Lama
rasanya aku tak pergi ke tempat itu. Hamparan hijau yang terbentang luas dengan genangan air dan tanaman
yang tumbuh di atasnya membuat suasana menjadi
begitu asri dan sejuk. Akhirnya di sinilah, di Kampung Tambleg Banten,
aku menemukannya kembali. Memanglah benar sudah lama aku tak melihat sawah
secara langsung. Dulu sewaktu aku masih kecil, sawah masih aku temukan di
kampungku. Tetapi sekarang semuanya telah berubah, sawah itu telah disulap
menjadi perumahan – perumahan mewah yang disewakan. Sampai aku besar pun aku
belum menemukan sawah lagi karena aku selalu merantau ke daerah perkotaan.
Ketika aku merantau ke Jakarta selalu terbersit keinginan untuk pergi ke daerah
pedalaman yanga sri, tenang dan nyaman
tanpa ada polusi, kemacetan dan kesumpekan di jalanan. Kemudian doaku terjawab
sudah. Warga Kampung Tambleg sebagian besar berprofesi sebagai petani dan
memiliki sawah sendiri. Begitupun dengan induk semangku.
Pada
suatu kesempatan, aku mencoba ikut bapak dan ibu induk semangku ke sawah untuk
mengetahui kegiatan mereka. Ternyata jarak antara rumah dan sawah tak bisa
dibilang dekat. Entah mengapa begitu berat menopang tubuhku untuk berjalan kaki
lumayan jauh. Kami melewati jalan setapak yang licin dan penuh dengan lumpur.
Karena tak terbiasa, aku berjalan cukup lama, jauh di belakang bapak dan ibuku,
bahkan adikku Didi yang masih berumur 4,5 tahun. Bolak – balik aku terpeleset
dan tanganku penuh dengan tanah karena berpegangan takut jatuh. Sungguh aku tak
terbiasa. Setelah hamper setengah jam berjalan akhirnya sampai juga aku di sawah orang tua
baruku. Di atasnya terdapat sebuah saung kecil yang terbuat dari bamboo. Ibuku
kemudian membuat api di depannya untuk mengusir nyamuk. Kurasakan keindahan
alami dan kesejukan udara yang berhembus dengan pemandangan yang menakjubkan.
Subhanallah sekali ciptaan Allah yang satu ini.
Tugasku
hari itu adalah memupuk padi. Istilahnya di sana yaitu “ ngeberak padi”. Di
waktu – waktu sebelumnya sawah sudah dibajak dan ditanam padi, kemudian tiba
waktunya untuk memupuk padi. Pupuk yang digunakan yaitu campuran antara pupuk
Urea dan NH3. Caranya cukup mudah, hanya menaburkan sedikit saja campuran pupuk
tersebut ke masing – masing padi yang sudah ditanam. Harus juga dipastikan
bahwa tidak ada satu padi pun yang terlewati. Sepertinya mudah, tetapi
kenyataannya cukup membuatku merasa kesulitan. Ketika aku tenggelamkan kakiku
ke sawah dan mulai memupuk tak jarang aku menginjak padi yang di belakangnya.
Karena jarak antar padi cukup dekat, membuat aku harus lebih berhati – hati
untuk berjalan. Awal – awalnya aku sangat bersemangat, lama kelamaan aku mulai
kelelahan. Aku melihat ke depan sawah yang terbentang sangat luas dengan
ratusan padi di atasnya dan aku harus memupuk mereka satu persatu. Aku menghela
nafas panjang, mencoba mengembalikan seluruh semangatku. Diam – diam aku
mengagumi ibuku yang dengan sabarnya dan tampak lelah berjalan memupuk satu
persatu padi di depannya. Secara usia mungkin aku lebih muda, tetapi tampak
ibuku lebih kuat dan lebih semangat dariku. Aku jadi malu sendiri. Beberapa jam
kemudian akhirnya selesai juga acara pemupukan itu. Aku bernafas lega. Aku
merasakan ternyata tak cukup mudah untuk mengurus sawah, perlu energy dan
semangat ekstra melakukannya. Hal itu member petunjuk membuatku lebih bersyukur
dengan keadaan yang ada sekarang dan yang pasti tidak boleh membuang – buang
nasi karena seperti kata pepatah “ Sebutir Nasi Sejuta Keringat “
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar