Siang
itu cuaca pulau Belitung begitu cerah. Langit biru membentang, hanya sedikit
awan yang melengkapi keindahan lukisan Sang Kuasa. Aku mengamati siswa – siswi
SD Muhamadiyah Tanjungpandan Belitung, tempatku mengajar saat ini, tengah melepaskan
energinya berlari kesana kemari, bermain di tengah lapangan sekolah mengisi
waktu istirahatnya. Sebagian sibuk
memegang makanan ringan dan minuman, serta yang lain sibuk menjilati es yang
memang tampak menggiurkan untuk dinikmati di tengah suhu udara yang kian
meninggi. Tiba – tiba seorang siswa datang ke kantor . Tampak kepanikan di raut
wajahnya, “ Bu… Femi pingsan!!!, “ katanya dengan nafas tersengal – sengal,
terlihat letih setelah berlarian. Lagi – lagi pingsan, batinku dalam hati. Femi
memang berkali – kali pingsan di sekolah. Aku dan guru – guru lain segera menuju ruangan
kelas lima, kelas di mana Femi berada. Sayang seribu sayang, sekolah yang aku
diami saat ini tak memiliki ruangan UKS seperti standard sekolah pada umumnya
disebabkan belum ada ruangan yang bisa dijadikan tempat. Karena itu, kami agak
kesulitan untuk menangani kasus siswa yang sakit seperti ini. Sebelum ke kelas
lima aku menyempatkan diri mengambil minyak kayu putih yang ada di kamarku yang
kebetulan ada di dalam lingkungan sekolah. Setengah berlari aku menuju ruangan
kelas lima dengan minyak kayu putih di dalam genggaman.
Suasana kelas lima saat itu begitu
ramai dengan para siswa yang berkumpul berkerumun Tak hanya kelas 5 saja,
tetapi semua siswa dari kelas lain pun ikut datang ingin tahu apa yang terjadi.
Aku menyuruh mereka menjauh, karena mereka membuat suasana kelas menjadi padat
dan panas, khawatr dengan kurangnya oksigen yang dibutuhkan oleh si anak
pingsan. Aku masuk ke depan kerumunan melihat Femi sudah terkapar di atas dua
meja yang telah disatukan. Aku memegangi tubuhnya. Kepalanya panas, sedangkan
tangan dan kakinya begitu dingin akibat keringat dingin yang keluar. Aku dan
guru – guru berusaha memijat – mijat tubuhnya, tangan dan kakinya supaya aliran
darahnya dapat lancar. Minyak Kayu putih
pun tak ketinggalan diciumkan pada lubang hidungnya supaya dia kembali pulih.
“ Apa sebenarnya yang terjadi ?”
Tanya seorang guru pada siswa –siswi yang ada di sana.
“ Ini, Bu, Riki dan Fandi tadi
menyuruh Femi ke kamar mandi untuk
melihat hantu. Akhirnya dia pingsan, Bu, “ seorang anak menjelaskan.
“ Riki !!!Fandi !!!! Apa yang kalian
lakukan?,” kata guru itu marah, “ Kalau terjadi apa – apa pada Femi, apa kalian
mau bertanggung jawab ? “
Riki dan Fandi hanya diam sambil
menundukkan kepala. Tampang mereka menunjukkan rasa takut dan penyesalan. Aku
tahu anak – anak itu hanyalah bercanda seperti layaknya anak – anak biasa.
Tetapi kali ini kasusnya berbeda, yang menjadi bahan bercandaan adalah anak
bernama Femi. Femi memang sedikit berbeda,
dia memiliki kelebihan yang tak dimiliki anak – anak lain. Dia adalah anak
indigo yang biasa orang menyebutnya dengan seseorang yang memiliki kemampuan
indra ke-6. KArena itu dia memiliki kemampuan khusus yaitu bisa melihat dan
merasakan hal – hal yang ghaib. SAyangna fisiknya masih begitu lemah, dia masih
belum kuat menerima apa yang menjadi kelebihannya tersebut, sehingga sewaktu –
waktu dia bisa pingsan ataupun kerasukan. Terlebih lagi kalau dia mengunjungi
tempat – tempat yang bisa disebut “angker”. Salah satunya di sekolahku yaitu
kamar mandi sekolah. Dia sebenarnya tak diizinkan oleh orang tuanya dan guru –
guru untuk ke kamar mandi sekolah. Karena kalau dia ke tempat tersebut walhasil
dia akan pingsan. Memang kata gossip – gossip yang beredar kamar mandi itu
banyak penunggunya. Aku sendiri pun tak tahu pasti kebenarannya. Wallahu
‘Allam. Kamar mandi sekolah memiliki 4 ruangan. Saat ini yang dipakai hanyalah
2 kamar mandi, sisanya dibiarkan rusak dan kotor begitu saja entah mengapa.
Femi perlahan membuka matanya. Dia
tampak begitu lemah. Kami memberinya minum supaya keadaannya lebih baik. “ Femi
tak apa – apa ? “ Tanya kami. Dia hanya menggeleng. Matanya menutup kembali
tapi kami tahu dia sudah sadar, dia menyebut – nyebut ayahnya. Seorang guru mencoba
memanggil orang tuanya ke sekolah. Femi membuka matanya kembali, sayu. Lama dia
terdiam tak berkata apapun. Dia menatap kosong ruangan, seperti orang
kerasukan. Aku tak berhenti memijit – mijit tangannya sambil membacakan ayat –
ayat Al Qur’an. Kami pun membimbingnya untuk menyebut Asma Allah. Tiba – tiba
tubuhnya yang masih terbaring di meja, punggungnya terangkat sendiri. Tubuhnya
seperti kesakitan. Aku tak lepas memegang tangannya sambil terus menerus
membaca ayat – ayat Al Qur’an. Punggungnya kemudian kembali ke posisi semula.
Tetapi tak lama kemudian, punggungnya terangkat kembali dan ekspresinya tampak
kesakitan. “Femi…apa yang terjadi padamu Nak, “ bisikku lirih. Aku begitu
khawatir dengan keadaannya sedangkan aku sendiri tak tahu apa yang harus kulakukan,
aku tak pernah menangani kasus seperti ini sebelumnya, yang aku hanya dapat
lakukan hanya berdoa. Begitulah berkali – kali kejadian itu terjadi.
Alhamdulillah setelah itu tubuhnya mulai
tenang, dia tetap terbaring sambil membuka matanya, tubuhnya masih lemah.
Tetapi pandangannya masih kosong. “ Femi…Femi….” Kami memanggil – manggil
namanya sambil menggerakkan tangan kami di depan matanya. Tetapi dia hanya
diam, pandangannya tetap kosong. “ Istighfar Femi…Istighfar, “Suatu keanehan
kembali terjadi padanya. Dia yang tadinya hanya diam saja tanpa ekspresi. Tiba
– tiba matanya berkedip cepat dan dia tersenyum sendiri. Aku melihat menuju ke
arah tatapan matanya, namun yang kulihat hanyalah sebilah papan tulis kosong.
Dia kembali tak berekspresi, tetapi tak lama kemudian kembali dia mengeluarkan
seyuman tanpa arti. Agak menakutkan memang. Semua orang menjadi merinding
melihatnya.
Seorang ibu paruh baya datang yang
kuketahui adalah ibunya Femi. Ibu itu langsung memeluk dan menenangkan Femi.
Femi yang melihat ibunya datang memanggil ibunya lirih, “ Ma..ma.. “ Ibu Femi
menuntun Femi membaca istighfar perlahan, membiskkan terus menerus kalimat
Astaghfirullahal ‘Adzim ke telinganya. Femi sepertinya mulai kembali
kesadarannya. Tatapannya tak lagi kosong walaupun tubuhnya masih lemah, dia
menyadari ibunya tengah berada di sampingnya. Ibunya menggosok – gosok tubuhnya
sambil meminumkan air putih padanya. “ Beginilah Bu, “ kata Ibu Femi kepada
kami “ Memang Femi itu seperti ini. Tubuhnya begitu lemah. Kami sudah berusaha
mengobatinya, mencoba membuat tubuhnya kuat atau menghilangkan kemampuan
‘melihatnya’ tetapi masih belum berhasil. Kalau dia ke kamar mandi sekolah
pasti seperti ini. “
“ Iya, saya pun sudah menyuruh Femi
kalau mau ke kamar mandi mending ke panti saja, jangan ke kamar mandi sekolah,
“ kata Bu Suharti, salah seorang guru yang juga pengurus panti yang berada di
depan sekolah. “ Ini karena ulah Fandi
dan Riki, Bu. “ Anak yang ditunjuk hanya diam tak bergeming. Guru – guru
memarahi Riki dan Fandi yang menjadi penyebab kejadian itu. Ibu Femi kemudian
menengahi, “ Riki dan Fandi lain kali kalau mau main dengan Femi jangan ajak ke
kamar mandi , ya, “ katanya halus, “ Femi pun tak kuat jika harus ke sana. “
Riki dan Fandi hanya mengangguk sambil menunduk. Tak lama kemudian ibu Femi
membawa anaknya pulang ke rumahnya.
Anak indigo adalah anak yang
diberikan kelebihan oleh Tuhan untuk memiliki kemampuan lebih dibandingkan yang
lain. Terkadang orang melabelinya dengan cap khusus seperti “anak aneh” atau “ anak abnormal.” Padahal anak indigo
sama layaknya dengan anak – anak lain hanya bedanya dia dapat memiliki
penglihatan di luar manusia normal, dapat melihat hal – hal ghaib dan juga
biasanya memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ciri – cirri yang dimilikinya
biasanya emosi yang suka meledak –
ledak, tingkat kesensitivan yang tinggi, terkadang suka berbicara sendiri
ataupun sakit yang dideritanya seperti sakit kepala ataupun sakit lambung.
Biasanya anak dengan kemampuan ini diberi kemampuan lebih oleh Allah untuk
menyembuhkan orang yang sakit. Begitu
istimewanya anak ini sehingga sudah seharusnya orang tua yang diamanahkan untuk
merawatnya di dunia, memberi perhatian lebih, terutama dalam hal spiritual,
memperkokoh keimanan dan ketakwaannya sehingga menjadi anak yang tumbuh dengan
jiwa yang sehat karena dengan begitu kemampuannya akan banyak bermanfaat untuk
orang lain. Karena setiap anak yang dilahirkan di muka bumi mengemban amanahnya
masing – masing, hal yang sudah dituliskan oleh Allah sebagai pencipta manusia.
Begitu pun dengan anak indigo, mereka ada di dunia karena adanya amanah dari
Allah untuk melakukan sesuatu hal yang luar biasa di dunia dengan kelebihan
yang dimilikinya, sekarang tergantung orang tua dan pendidiknya yang seharusnya
dapat mengarahkan anak tersebut sehingga amanah itu dapat terpenuhi.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar