Perasaan
dag dig dug tak karuan aku rasakan ketika sampai di Kampung Tamblek, Desa
Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Masih belum terbayang dalam
benakku bagaimanakah keluarga yang akan menjadi induk semangku. Yaa… untuk
program KKN bertemakan SHARE ( SGI Help And Care ) yang merupakan rangkaian
program Sekolah Guru Indonesia ini, setiap peserta SGI 4 akan ditempatkan dalam
setiap rumah yang berbeda di kawasan Kampung Tambleg, Banten. Harap – harap
cemas karena kita tidak tahu bagaimana kondisi keluarga yang akan kami tempati
nanti.
Kupandangi sejenak tempat tinggal
baruku dari luar. It’s not really too bad, tidak seperti yang kubayangkan.
Bahkan tempat KKN-ku dulu sewaktu aku kuliah jauh lebih parah. Rumahnya mungil,
tetapicukup modern, tidak seperti rumah – rumah lain di lingkungantersebut yang
masih tampak begitu tradisional. Di rumah baruku ini lantainya beralaskan
keramik dan dindingnya juga sudah menggunakan tembok. Kulihat ada poster besar di
dinding depan rumah yang bertuliskan “ Posyandu “. Ohh… aku baru tahu bahwa
rumah yang akan kutempati ternyata adalah rumah salah satu kader Posyandu yang
biasa dijadikan untuk tempat kegiatan tersebut.
Seorang ibu separuh baya berkulit
sawo matang tersenyum menyambut kedatanganku. Itulah ibu baruku. Bu Hena
namanya. Sewaktu aku datang,
tepatnya di malam hari, suami ibu itu yaitu Bapak Ruskanda sedang tidur di
depan ruang televise. Bapak baruku kemudian terbangun melihat kedatanganku.
Sempat tak enak hati karena telah mengganggu tidur beliau. Pak Ruskanda,
begitulah biasanya orang lain menyebut. Tampak sangar dengan kumisnya, tetapi
orangnya baik hati. Aku hanya berharap mereka bisa menjadi keluarga yang baik
bagiku. Aku yakini bahwa apapun keteteapan Allah itu merupakan yang terbaik
untukku, juga dengan keputusan-Nya untuk menempatkanku di rumah ini.
Awalnya Bu Hena dan Pak Rus tidak
banyak bicara padaku yan kemudian aku ketahui alasannya dari ibu baruku itu,
yaitu mereka tidak terbiasa berbicara dalam bahasa Indonseia. Mereka
menggunakan bahasa Sunda untuk bahasa sehari – hari mereka, sehingga ketika
mereka berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, mereka menjadi agak kagok, ragu
dan akut salah. Tetapi akhirnya aku berhasil meyakinkan meekan bahwa tak perlu
ragu untuk berbicara Bahasa Indonesia padaku dan tak masalah bagiku untuk
mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Sunda karena aku sedikit mengerti
bahasa Sunda dan ingin banyak belajar dari mereka. Sejak saat itu mereka
menjadi lebih percaya diri untuk berbicara denganku.
Ternyata Allah tak salah
menempatkanku di rumah ini dan di keluarga ini. Ibu dan bapak baruku begitu
baik padaku, bahkan menganggapku sebagai anak sendiri. Mereka begitu perhatian,
terutama untuk urusan makan. Mereka tak akan pernah membeiarkan perutku dalam
keadaan kosong barang sedetikpun. Begitu banyak makanan hasil olahan sendiri
yang disediakan setiap waktu dan mereka
tak segan menegurku kalau aku tak makan sekali saja. Mereka tak akan membiarkanku
keluar Kampung Tambleg dalam keadaan kurus kering layaknya orang kurang gizi.
Selain mendapat ayah dan ibu baru,
aku juga mendapat saudara – saudara baru. Ibu dan bapak baruku mempunyai 2
orang anak, yang pertama perempuan dan yang kedua laki – laki. Anak
perempuannya berumur 20 tahun yang sekarang tinggal di Bogor karena dia bekerja
di sana. Namanya Henti. Karena jarang pulang aku belum pernah bertemu
dengannya. Adiknya bernama Didi Mardiana. Seorang anak laki – laki berumur 4,5
tahun yang bisa dikatakan cukup aktif. Anaknya baik dan selalu ingin tahu,
tetapi terkadang dia cukup bandel dank eras, susah untuk dinasehati. Tak jarang
juga dia sering mengganggu teman – temannya sampai temannya menangis. Disinilah
tantangannya bagiku. Terus terang kadang aku kewalahan menghadapi sikapnya,
tetapi aku tahu pada dasarnya dia hanya ingin mencari perhatian. Orangtuanya
selalu menyebutnya sebagai anak yang bandel, yang aku ketahui merupakan mindset
buruk dan sugesti negative untuk anak balita sepertinya. Sedikit demi sedikit
aku berusaha mencoba membalikkan mindset anak itu menjadi positif seperti “
Didi anak yang pintar “ atau “ Didi anak yang baik “.
Entah mengapa Didi selalu ingin ikut
denganku kemanapun aku pergi. Dia selalu menggandeng tanganku dan terkadang
takmau lepas dariku. Tak jarang sampai menangis jika kutinggal. Aku tak
mengerti jalan pikirannya. Apakah dia butuh kasih saying lebih, atau ia sedang
merindukan kakaknya. Aku tak paham mengenai hal itu. Aku hanya berharap bisa
menjadi kakak yang baik baginya.
Didi mungkin terkesan agak keras,
susah dinasehati dan terlalu cuek, tetapi aku tahu sebenarnya diam – diam dia
memperhatikan. Pernah waktu itu di sela – sela kesibukannya bermain aku mencoba
mengajarinya menyanyi.. “ Satu – satu aku saying ibu … dua – dua aku saying
ayah ..tiga – tiga saying adik kakak … satu dua tiga … saying semuanya …”.
Waktu itu dia sama sekali tidak menghiraukanku. Dia hanya terkadang mengikutiku
pada suku kata terakhir. Selebihnya dia seolah tak peduli dan terlihat sibuk
sendiri. Namun aku tak mau menyerah, aku ulang – ulangi lagunya sampai aku
kelelahan sendiri. Suatu ketika ketika dia sedang bermain bersama bapaknya di
kamarnya, aku mendengarnya mengobrol bersama bapaknya dan menyanyikan lagu itu
dengan lancer. Senang sekali rasanya, walaupun seolah – olah tak peduli
ternyata diam – diam dia memperhatikan apa yang kukatakan dan kuajarkan. Didi …
oh Didi …
Itulah keluarga baruku. Dengan
segala suka duka di dalamnya, mengingatkanku pada keluarga di rumah. Ibu … ayah
… adikku … bagaimana kabar mereka ya? Sudah lama rasanya aku tak bertemu dengan
mereka. Semoga Allah menganugerahkan kepada mereka semua di sana. Amin…
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar