Banyak
hal yang begitu menarik ketika berbicara
mengenai Kampung Tambleg. Tambleg adalah salah satu kampung yang sangat indah,
sejuk, dan nyaman terletak di daerah Desa Cidikit, Kec. Bayah Kab. Lebak Prov.
Banten. Letak georgarafisnya terdiri dari daerah pegunungan gunung pasir Malang
menurut salah seorang tokoh yakni bapak Parta pada saat diwawancarai
menyebutkan bahwa kampung ini adalah lokasi tempat batu besi yang tempat itu di
jaga oleh batu keris 7 lapis, konon katanya tempat ini banyak mengandung emas,
tapi emas tersebut baru bisa di dapatkan setelah bisa menembus pejaganya yakni
batu keris 7 lapis.
Pak
Parta menyebutkan bahwasannya penamaan Tambleg di ambil dari bahasa sunda dengan
akar kata Namleg artinya melekat, diam, berhenti. Kemudian dengan seiring
perubahan kata maka daerah tersebut namanya berubah nama menjadi Tambleg
maksudnya bila ada orang yang berkunjung ke daerah ini maka biasanya orang
tersebut akan merasa adem, nyaman dan betah untuk mukim disini, setiap orang
yang yang berniat jahat maka akan takluk dan tidak ada apa-apanya berhadapan
dengan orang Tambleg.
Informasi
lain yang didapatkan dari ketua adat (red. Bapak Sadna) beliau menceritakan
bahwa awal mula kampung Tambleg ini diawali ketika saat anak-anak dari sebuah
keluarga berkumpul, datanglah seorang ayah dan memberi nama kampung ini dengan
kampung Tambleg, konon katanya kata Tambleg ini merupakan kirata (dikira-kira
tapi nyata) maksudnya perkiraan orang-orang tua dahulu yang biasanya menjadi
kenyataan, katanya Tambleg ini adalah tempat menyimpan barang-barang pusaka
yang sudah lama terpendam, kampung Tambleg mengandung arti tempat menyimpan
barang-barang lama. Pada zaman dahulu nenek moyang kampung ini memperediksi
bahwasannya nanti pada suatu saat beberapa tahun ke depan akan ada orang dari
tepi pantai selatan mengungsi karena tanah dan tempat orang-orang pantai
selatan tersebut akan habis dibeli oleh orang-orang bule, dan akan ada
bangunan-bangunan dan yang mengisinya adalah para sarjana dan para santri juga
akan ada lapangan kerja yaitu lokasi batu besi yang luasnya 25 Hektar, akan ada
juga jalan lintas antara pantai Sawarna sampai daerah Bogor, dan ternyata
prediksi tersebut pada saat ini jadi kenyataan misalnya: di daerah ini banyak
tambang besi dan emas, pernah kedatangan Menteri Agama Drs. Surya Dharma Ali,
para pejabat dan para tokoh lainnya
ketika terjadi ambruknya bangunan MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) yang menewaskan
1 orang siswa.
Pada
zaman dulu mula-mula yang membuat rumah disini yaitu Uyut Isah ada juga yang
menyebutnya bapak Iska, pada waktu awal mula kedatangannya daerah ini masih
berbentuk hutan belantara, kemudian bapak Isah membukalah perkampungan baru dan
selanjutnya beliau memiliki 5 (lima) orang anak yaitu yang bernama: Sarim,
Alman, Rapiah, Sakmendi, dan Iti.
Sumber
lain menyebutkan Uyut Isah ini memiliki putra/I uyut Udi (keturunannya ki adot,
nini arheni, ki haya), uyut Lami’ah (keturunannya ma Tata, ki Aryana, Ki
alhana, ni aspeni), ma tata memiliki putra bernama: ki Madhari (ayahnya Pak
Adtoni), ki mihad (Naga Mekar), Sahati (keturunannya Salwinah, Zaed, Saedi)
uyut Iti, Salwinah (keturunannya abah Ukar, Pak Parta, Rumsiti (Naga Jaya),
Suanah, Sukmanah ) Pak Parta (Ali, Neli)
cucu (Yogi, Yuni, Anto, Bayu, Jamil) penduduk yang sekarang kebanyakan dari
keturunan uyut lamiah. Seiring berjalannya waktu akhirnya uyut Isah dipanggil
Ilahi meninggal dunia sekarang makamnya berlokasi di dekat lapang sepak bola.
