Memasuki daerah Zona Pengembangan Insani , kami
disambut oleh sesosok pria berseragam biru tua lengkap dengan pentungan orange
di tangannya. Bapak separuh baya ini menyapa dengan ramah sambil tersenyum dan menanyai
perihal identitas dan keperluan kami di tempat tersebut. Beliau adalah salah
seorang security di Bumi Pengembangan Insani yang sedang bertugas. Beliau
bernama Bapak Irsan Malik, Pak Irsan begitulah biasanya kami memanggil. Pria
berusia 38 tahun ini tinggal tak jauh dari tempat kerjanya, lebih tepatnya di
Gang Harapan 2, Jampang. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata sebenarnya
beliau bukanlah orang asli Jampang. Pak
Irsan adalah seorang perantau dari pulau seberang nan jauh di sana, Sulawesi,
tepatnya di kota Palu. Pria kelahiran 7
Januari 1975 ini memiliki keinginan kuat untuk merantau dan mencari nafkah di
kota lain. Setelah kelulusannya dari SMA pada tahun 1993, pada tahun 1995 dia
mulai mengadu nasibnya di ibukota yang katanya lebih kejam daripada dari ibu
tiri, Jakarta.
Atas bantuan pamannya yang ada di
Jakarta, akhirnya mulai tahun 1995 sampai dengan 2000 beliau mendapatkan
pekerjaan sebagai pelaksana proyek pembangunan yang ada di banyak tempat di
Indonesia seperti Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, dan Tangerang sebelum
akhirnya beliau mendapat amanah untuk menjalankan proyek Madaniyah di Parung,
Bogor. Perlu diketahui bahwa sebelum adanya Bumi Pengembangan Insani, Dompet
Dhuafa tempat tersebut dimiliki oleh Sekolah Madaniyah, sekolah elit bertaraf
internasional yang cukup dikenal oleh masyarakat. Namun pada tahun 2004,
sekolah tersebut pindah ke daerah Telaga Kahuripan dengan alasan mencari tempat
yang lebih luas untuk dipakai membangun gedung sekolah. Akhirnya pada tahun itu
pula, terjadilah pergantian kepemilikan dari Sekolah Madaniyah menjadi Lembaga
Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa.
Ketika terjadi pergantian
kepemilikan, Bapak Irsan mendapatkan kabar dari kakak iparnya bahwa Lembaga
Pengembangan Insani butuh banyak sekuriti. Karena tugas beliau di proyek juga
sudah selesai, maka Pak Irsan mencoba untuk melamar untuk menjadi bagian salah
satunya. “ Sebenarnya saya berasal dari SMEA administrasi, tetapi tak tahu
mengapa saya jadi banting setir menjadi seorang satpam. Memang sepertinya sudah
takdir Allah seperti itu, “ kata beliau sambil tersenyum penuh syukur. Setelah
menjalani seleksi dan serangkaian tes yang cukup ketat akhirnya beliau cukup
beruntung diterima menjadi salah satu dari
tujuh sekuriti di LPI dari puluhan orang yang mendaftar. Yah … jalan hidup
memang begitu susah ditebak. Akhirnya sampai saat ini tak terasa sudah sekitar
9 tahun beliau berkiprah di Lembaga Pengembangan Insani.
Sebagai orang yang sudah cukup lama
tinggal di Jampang, beliau menilai lingkungan Jampang sebagai lingkungan yang cukup
baik. “ Saya merasa nyaman dan betah tinggal di Jampang mbak karena di sini
rasa kekeluargaannya begitu erat, tak seperti di kota – kota pada umumnya, “
kata beliau. “ Selama ini juga daerahnya cukup aman, mungkin dulu pernah
terjadi kasus – kasus kriminalitas, tetapi itu dulu sekali sewaktu disini masih
dipakai oleh Sekolah Madaniyah. Sekarang mah aman, “ tambahnya.
Sebagai seorang petugas keamanan di
Bumi Pengembangan Insani, beliau mempunyai beberapa kewajiban yang harus
dijalankan. Di antarannya yaitu menjaga pos satpam untuk mengetahui keluar
masuknya orang di lingkungan tersebut, membantu menyebrang jalan di depan BPI,
membuat laporan khusus pemakaian ruangan dan tak lupa patroli keliling
lingkungan BPI sejam sekali. Untuk jam kerjanya sendiri tak tentu, yang pasti
setiap sekuriti punya jatahnya masing – masing, dua hari di sesi pagi yaitu jam
06.00 – 14.00, dua hari di sesi siang, yaitu jam 14.00 – 22.00 dan dua hari di
sesi malam antara pukul 22.00 – 06.00. Seminggu sekali mereka mendapatkan jatah
libur.
Ketika ditanya apakah selama ini ada
kejadian yang tidak menyenangkan mengenai keamanan yang terjadi di lingkungan
LPI, beliau menjawab bahwa pernah terjadi sekali kasus pencurian di akhir tahun
2011 yang cukup menggemparkan. “ Saat itu pukul 12 siang waktunya istirahat, “
Pak Irsan bercerita “Makmal pendidikan dikejutkan dengan hilangnya 4 buah
laptop yang diletakkan di atas meja. Laptop – laptop tersebut letaknya
berjajaran. Padahal di Makmal tersebut sudah dipasang CCTV yang tidak diketahui
oleh security ataupun orang – orang lain. Tetapi si pencuri seolah – olah tahu,
dia menutup CCTV tersebut sebelum menjalankan aksinya. Sampai saat ini belum
diketahui penyelesaian dari masalah tersebut. Yah kita hanya bisa berharap yang
terbaik saja untuk pencurinya, “ tambahnya. Memang masalah keamanan adalah
masalah yang sangat krusial yang harus diperhatikan.
Profesi penjaga keamanan yang sudah
digelutinya 9 tahun sudah menjadi bagian hidupnya. Walaupun ada tawaran yang
lebih menarik untuk bekerja di tempat lain, Pak Irsan merasa berkeberatan untuk
meninggalkan pekerjaannya yang sekarang. Beliau sudah merasa nyaman, dekat
dengan keluarga dan mendapat gaji yang berkah . Itu hal yang cukup untuk
beliau. Begitu banyak pelajaran yang dapat diambil dari dari kesederhanaan dan
ketulusan Pak Irsan sebagai petugas keamanan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Jasanya senantiasa menjaga lingkungan BPI tak boleh dipandang sebelah mata. Bukankah
menjadi bagian dari salah satu lembaga zakat adalah pekerjaan yang begitu mulia
?
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar