Dulu… dulu aku
berpikir bahwa bekerja di perusahaan terkenal seperti Pertamina, Astra ataupun BUMN
itu begitu hebat, begitu sibuknya melamar kesana kemari berharap dapat diterima di sebuah perusahaan bergengsi, itu dulu …. Dulu aku menganggap menjadi pegawai Bank
Indonesia dengan gaji 10 juta per bulan itu luar biasa. Betapa kecewanya ketika hanya tinggal beberapa tahap lagi dapat ikut andil di dalamnya, namun sayangnnya gagal. Tetapi itu dulu … Dulu
aku menganggap menjadi bekerja di kementrian pusat sebagai pegawai negeri itu
sangatlah keren. Bagaimana tidak…ribuan penduduk Indonesia yang melamar dengan jumlah formasi yang tak sebanding, menjadi kebanggan tersendiri jika
diterima, tetapi itu dulu. Betapa
sempitnya cara pandangku dulu yang menganggap materi ataupun cara
pandang masyarakat yang menganggap “keren” suatu profesi menjadi tolak ukur
kesuksesan seseorang. Bahkan bukan gaji besar ataupun orang lain menganggap apa yang jadi
masalah, tetapi apakah jiwa itu muncul di setiap detik gerak – gerik kita
melakukan pekerjaan? Apakah keikhlasan itu muncul ketika kita berjuang
menyelesaikan satu persatu tugas yang diberikan ? Apakah ada sesuatu yang
bermakna dari semua hal yang kita kerjakan yang akan membawa kebaikan pada diri
kita ? Sungguh pertanyaan – pertanyaan itulah yang seharusnya dari dulu sudah
kupikirkan. Walaupun terlambat dan harus melalui jalan yang berliku seakan
diriku yang tak memiliki tujuan sibuk berjalan kesana kemari, Alhamdulillah
cahaya itu tiba. Cahaya kebenaran yang menyinari setiap langkah kehidupan
sesuai dengan panggilan jiwa dan lubuk hati yang terdalam. Panggilan untuk
dapat bermanfaat tak hanya untuk diri sendiri, tak hanya untuk keluarga, dan
tak hanya untuk membesarkan nama perusahaan semata. Panggilan itu ada karena
adanya keinginan untuk dapat bermanfaat bagi sesama. Begitupun supaya dapat
berbuat sesuatu tak hanya sekedar materi belaka. Panggilan itu ada karena
merupakan amanah dari-Nya. Kepercayaan yang begitu besar untuk belajar dan terus
belajar, memperbaiki diri sehingga dapat menjadi suri tauladan bagi sesama.
Itulah kata hati. “ Sungguh sayang, kecerdasanmu tak pantas hanya untuk menjalani
profesi yang begitu biasa. Kamu harusnya bisa menjadi seseorang yang lebih daripada itu, “ kata mereka. Itu hanya pendapat mereka saja,
manusia, aku pun tak peduli. Keras hati iya…
bodoh juga iya… Jalan pikiran yang tak umum dimiliki oleh sebagian besar orang.
Biarlah orang berkata apa, yang penting hatiku selalu turut serta bersamaku.
Karena suara hati itulah yang membawa suara Illahi, sebagai petunjuk-Nya untuk
menempuh jalan hidupku sebenarnya.
" SELAMAT HARI GURU "
Teruntuk seluruh
guru yang ada di Indonesia
Selamat berjuang
menebar manfaat dimanapun berada.
Keep Spirit
^____^
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar