Setiap
ada pertemuan pasti ada perpisahan. Hal tersebut sudahlah menjadi hukum alam.
Perpisahan memang bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi mau tak mau kita harus
dapat menerima salah satu proses kehidupan yang satu itu. Sebelumnya aku sama
sekali tak menyangka, hari terakhir kami di Tambleg, Banten akan menjadi salah
satu momen kesedihan hidup yang pernah kulalui. Terlepas dari kebahagiaan bahwa
kami akan kembali dapat menikmati fasilitas – fasilitas kehidupan dengan cukup
mudah di perkotaan, ternyata di balik itu semuanya menyimpan duka yang cukup
dalam.
Hari itu, tanggal 1 Januari 2013,
tahun baruku di tempat yang baru pula, pagi – pagi sekali setelah Shalat Subuh
aku memulai untuk berkemas. Merapikan dan memasukkan pakaianku satu persatu ke
dalam tas besarku. Begitu banyak barang yang harus dibereskan. Yahh…tak terasa
sudah 3 minggu aku berasa di Kampung itu. Rasanya baru beberapa hari yang lalu
aku datang dan akhirnya tiba waktunya untuk pulang kembali. Berbagai perasaan
campur aduk jadi satu. Aku pasti akan merindukan tempat itu, pikrku. Banyak hal
menarik yang aku dapatkan di sana dan pastinya semua itu tak akan terlupakan.
Terlebih lagi keluargaku yang sangat baik hati. Pagi itu ibu dan bapakku
beraktivitas seperti biasa. Tetapi aku tahu ada yang beda di wajah mereka. Raut
wajah kesedihan. Aku akan begitu sedih dan tak tega meninggalkan mereka.
Adikku Didi sudah bangun di pagi
hari. Melihatku berkemas memasukkan barangku ke dalam tas dia pun bertanya “
Mbak mau kemana?”. “ Mbak badhe uwih,” jawabku sambil tersenyum. “ Uwih
kamana?” tanyanya lagi. “ Ke Bogor. Ayok adik ikut Mbak ke Bogor,” ajakku. Dia
hanya menggeleng sambil memandangiku. “ Adik yang pintar ya nanti kalo mbak
sudah pulang,” kataku padanya sambil membelai lembut kepalanya. Ohh… sungguh
aku akan merindukan adikku yang satu ini. Adikku yang begitu unik. Maafkan aku
Allah, aku belum bisa banyak berbuat banyak untuk dia, kataku dalam hati. Aku
masih merasa menjadi kakak yang belum sukses, terkadang aku belum bisa
mengendalikannya. Aku hanya berdoa yang terbaik untuknya ke depan. Semoga dia
bisa menjadi anak yang penurut, saleh dan berbakti kepada kedua orang tua.
Waktu sudah hampir menunjukkan pukul
7 pagi. Waktunya aku untuk pulang. Aku pamit kepada bapak dan ibuku. Aku
meminta maaf atas segala kesalahan yang sudah kulakukan, meminta maaf jika
telah merepotkan. Mengapa semuanya menjadi terasa begitu berat, berat
meninggalkan rumah baruku itu. Rasa
kekeluargaan dan kecintaan yang amat besar, akan sangat terasa ketika kita akan
berpisah. Ibuku membantu memanggilkan ojek untuk mengantarkan barangku yang
berat. Kami berjalan turun untuk menuju ke depan rumah Pak Utar, tempat
berkumpul anak – anak SGI untuk kemudian berjalan bersama – sama ke Nagajaya.
Aku melihat di sana sudah ramai sekali orang. Semua warga datang mengantarkan
kepergian kami. Aku benar – benar tak menyangka, sebegitu berartikah kami di kampung
ini. Beberapa waga tampak menangis, tak
rela dengn kepergian kami, begitu pula dengan teman – teman SGI. Wajah mereka
memancarkn kesedihan yang mendalam. Ohh…aku benci orang menangis. Aku sudah
mewanti – wanti diriku sendiri untuk tidak menangis, tetapi melihat orang lain
menangis selalu membuatku ingin menangis pula. Aku tak bisa menahan air mataku
yang jatuh. Aku mencoba berkeliling menyalami warga satu persatu. Semuanya
sedih. Aku betul – betul tak menyangka, warga Tambleg memiliki rasa
kekeluargaan yang luar biasa. Ikatan hati
yang kuat terjalin dalam kurun waktu
hanya tiga minggu.
Mereka kemudian mengantarkan kami
sampai ke Nagajaya dengan berjalan kaki. Beberapa rela membawakan barang kami.
Kesedihan yang mendalam memuncak memenuhi seluruh relung hati. Suara deru truk
mulai terdengar. Mereka pun menangis melepas kepergian kami, begitu pula dengan
kami. Tambleg oh Tambleg…begitu banyak kenangan yang sudah terjalin. Kami pasti
akan sangat merindukan kampung yang satu ini.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar