niat untuk memilih profesi itu.  Apakah memang benar - benar passion mereka di bidang tersebut? Apakah memang mereka benar - benar berniat secara tulus membantu orang lain, memberikan pelayanan kesehatan dan memiliki minat lebih pada bidang itu? Aku penasaran mengenai hal tersebut, sehingga kucoba melakukan survei kecil - kecilan tak resmi dengan melakukan wawancara kepada beberapa orang siswa yang aku ajar. Berikut sepotong pembicaraan yang aku lakukan dengan salah seorang dari mereka.
          " Mau masuk jurusan mana nanti?" tanyaku
          " Kedokteran Mbak, " Lagi dan lagi. Hampir semua yang kutanya ingin masuk ke kedokteran.
          " Kenapa mau masuk kedokteran?" tanyaku lagi.
          " Disuruh mama, Mbak, " aku mengernyitkan dahi. 
          " Lha kamu sendiri suka apa nggak?"
          " Sebenarnya sih nggak mbak. Tapi mau gimana lagi disuruh orang tua seperti itu," katanya pasrah.
         " Kamu sendiri maunya ambil jurusan apa?"
         " Sebenarnya sih ingin ambil bisnis mbak, tapi nggak boleh sama mama. Katanya ngapain mau bisnis aja pakai sekolah. Langsung jalan sendiri juga bisa"
         " Oh ya?" 
       " Iya Mbak. Dan lagi kebanyakan anak - anak teman mamaku kuliahnya kedokteran. Jadi mamaku inginnya biar aku juga bisa masuk kedokteran supaya bisa dibanggakan."
         Sepenggal pembicaraan yang cukup membuatku tercekat. Dan ketika kutanya anak yang lain, sebagian menjawab alasan yang sama. Ada yang karena orang tuamya dokter jadi mau tak mau meneruskan profesi orang tuanya, ada yang karena dipaksa orang tua, walaupun ada juga yang memang benar - benar berniat ingin kuliah kedokteran, tapi itu tak banyak. Pemikiranku kemudian mengarah ke asumsi masyarakat bahwa menjadi dokter itu keren. Tapi apakah cukup hanya sekedar ingin keren dengan status sosial yang tinggi di mata masyarakat, yang menjadi motivasi untuk mengambil jalan tersebut. Kenyataan lainnya yang tak kalah menyedihkan, hanya karena ego dan gengsinya, orang tua tega memaksakan kehendaknya kepada anaknya terhadap sesuatu yang dia  tidak suka. Memang tak dapat dipungkiri, sebagai orang tua tentunya bangga jika anaknya mempunyai profesi yang dapat dibanggakan, seperti profesi dokter. Tetapi bukan berarti menjadi dokter merupakan satu - satunya jalan mengukur keberhasilan anak, yang terpenting adalah mengarahkan mereka sesuai dengan bakat alaminya dan apa yang menjadi minatnya. Sehingga harapannya, seluruh potensi anak dapat berkembang dan mereka menjadi ahli di bidangnya masing - masing ke depannya. Tentunya kebahagiaan anak merupakan kebahagiaan orang tua juga. Hal yang perlu diingat bahwa setiap anak itu unik, punya kelebihannya masing - masing. Maka dari itu pelajaran untuk para orang tua, berhentilah memaksa keinginan ana demi ego pribadi. Orang tua wajib mengarahkan tetapi tidak berhak memaksakan. Biarlah mereka berkembang sesuai dengan kodratnya dan menjadi seseorang yang dapat dibanggakan dengan dirinya apa adanya.
 

Minggu, 26 Oktober 2014

Muhasabah 1 Muharram

"Renungan umur kita".1 hari di sisi Tuhanmu (akhirat) adalah spt 1000 th menurut perhitunganmu.  (QS 22: 47). "Ternyata cuma 1,5 jam saja umur kita hidup di dunia ini". Mari kita lihat berdasarkan Al Qur'an.1 hari akhirat = 1000 tahun.3 jam akhirat = 125 tahun.1,5 jam akhirat = 62,5 tahun.Jika umur manusia rata-rata 60-70 tahun, maka hidup manusia ini jika dilihat dari langit hanyalah 1,5 jam saja. Pantaslah kita selalu diingatkan "masalah waktu" (QS : 103:1) Ternyata hanya " satu setengah jam saja" yg akan menentukan kehidupan abadi kita kelak, hendak di Surga atau Neraka. (QS 35:15, 4:170).Cuma "satu setengah jam saja" cobaan hidup, maka bersabarlah (QS 74:7, 52:48, 39:1­0).Demikian juga hanya "satu setengah jam saja" kita harus menahan nafsu dan mengganti dengan sunnah-Nya. (QS 12:53, 33:38)."Satu Setengah Jam" sebuah perjuangan yg teramat singkat dan Allah akan mengganti surga Ridha Allah. (QS 9:72, 98:8, 4:114).Maka berjuanglah untuk mencari bekal perjalanan panjang nanti (QS 59:18, 42:20, 3:148, 28:77).Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sungguh2 mengetahui" (QS 23:114)

