Eta
huruf A .. tingali huruf A .. tunjuk huruf A …eta huruf A
Eta huruf B .. tingali huruf B ..
tunjuk huruf B …eta huruf B
Eta huruf C .. tingali huruf C ..
tunjuk huruf C …eta huruf C
Suara nyanyian peserta PBA (
Pemberantasan Buta Aksara ) membahana di teras rumah Mak Isah. Lagu karangan
tim PBA blok lapangan yang disadur dari salah satu lagu bahasa Inggris yang
diajarkan oleh Pak Amru memang menjadi hiburan khusus sekaligus pembelajaran
bagi mereka. Mbak Darni mencontohkan lagu itu dengan penuh semangat sambil
menunjuk ke kertas kumpulan huruf alfabet. Sengaja kami mentranslete lagu itu
dalam bahasa Sunda dengan alas an supaya bisa lebih masuk ke kepala mereka,
juga karena beberapa dari mereka tidakterlalu bisa berbahasa Indonesia.
Masih terbayang dalam ingatan
sewaktu pertama kali aku dan Sani melakukan survey pertama dari rumah ke rumah
di daerah lapangan untuk mengetahui siapa saja yang buta aksara di daerah
tersebut. Dengan berbekal bahasa Sunda yang sangat minim kami mencoba mengetuk
pintu demi pintu. Sebagian besar warga di daerah tersebut ternyata kurang bisa
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang membuat kami cukup kewalahan.
Proses survey selalu dilengkapi dengan kalimat “ Maaf bu, abdi teh teu tiyasa
bahasa Sunda .“ Hanya itu yang kami pahami. Walaupun begitu keadaannya , dengan
menggunakan bahasa tubuh dan bahasa campur aduk tak karuan, Alhamdulillah
semuanya bisa berjalan dengan lancer.
Aku begitu bahagia melihat peserta
PBA yang begitu semangat. Usia tak menjadi kendala bagi mereka untuk terus
menimba ilmu. Aku jadi malu sendiri, dengan usiaku yang masih terbilang muda
ini terkadang aku malas – malasan untuk belajar. Sekitar 10 orang –an selalu
hadir di rumah Mak Isah, tempat pembelajaran PBA setiap sorenya. Tak tampak
wajah lelah di raut muka ibu – ibu dan bapak walaupun mereka telah seharian bekerja di sawah. Pada awal pertemuan yang dilakukan secara
klasikal, setelah dievaluasi ternyata ada 3 kriteria yang bisa dikelompokkan. Kelompok
pertama yang benar-benar tidak bisa sama sekali, kelompok kedua yang bisa
sedikit – sedikit dan kelompok ketiga yang sudah lumayan lancer menulis dan
membaca. Demi keefektifan proses pembelajaran, kami membagi tugas berdasarkan ketiga criteria
tersebut di pertemuan berikutnya. Kami menggunakan berbagai macam media
pembelajaran seperti karton yang berisikan huruf alphabet, flash card ataupun
bacaan. Berbagai usaha kami lakukan untuk membuat proses pembelajaran semenarik
mungkin supaya mudah ditangkap oleh mereka.
Permainan menyusun huruf, menyanyi
dan berbagai macam tepukan melengkapi kegiatan kami setiap harinya. Bukan hal yang mudah memang untuk mengajarkan
orang yang sudah tua. Perlu kesabaran yang besar karena mereka akan begitu
cepat melupakan apa yang telah ,diajarkan. Terlebih orang – orang lanjut usia
yang belum mengenal huruf sama sekali. Tetapi melihat perjuangan mereka yang
pantang menyerah membuat kami juga terus bersemangat membagikan ilmu kami. Semoga
semangat belajar mereka tak berhenti walaupun kami sudah tak ada di Tambleg.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Jadi kangen Tambleg Nich hehehehehe
BalasHapusiyaaa benerrrr :D
Hapus