Selanjutnya beliau memiliki keturunan dan bermukim di sini tidak merantau tapi
menetap di Tambleg sehingga lama kelamaan penduduk Tambleg semakin banyak
sampai sekarang kurang lebih ada 120 KK.
Demikianlah
sedikit cerita mengenai sejarah Tambleg. Begitu banyak hal menarik yang
didapatkan setelah mengunjungi Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Terutama mengenai keadaan masyarakatnya.
Seperti suasana pedesaan pada umumnya, pertama kali mengunjungi daerah
tersebut, kita dapat merasakan suasana kekerabatan yang amat kental,
kontras jika dibandingkan dengan
lingkungan perkotaan yang masih mengutamakan individualisme masing - masing.
Tak heran, sebagian besar dari warganya
memiliki hubungan keluarga satu sama lain. Tetapi hal tersebut tidak menjadikan
mereka bersikap defensive, mereka bersikap terbuka sekali dan begitu ramah
terhadap pendatang. Senyuman dan sapaan hangat menjadi makanan sehari – hari
masyarakat Tambleg. Begitu pun ketika kita lewat di depan rumah mereka, tak
segan – segan mereka mempersilakan untuk berkunjung dan memberi makanan yang
tak sedikit.
Sebagian besar dari mereka bermatapencaharian
sebagai petani. Mereka memiliki sawah dan lading mereka sendiri untuk bercocok
tanam. Pagi – pagi sekali mereka sudah berangkat dan pulang di sore hari untuk
mengurusi sawah mereka. Walaupun usia mereka sudah tak lagi muda tetapi
terlihat semangat mereka yang begitu luar biasa. Kekuatan fisik memang menjadi
kelebihan mereka. Karena itu, mereka jarang sekali membeli bahan makanan pokok
untuk dikonsumsi. Mereka mengambil hasil
pertanian dan perkebunan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarga. Padi, jengkol, singkong dan pete menjadi bahan makanan favorit yang
ada di masyarakat Tambleg.
Hal
– hal yang berbau mistis masih melekat kuat pada masyarakat di sana.
Kepercayaan – kepercayaan seperti upacara adat, pemberian sesajen dan hal – hal
spiritual lain menjadi tradisi yang susah dihilangkan dalam masyarakat.
Padahal, seluruh warga Tambleg adalah muslim, tetapi tetap saja kepercayaan nenek
moyang tersebut tak dapat dipisahkan. Ada juga yang cukup mengganggu yaitu
banyaknya anjing berkeliaran dimana – mana. Tak tahu pasti apakah itu anjing
peliharaan orang ataupun anjing liar, yang jelas mereka dibebaskan begitu saja,
berkeliaran dimana – mana. Memang anjing tersebut tidak mengganggu, tetapi bagi
umat muslim cukup menjadikan was – was dengan anjing yang berkeliaran dan
menginjak lantai – lantai rumah warga.
Dari
segi pendidikan, bisa dikatakan pendidikan masyarakat Tambleg masih begitu rendah.
Di sana hanya ada sebuah sekolah dasar dan sebuah SMP dengan fasilitas yang
dikatakan kurang memadai. Pernikahan dini masih marak terjadi di kalangan
masyarakat. Parahnya, budaya kawin – cerai juga merupakan hal yang biasa di
Kampung tersebut. Banyak hal yang harus
diperbaiki di sana. Semoga akan banyak orang – orang yang datang ke sana untuk
menginspirasi dan memperbaiki kondisi masyarakat di Tambleg.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
lanjutkan berkarya
BalasHapuskang..., di tambleg ada yang disebut "pasir janji" gemana sejarahnya ya...? mohon penjelasan. Hatur nuhun...
BalasHapuswah saya malah belum pernah dengar itu, Pak :)
BalasHapus