Copas from wa

Minggu, 15 Juni 2014

Fenomena CHSI

Sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang ditayangkan di salah satu stasiun tv swasta di Indonesia tiba tiba mengingatkanku pada salah satu buku yang tersimpan di sudut lemari kaca tempat buku - bukuku berada. Dengan judul yang sama, sinetron ini memang diadaptasi dari buku kumpulan kisah nyata karya Asma Nadia. Cukup membaca buku ini sekali saja membuatku enggan untuk membacanya lagi. Bukannya tak bagus, buku ini justru mengungkapkan realita tak menyenangkan yang banyak terjadi di masyarakat yang mungkin kurang diketahui kaum awam. Ketika sebagian besar buku sekarang ini mengompori masyarakat untuk segera berumah tangga, justru dalam buku yang berisi kumpulan kisah nyata mengenai berbagai masalah dalam rumah tangga ini membuat kita berpikir dua kali untuk menikah. Mengingat tak hanya hal menyenangkan saja yang akan menikah tetapi lebih banyak kemungkinan banyaknya badai masalah yang akan menimpa. Emosi itu muncul ketika membaca bukunya ataupun menonton sinetronnya. Membuat kita berpikir, kenapa kaum laki - laki itu seperti itu. Tega sekali. Tak ada yang bisa dipercaya. Sama saja semua, dan berbagai komentar negatif lainnya
Memang buku ini banyak menonjolkan keburukan - keburukan kaum adam. Jadi parno sendiri. Kisah KDRT, perselingkuhan, perceraian dan lain lain, sungguh mengerikan bagiku, lebih horror dari film horror sekalipun. Sebuah kisah yang paling aku dan seorang sahabatku ingat yaitu kisah "Sponge Bob". Lelaki yang tampak baik dan sempurna, rajin ibadahnya dengan ilmu agama yang bisa dikatakan baik ternyata diam diam melakukan perselingkuhan di belakang. Sungguh tak ada yang menyangka. Membuat emosi dan hatiku ikut sakit membayangkannya, walaupun bukan aku sendiri yang merasakannya sendiri. Sedih..hixx..Dan kenyataannya semua itu adalah  cerita asli. Tak menjamin bukan, apa yang ada di depan bisa jadi berbeda dengan yang ada di belakang. Baik kelihatannya tetapi buruk kenyataannya. Tetapi tetap aku merekomendasikan buku ini sebagai referensi untuk dibaca  para wanita supaya dapat mengambil pelajaran dan siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di luar sana.

Sabtu, 14 Juni 2014

Syukurilah Sahabat!!

Di ujung fajar yang tengah menyingsing, aku masih duduk berdua bersamanya, sahabat diri. Diam. Tak ada satupun dari kami berdua yang bersuara. Hanya ada bisikan angin yang terkadang menjatuhkan satu persatu dedaunan dari singgasananya. "Aku iri, "akhirnya sahabatku mulai mengeluarkan suaranya, bersamaan dengan suara jangkrik yang tak henti - hentinya  berbunyi. "Iri?" Aku tak mengerti. Terlintas beribu pertanyaan di benakku. "Mereka begitu cantik," lanjutnya, mengeluarkan sepotong kalimat yang lagi lagi membuatku mesti berpikir. "Siapa??Kau pun cantik" kataku. "Tak secantik mereka," dia menghela napas panjang, menunduk sambil memainkan jemarinya. Pikirannya tampak melayang layang entah kemana. "Aku pun tak  cantik tapi tak jadi masalah kan. Hatimulah yang akan menentukan segalanya," ujarku menasihati. " Tetap saja..kenapa aku tak secantik mereka??!!"dia berteriak keras menumpahkan segala emosinya.  Sahabatku yang malang, sedang dilanda kegelisahan akibat kekurangsyukurannya sendiri "Apa masalahmu sebenarnya?"tanyaku ingin tau.  Dia berkata lemas, "tak ada yang menyukaiku.." Aku tak mengerti apa yang dipikirkannya, tetapi sepertinya aku mulai mengerti arah pembicaraannya. "Apakah sesempit itu penilaianmu? Kecantikan bukanlah hanya pada apa yang tampak di pelupuk mata. Keindahan akhlak dan keteguhan iman lah yang utama,"nasihatku. Dia tertegun sejenak dan berpikir. "Sama saja, " katanya" teori. Nyatanya banyak hal yang tak mengerti akan hal itu. Keterbatasan indera penglihatan saja yang mereka pakai. Dan hampit semua manusia begitu. Sama saja tak ada bedanya." "Apa gunanya mengurusi mereka,"kataku sewot" apakah kamu rela waktumu terbuang untuk memikirkan manusia yang tak memiliki mata hati?" Dia tertegun. " Sungguh kawann.."lanjutku" Kesederhanaan dan ke"biasa"an mu yang justru akan menjadi cahaya dan magnet ketulusan abadi yang tak dimiliki oleh siapapun. Terkadang orang-orang menjadi buta oleh mata sendiri, lupa akan mata lain yang seharusnya justru dibuka untuk penentu segala keputusan.  Bersyukurlah dan rasakan ketulusan hati orang - orang di sekelilingmu dengan mata hatimu. Tak mau hidup bersama orang "buta" kan??". Kami pun terdiam lama. Dia sibuk dengan kontemplasinya dan aku dengan kontemplasiku. Akhirnya dia pun tersenyum, " yaa.. aku beruntung, " katanya" Allah menganugerahkan kekuranganku sebagai penentu ketulusan hakiki. Aku tak mau hidup bersama orang "buta" dengan pikiran sempit yang hanya menilaiku dari lahiriahku saja. Terima kasih sahabat,"  ujarnya tampak lega. Ohh sahabatku..singsingkan kekhawatiranmu. suatu hari kau akan menemukannya, orang tulus itu, yang dapat menggunakan mata hatinya dengan baik, aku yakin itu. Aku pun tersenyum bersamanya. Dan di hadapan kami sang surya mulai meninggi dan menyaksikan kami dengan pancaran kehangatannya .

Selasa, 27 Mei 2014

Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin

Apa perbedaan antara penyakit maag dan masuk angin? Pertanyaan tersebut akhir - akhir ini memenuhi pikiranku. Bagaimana tidak, sempat beberapa kali aku mengalami gejala - gejala yang aku ketahui merupakan gejala penyakit maag atau masuk angin. Aku katakan atau karena sepengetahuanku gejalanya kurang lebih mirip, seperti hilangnya nafsu makan, mual, terkadang sampai muntah. Hanya itulah yang kutahu. Terkadang aku jadi bingung memilih obat yang mana yang tepat untuk kuminum. Entah mengapa aku sering masuk angin. Mungkin karena aku tinggal di daerah yang berhawa dingin atau mungkin juga karena daya tahan tubuhku yang lemah. Kalau maag..pastilah karena memang pola makanku yang tak beraturan. Kadang makan sekali sehari, dua kali sehari, atau tiga kali sehari. Waktunya pun tak menentu. Kadang sarapan jam 10 pagi kadang juga makan malam jam 11 malam. Tak jarang aku mengabaikan jeritan perutku, " Tolong..beri aku makannn.." . Aku tak peduli.Aku malah memilih untuk tidur. Inilah akibatnya. Don't try this at home. Bagi yang anak kos pasti pernah merasakan bagaimana malasnya keluar cari makan ataupun makan sendirian tanpa ditemani siapapun. Hixxx..miriss..
Akhirnya aku mencoba mendiskusikan masalah ini dengan para sahabatku. "Bisa jadi itu gejala hamil. Gejalanya juga sama," kata seorang sahabat. Ngawurrrr...suami aja belom ada malah menuduh aku hamil. Hihi.. Akhirnya setelah berdiskusi panjang dengan mereka diperoleh beberapa kesimpulan mengenai gejala maag dan masuk angin :
Persamaan  :
sama - sama mual, hilang nafsu makan, sering bersendawa, terkadang sampai muntah
Perbedaan :
Masuk angin
- biasanya diikuti diare
- sering kentut
- perut kembung
- gak enak hampir di seluruh badan
- biasanya setelah muntah sudah terasa lebih enak
Maag :
- tidak diikuti diare
- perut keras
- hanya bagian pencernaan yang bermasalah, nyeri dan panas di bagian lambung
- mual berkepanjangan, perut diisi ataupun tidak tetap mual. Tersiksa dah pokoknya, seperti makan buah simalakama.
Begitulah sedikit informasi dari saya berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil diskusi. Jangan lupa jagalah kesehatan ya kawan, karena kesehatan adalah nikmat yang seringkali dilalaikan oleh manusia ( petuah untuk diriku pribadi khususnya ). Semoga bermanfaat ^_^

Jumat, 23 Mei 2014

Selamat Amar !!!!! ^_^

Alhamdulillah..hari ini aku mendapatkan sebuah berita gembira dari salah seorang siswaku dulu di SD Muhammadiyah Belitung, Amar Ma'ruf, yang dinyatakan lolos sebagai salah satu penerima manfaat beasiswa sekolah SMART ekselensia di Bogor. Perlu diketahui sekolah SMP - SMA berakslerasi ( 5 tahun) ini merupakan sekolah di bawah naungan yayasan Dompet Dhuafa yang memberikan beasiswa penuh untuk anak - anak dhuafa yang berprestasi. Waktu masih mengajar di Belitung aku mendaftarkan siswaku Amar karena melihat potensi yang dimilikinya. Sungguh sayang rasanya melihat anak - anak pintar  kurang mampu yang sebenarnya bisa menjadi orang luar biasa akhirnya malah tak menjadi apa apa,  jika tak difasilitasi dengan pendidikan yang optimal. Melihat kecerdasannya secara akademis dan  kecintaannya dengan ilmu agama Islam membuat aku berpikir bahwa sekolah ini akan cocok sekali dengannya. Proses seleksinya cukup panjang. Mulai dari tes administrasi, pelajaran, psikotes, interview dan survei rumah. Tetapi aku tetap yakin dia akan diterima melihat potensinya yang besar.  Jika dilihat lagi ke belakang, ternyata prosesnya tak begitu mudah. Awalnya  di tes pelajaran aku masih dapat menghandle membantu panitianya mengurusi pelaksanaan tesnya, karena panitia cabang Babel ada di Bangka yang lumayan jauh dari Belitung. Tetapi di tes-tes berikutnya aku hanya dapat membantu dari jauh karena masa tugasku di sana telah berakhir dan aku tak tau bagaimana harus mengurusinya. Alhamdulillah wali kelas 6, Bu Nunung mau membantu untuk mengurusi berbagai tahapan seleksi lainnya ( terima kasih bu Nunung :D ). Karena harus psikotes dan wawancara di Palembang yang cukup jauh, dengan modal yang pas pasan menjadi cerita tersendiri bagaimana arti sebuah perjuangan. Alhamdulillah, segala upaya dan doa pun akhirnya membawa kebahagiaan. Begitu gembira mendengar salah satu siswaku bisa terpilih di antara puluhan atau mungkin ratusan peserta yang mendaftar. Terima kasih ya Allah telah mendengar doa kami. Akhirnya aku hanya bisa mengucapkan..Selamat Amar!!semoga bisa menjadi generasi penerus bangsa yang saleh, cerdas dan berakhlak mulia. Jadilah pembawa kebaikan sesuai nama yang kau emban. Perjuanganmu masih panjang. Ibu selalu mendoakan Amar dari jauh. Keep spirit !!!! ^_^

Kamis, 22 Mei 2014

Pengalaman Ikut Workshop STIFIN

Akibat kegandrunganku dengan buku On karya kakek Jamil Azzaini, tanggal 5 April lalu aku dan kak Farida dengan semangatnya ikut workshop STIFIN di gedung BPPT Jakarta, yang katanya sih berguna untuk mengetahui apa passion kita sebenarnya untuk mendapatkan hidup yang "gue banget." Jadi tes STIFIN itu tes menggunakan alat untuk menganalisis sidik jari kita, sehingga kita tahu bagian belahan otak mana yang dominan kita pakai terus menerus. Istilahnya bakat genetik  yang merupakan anugerah dari Tuhan kepada setiap makhluk-Nya. Untuk pembagian kecerdasannya sendiri ada 5 tipe yaitu sensing, insting, intuiting, feeling dan thinking. Setiap kecerdasan punya ciri khusus yang berbeda satu sama lain. Misalnya orang sensing itu tekun dan pekerja keras tapi pelit. Thinking itu pintar, logis, sistematis tapi dingin dan tak peka. Intuiting itu imajinasi tinggi, visioner tapi malas melaksanakan. Feeling itu perasa, empati tapi mudah tersinggung. Terakhir, insting yang unik karena merupakan gabungan keempat tipe kecerdasan lainnya. Sebenarnya semua orang punya kelima kecerdasan ini tetapi dominasinya berbeda beda dan bisa dilihat dari sidik jari. Terkadang kita mendapatkan hasil yang tak disangka sangka karena ternyata kepribadian asli kita jauh dari penampakan kita sehari hari. Bisa diakibatkan lingkungan yang kurang mendukung, salah asuh atau faktor eksternal lainnya. Tetapi tetap saja, yang asli tak dapat menipu sekuat apapun kita mengubahnya.
Hasil tes STIFIN pun keluar. Hasilnya hmm...kak Farida sensing. Cocok sekali. Tipe orang rajin, pekerja keras dan perfeksionis. Calon orang kaya katanya hehe. Sedangkan aku malah tak terduga. Awalnya aku kira aku thinking soalnya aku anak eksak yang sering memakai otak kiriku. Cuek dan kadang tak peduli. Ternyata salah, keluarlah hasil "feeling ekstrovert" di sertifikatku dengan profesi yang cocok trainer, motivator, psikolog, conselour dsb. Sempat kaget sih. Jauh bener. Apalagi ada embel2 ekstrovert. Aku kan orang introvert, menurutku. Ternyata bakat genetik mengatakan lain. Entahlah karena lingkungan atau apa yang membuat berbeda. Tetapi kalau perasa memang benar sih, ini yang banyak orang tak tau, i'am just not expressive ^_^ . Yang jelas saya tak tegaan dan penyayang haha #pede.
Seru sih workshopnya, ilmu kita jadi bertambah. Berguna untuk anak2 muda yang bingung hidupnya mau diarahkan kemana dan para orang tua yang punya anak kecil untuk diketahui bakatnya dari dini supaya optimal dan tak salah jurusan. Bukannya promosi hanya sekedar sharing. Dengan mengetahui apa passion kita maka kita akan lebih menikmati hidup. Percayalah. Biarlah kita kita saja kaum yang sudah lanjut yang salah jurusan. Ayo kita mulai mengoptimalkan bakat2 generasi penerus kita supaya menjadi expert di bidangnya masing masing.

Senin, 14 April 2014

Rasanya Baru Kemarin

Waktu terlalu cepat sekali berjalan. Rasanya baru kemarin aku memulai hidup yang luar biasa bersama teman - teman yang juga luar biasa di SGI. Setahun setengah pun rasanya seperti hanya sekali mengedipkan mata. Selesai. Yaa...semuanya selesai. Ketika pada awalnya aku membayangkan satu setengh tahun adalah waktu yang begitu lama untuk dijalani, ternyata tak demikian halnya. Rasanya baru kemarin ada di tengah - tengah FGD untuk seleksi penerimaan. Rasanya baru kemarin menjalani program pembinaan, apel pagi dan kuliah menjadi rutinitasnya. Rasanya baru kemarin aku magang di Parpat dan memusingkan PTK yang tak kumengerti apa. Rasanya baru kemarin aku tiba di tanah Laskar Pelangi bertemu orang - orang baru dan lingkungan yang luar biasa berbeda, menghadapi anak - anak yang memerlukan kesabaran ekstra. Tau - tau selesailah semuanya. The End. Teringat kata Bapak Agung Pardini, Direktur SGI yang mengucapkan wejangan - wejangan di masa akhir kami di Bogor, " Sebenarnya ini bukanlah akhir, melainkan awal dari segalanya. Setahun kemarin hanyalah sebuah permainan dan sekarang saatnya kalian kembali ke dunia nyata. " Yahh...kalimat yang membuat kami merinding, khususnya aku sendiri yang masih bingung dengan arah dan tujuanku selanjutnya. Seperti layaknya mahasiswa yang baru lulus. Aku pun tak tahu kemana harus melangkah selanjutnya. Berbagai macam impian, target dan idealisme - idealisme menari - nari di otakku tanpa kutahu langkah apa dulu selanjutnya yang harus kulakukan. Bingung karena terlalu banyak yang ingin aku perbuat tapi tak tahu harus bagaimana. Selamat datang kembali di dunia nyata dan rasakan sensasinya !!! ^___^

NB : Terima kasih untuk SGI atas satu setengah tahun yang penuh inspirasi. We Love U, We Support U.

Selasa, 28 Januari 2014

Dampak Permainan Playstation bagi Anak



Tak terasa  zaman telah berubah, dari yang dulunya zaman masih tradisional sekarang berkembang menjadi zaman modern.  Perkembangan teknologi tumbuh semakin pesat seiring dengan munculnya era globalisasi. Berbagai penemuan baru pun muncul. Banyak perubahan yang terjadi di masyarakat. Salah satunya dalam hal sarana dan prasarana bermain anak – anak. Dulunya anak – anak yang hanya tahu bermain  petak umpet, laying – laying ataupun kejar – kejaran di lapangan, tetapi tidaklah untuk saat ini. Permainan melalui sebuah alat modern yang bernama playstation saat ini mulai digandrungi oleh sebagian besar masyarakat terutama anak – anak. Ratusan permainan berbeda yang dapat dimainkan hanya dengan sebuah alat ini membuat anak – anak betah duduk berjam – jam di depan layar televisi. Tak sedikit dari mereka rela menyisihkan uang jajannya demi  menikmati sensasi bermain di tempat persewaan atau rental playstation.
Tak dapat dipungkiri bahwa bermain playstation yang berlebihan kemudian mengakibatkan berbagai macam dampak, terutama kepada anak – anak. Banyak orang tua mengeluhkan mengenai anaknya yang menjadi lupa waktu semenjak buah hatinya mengenal permainan ini. Lupa belajar, lupa makan, lupa mengerjakan pr dan masih banyak kelalaian lainnya yang merugikan. Begitu menariknya permainan ini bagi anak - anak membuat mereka enggan mengerjakan pekerjaan lainnya, hanya duduk diam di depan layar televisi dengan penuh konsentrasi, terkadang malah melebihi konsentrasi mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya atau belajar. Akibatnya, prestasi siswa di sekolah menurun. Dampak tersebut sungguh merugikan diri anak itu sendiri dan juga menjadi beban pikiran orang tua
. Selain itu, akibat lain yang dapat diperoleh disebabkan oleh  orang tua yang terkadang tidak tahu mengenai jenis – jenis permainan yang dimainkan anak – anak mereka. Padahal banyak dari permainan – permainan tersebut mengandung unsur – unsur yang bermoral buruk seperti bentuk kekerasan, perusakan dan lain – lain. Contohnya saja permainan seperti permainan bertinju atau berkelahi. Masing – masing berusaha untuk mengalahkan lawannya dalam bentuk kekerasan fisik. Pada akhirnya dalam kehidupan nyata, kegiatan – kegiatan fisik dalam permainan akan dicontoh anak – anak ketika bermain dengan teman – temannya. Tak menutup kemungkinan  kemudian akan ada anak yang terluka. Anak  pun sebenarnya tak dapat sepenuhnya disalahkan karena mereka  sebenarnya tak mengerti akan akibat yang ditimbulkan oleh apa yang dilakukannya tersebut.  Kemudian akibat lain dari bermain playstation yaitu anak menjadi cenderung boros terhadap uangnya karena mereka menghabiskannya untuk menyewa playstation. Tak jarang beberapa anak rela membolos sekolah dan kabur ke rental playstation pada jam – jam pelajaran.
Tak mudah memang untuk menghilangkan kebiasaan anak – anak untuk bermain playstation, apalagi bagi mereka yang sudah “kecanduan” dan sulit untuk melepaskan kebiasaannya. Mencegah mereka pun bukan hal yang mudah karena memang masa anak – anak adalah masa bermain sehingga untuk melarang mereka bermain membuat anak merasa haknya tak dipenuhi. Oleh sebab itu, beberapa cara perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negative dari alat permainan ini. Pertama, yaitu perlu adanya pengawasan dari orang tua secara langsung terhadap kegiatan sehari – hari anak. Orang tua harus memastikan dan mencari tahu apa yang sebenarnya disukai oleh anak – anaknya dan apa yang dimainkan mereka. Apakah nantinya akan berpengaruh pada kepribadian dan tingkah laku mereka, perlu dipahami lebih lanjut. Kalaupun mereka sudah terlanjur senang memainkan dan tidak memungkinkan untuk dicegah, orang tua perlu memberikan nasihat secara perlahan untuk tidak meniru apa yang dimainkannya dalam kehidupan nyata. Selain itu, perlu dijelaskan juga akibat yang ditimbulkannya jika nasihat tersebut dilanggar. Selanjutnya orang tua juga perlu mengatur waktu anak – anak, haruslah jelas aturan kapan anak dapat bermain dan berapa lama waktu kesepakatan untuk bermain. Perlu ditetapkan juga konsekuensi yang akan didapatkan jika anak melanggar perjanjian tersebut. Orang tua harus secara tegas menjalankan aturan tersebut sampai menjadi kebiasaan sang anak yang terus menerus dilakukan. Selain itu orang tua harus selalu konsisten dan tak bosan untuk mengingatkan waktu – waktu kapan anak harus belajar, bermain, makan dan sebagainya. Orang tua juga perlu memantau anak – anak dalam hal keuangan. Orang tua haruslah tahu kemana – mana aliran pengeluaran anaknya masing – masing supaya dapat diketahui secara jelas mengenai kegiatan anaknya sehari – hari.
Selain dari pihak orang tua perlu ada kesadaran juga dari pihak pemilik persewaan atau rental playstation untuk menetapkan aturan – aturan tertentu seperti tidak membukanya di jam – jam sekolah, melarang anak berseragam untuk bermain ataupun membatasi jumlah jam tiap anak yang bermain di tempat tersebut. Sehingga anak – anak tidak berlebihan dalam memainkannya. Perlu adanya kesadaran dari semua pihak untuk bersama – sama saling membantu membentuk generasi bangsa yang tahu batasan – batasan dalam berbuat.  

Faktor Pembentuk Akhlak



Berbicara mengenai akhlak memang bukan sesuatu hal yang mudah dipahami dan dapat dilihat secara langsung oleh pandangan mata. Tetapi semuanya dapat dinilai berdasarkan ucapan maupun perbuatan seseorang sehingga orang tersebut dapat dinilai berakhlak baik ataukah tidak. Begitu halnya ketika kita melihat akhlak dari seorang anak. Kita dapat menilai melalui kebiasaannya, ucapan yang dituturkannya apakah sopan atau tidak, tingkah lakunya apakah baik atau buruk, serta kebiasaannya untuk menghormati orang lain dan kemampuan menempatkan dirinya di suatu lingkungan. Sudah pasti setiap orang tua ataupun guru ingin memiliki anak – anak ataupun siswa – siswa dengan akhlak baik, tak hanya sekedar pintar secara intelektual.
Akhlak itu sebenarnya dibentuk oleh suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus. Ketika bayi dilahirkan, Tuhan menganugerahkan kesucian jiwa dan raganya. Seperti halnya kertas yang bersih, putih dan kososng, belum terisi oleh apapun. Seiring berjalannya waktu, sang bayi mulai terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, terutama pada awalnya lingkungan yang paling dekat dengannya yaitu keluarga. Keluarga terutama orangtua  sangatlah berperan akan pertumbuhan dan perkembangan sang anak, akan menjadi seperti apa anak itu nanti dengan segala macam kebiasaan baik dan buruknya. Anak cenderung mencontoh dari keluarganya. Jika orang tuanya suka mengeluh, maka si anak nantinya akan menjadi orang yang suka mengeluh. Jika orang  tua senang tersenyum, maka si anak juga akan menjadi orang yang suka tersenyum nantinya. Itulah mengapa orang tua harus berhati – hati akan segala tindak tanduk yang dilakukannya karena akan menjadi teladan bagi sang anak. Terkadang orang tua mengeluhkan anaknya yang bersikap tak seperti yang diinginkan, nakal dan tak dapat diatur. Tunggu dulu … sebelum kita sibuk menyalahkan dan mengutuki anak ada baiknya bercermin terhadap diri sendiri, apakah selama ini kita sebagai orang tua sudah menjadi contoh yang baik bagi anak. Bisa jadi ternyata tanpa kita sadari selama ini anak hanya meniru tingkah laku yang tidak baik dari orang tuanya.
Selain daripada lingkungan keluarga yang memiliki pengaruh pertama kali akan pertumbuhan dan perkembangan anak, lingkungan juga sangat berpengaruh. Orang tua sudah mati – matian menjaga anaknya dan dirinya supaya dpat bertingkah laku dan berakhlak baik, tetapi terkadang suatu ketika lingkungan bisa menjadi lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Lingkungan yang buruk seperti teman – teman yang suka berbicara kotor, berkelahi atau berbuat yang tidak baik bisa jadi akan dicontoh oleh anak – anak ang tadinya masih baik. Karena itu perlu ada tindak lanjut yang lebih untuk kejadian seperti ini. Sebisa mungkin pantau dan pastikan anak – anak untuk selalu berada di lingkungan yang baik. Karena lingkungan yang baik akan berpengaruh pada anak untuk menjadi baik pula. Kalaupun segala daya upaya sudah dikerahkan dan keadaan tidak memungkinkan untuk tidak berada di lingkungan yang baik, orang tua haruslah terus menerus dan rajin menasihati anaknya supaya tak terpengaruh oleh lingkungannya.
Kemudian ketika anak sudah bersekolah tentu anak akan banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Di sinilah peran guru sebagai orang tua di sekolah untuk dapat membawa kebaikan pada anak didiknya. Tak hanya sekedar mengajar secara kognitif saja, terlebih lagi aspek psikomotorik dan afektif yang mengindikasikan akhlak mereka harus dipantau terus menerus supaya anak – anak tidak hanya menjadi anak yang cerdas, tetapi juga anak yang berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur.

Profesi PNS Idaman Masyarakat



Di Indonesia puluhan ribu orang berbondong – bondong bersaing memperebutkan kursi – kursi untuk bekerja menjadi abdi negara atau biasa dikenal sebagai profesi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ). Tak sebanding memang antara kursi yang diperebutkan dengan jumlah orang yang mendaftar, sebagian besar daerah terutama di daerah padat penduduk seperti Pulau Jawa, seringkali perbandingannya sama sekali jauh tak berimbang. Tak jarang formasi yang dibutuhkan hanya satu ataupun beberapa orang, tetapi yang mendaftar sampai ratusan bahkan ribuan orang. Begitu antusiasnya masyarakat Indonesia berusaha mencoba dan terus mencoba ,  sampai ada yang bertahun – tahun mencoba tanpa ada kata menyerah demi  mencapai status menjadi seorang pegawai negeri. Mengapa profesi ini menjadi profesi yang begitu popular dewasa ini sampai – sampai orang – orang rela mengadu untungnya tiap tahun ? Semua orang pun pastinya punya alasan - alasan umum yang kurang lebih sama.
Alasan yang pertama yang mendasari yaitu untuk kepastian masa depan katanya. Walaupun gaji pokok tak sebesar bekerja di perusahaan swasta yang bonafit, tunjangan – tunjangan yang diberikan cukuplah lumayan apalagi mengingat kepastian masa depan yang terjamin dengan adanya dana pensiun. Alasan tersebut membuat sebagian besar kemudian menjadi tenang karena tak perlu terlalu memikirkan kehidupan di masa tuanya. Alasan kedua yaitu beberapa kemudahan yang didapatkan seperti kemudahan untuk mendapatkan pinjaman di bank ataupun di lembaga keuangan lainnya yang menjadi fasilitas tersendiri bagi para abdi negara. Kredit motor ataupun rumah sudah bukan menjadi hambatan lagi bagi pegawai negeri. Alasan berikutnya yaitu peluangnya begitu  kecil akan terjadinya  pemecatan atau PHK yang biasa terjadi diperusahaan swasta. Jarang sekali kita temui pegawai yang kemudian diberhentikan di pegawai pemerintahan. Resiko perusahaan bangkrut juga tidaklah perlu dikhawatirkan.
Beberapa alasan itulah yang biasa ditemui di masyarakat selain alasan – alasan khusus lainnya yang dapat  menjadi dasar orang – orang setiap tahunnya rela mengorbankan waktu dan energinya untuk menjadi PNS. Mencoba dan mencoba, bisa jadi tak diterima tahun ini, terus dicoba lagi tahun depan dan tahun depannya lagi menanti dewi fortuna berpihak pada mereka. Begitulah kenyataan di Indonesia saat ini dimana seorang pegawai negeri sipil menjadi salah satu profesi yang begitu popular di kalangan masyarakat.
Sayangnya kemudian banyak kasus yang terjadi demi tercapainya keinginan untuk memperoleh profesi tersebut kemudian praktik ketidakjujuran mulai dijalankan. Korupsi, kolusi dan nepotisme kemudian tumbuh seiring dengan besarnya keinginan masyarakat. Sebagian masyarakat memberi uang lebih atau menyogok dengan jumlah uang yang tak dapat dibilang sedikit, yang bahkan tak sebanding dengan gaji yang diterimanya per bulan demi mendapat kursi sebagai abdi negara. Sebagian lagi dapat menjadi pegawai negeri karena salah seorang keluarganya menjadi petinggi di tempat yang sama. Begitu marak kasus – kasus penyalahgunaan seperti itu saat ini yang mengindikasikan moral masyarakat yang buruk. Ketakjujuran terjadi di mana – mana. Padahal jika awal masuknya saja sudah tak jujur, bagaimana  mungkin kita berharap orang – orang tersebut bekerja dengan nilai yang baik dalam pekerjaannya. Kemudian karena awal mula proses memperolehnya tak benar maka penghasilan yang diperoleh menjadi tidak berkah. Apakah kita akan membiarkan keluarga kita memakan makanan dari hasil yang tak berkah? Sudah saatnya hal – hal tersebut direfleksi kembali oleh masyarakat. Lebih baik mendapatkan sedikit hasil dengan cara jujur dan berkah daripada mendapat materi yang banyak dengan cara yang tak baik. Karena keberkahan hidup juga akan diperoleh dari bagaimana cara kita memperoleh harta kita.
Masyarakat pun perlu ingat, masih banyak profesi lain di Indonesia ini. Tak  harus menjadi pegawai negeri. Saat ini di tengah pesatnya perkembangan zaman mulai banyak berkembang perusahaan – perusahaan yang maju baik berskala nasional ataupun internasional yang  gajinya bisa jadi berkali – kali lipat besrnya dibandingkan menjadi pegawai negeri. Ataupun jika yang tertarik dalam dunia bisnis, masyarakat  dapat mengembangkan kemampuan dirinya di bidang wirausaha mandiri dengan menjadi seorang entrepreneur yang nantinya akan dapat membuka lapangan kerja sendiri. Banyak keuntungan yang didapatkan bukan hanya diri sendiri tetapi dapat turut serta membantu masyarakat sekitar begitupun memajukan perekonomian Negara. Mari buka mata dan pikiran, lihatlah begitu banyak pekerjaan terbaik menanti kita di luar sana.

Sabtu, 04 Januari 2014

Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “




Judul                : Trik – Trik Berhitung “ 50 Cara Mudah dalam Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian dan PEmbagian Tanpa Menggunakan Kalkulator
Halaman          : 142 halaman
Cetakan           : 13, 2010
Penulis             : Edward H. Julius
Penerbit            : Prakarya Pustaka
           
            Selamat datang di dunia aritmatika atau berhitung yang sangat mengagumkan. Apakah aritmatika itu ? Aritmatika adalah berbagai jenis jurus dan trik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang dapat dilakukan lebih cepat daripada yang pernah kita lakukan. Jurus – jurus tersebut dapat dilakukan tanpa menggunakan pensil dan kertas, tetapi langsung dilakukan di luar kepala. Kadang – kadang kita akan mendapatkan jawaban yang lebih cepat daripada menggunakan kalkulator atau mesin hitung sekalipun. Sebagai seorang jagoan matematika, kita dapat membuat teman – teman dan keluarga kita kagum. Kita akan memperoleh nilai sangat bagus setiap mengikuti ulangan matematika, dan kita akan belajar mencintai pekerjaan yang berhubungan dengan angka – angka.
Untuk menjadi jagoan bermental matematika, kita tidak harus menjadi Einsein. Kita hanya memerlukan sebuah dasar pengertian penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Untuk beberapa jurus, kita juga perlu sedikit belajar tentang pecahan dan bilangan decimal. Di dalam buku ini diberikan 50 paket trik dan trip dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara cepat. Trik – trik berhitung menjadikan matematika lebih mudah dan lebih mudah daripada yang kita bayangkan. Kita tidak memerlukan kalkulator atau dalam beberapa kasus kita bahkan tidak memerlukan pensil untuk memperoleh jawaban yang benar. Hanya dalam waktu yang singkat kita dapat menyelesaikan soal – soal matematika dasar. Buku ini tidak hanya membuatmu senang tetapi juga akan membantu di sekolah dan dalam kehidupan sehari – hari. Yang paling penting kita akan memperoleh banyak kesenangan.