Rabu, 23 Oktober 2013

Korelasi Antara Bakat dan Minat, Mencetak Pribadi Unggul




Belitong Ekspress, Kamis 17 Oktober 2013
Setiap manusia itu dilahirkan unik, selalu ada perbedaan mendasar antara yang satu dan yang lainnya. Walaupun anak kembar identik sekalipun, pasti ada sesuatu yang berbeda, baik kebiasaannya, cara berpikirnya ataupun keinginannya. Hal tersebut memang sudah menjadi semacam kodrat yang digariskan Tuhan kepada kita. Perbedaan – perbedaan sejatinya  ada untuk saling melengkapi antara yang satu dan yang lainnya. Begitu pula ketika kita berbicara mengenai kemampuan atau kelebihan dan juga kelemahan yang berbeda pula antara satu dan yang lainnya. Kenyataan itulah yang seharusnya lebih dipahami masyarakat karena rasanya tak adil untuk membandingkan antara orang yang satu dan yang lainnya, karena memang perbedaan itu pastinya ada. Setiap insan yang dilahirkan di dunia ini pasti memiliki kemampuan tersendiri,  kelebihan yang membuatnya berbeda dengan orang lain. Kecerdasan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada setiap umat-Nya. Hal itu pastilah ada, tidak mungkin tidak, selebihnya tugas manusia untuk menggalinya. Menurut salah satu teori psikologi yang dimunculkan oleh Howard Gardner, ada sembilan macam kecerdasana yang dimiliki oleh manusia, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan verbal, kecerdasan matematis, kecerdasan linguistic, kecerdasan musical, kecerdasan naturalis, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan eksistensial. Semua kecerdasan tersebut sudah pasti dimiliki oleh setiap orang, hanya porsinya saja yang berbeda. Ada yang kecerdasan musicalnya menonjol tetapi kecerdasan naturalisnya rendah, ada pula yang sebaliknya. Itulah yang membuat semua orang begitu berbeda. Menganggap seorang anak itu bodoh karena dia tak pandai matematika misalnya itu adalah sesuatu yang belum tentu benar, karena bisa jadi anak tersebut memiliki kecerdasan di bidang lain yang menonjol. Kemampuan itu bisa disebut sebagai bakat. Bakat itu layaknya harta karun terpendam. Bisa jadi ditemukan atau tidak tergantung diri pribadi dan lingkungannya yang mempengaruhi. Ketika bakat itu telah ditemukan dan diasah sedemikian rupa sehingga menjadi mata pisau yang tajam maka kemampuannya akan menjadi begitu luar biasa, menonjol daripada orang – orang pada umumnya. Tetapi sebesar apapun bakat yan dimiliki kalau saja harta karun itu masih terpendam, segala sesuatu itu hanya akan menjadi sia – sia, tak ada manfaat apapun yang bisa diambil oleh dirinya sendiri dan juga sesama.
                Berbicara mengenai anak memang menjadi topic yang menarik bagi kalangan orang tua dan pendidik pada umumnya. Menghubungkan dengan anak – anak yang begitu berbeda satu sama lain, begitu berbeda bakat – bakat yang dimiliki seharusnya dapat memberikn kesadaran bahwa tak adil menyamaratakan anak tersebut menjadi satu tujuan. Sebenarnya hal itulah yang perlu lebih diperhatikan oleh sistem pendidikan di Negara kita. Bagaimana bisa anakk - anak dengan berbagai macam  kemampuan yang berbeda diperlakukan sama, dicekoki ilmu yang sama dan diharapkan menjadi manusia yang sama pula, yaitu menjadi manusia cerdas versi “kata orang”.  Hal itu menjadi begitu tak adil, baguslah kalau memang anak – anak yang sejalan dan benar – benar memiliki bakat untuk kategori cerdas versi “ kata orang “ Kalau dia memiliki bakat terpendam yang lain, itulah yang harus lebih diperhatikan. Begitu kuno rasanya ketika kita mengaitkan versi cerdas dengan memandang kecerdasan dari satu sisi saja,  karena sebenarnya begitu banyak hal lain yang juga lebih diperlukan dalam hidup. Itulah sebenarnya tugas orang tua dan juga tugas pendidik kita, untuk menemukan kunci terbesar dalam anak – anak generasi penerus bangsa, kunci yang dapat membuka semua kemampuan dan potensi tersebut untuk menjadi genarasi yang unggul dan menjadi ahli di bidangnya masing – masing. Melihat bakat seorang anak bisa dinilai dari kemampuannya yang menonjol dibandingkan teman – temannya, apakah dia lebih cepat berkata – kata, lebih cepat bergaul di masyarakat atau memiliki kemampuan logika yang lebih baik dibandingkan yang lainnya. Bisa jadi itu adalah kunci yang dicari – cari selama ini. Setelah menemukan bakat yang dimilikinya maka para orang tua atau guru dapat lebih bisa mengarahkan karena sudah tahu arah dan tujuan. Pemberian motivasi dan dukungan secara moril juga sangat diperlukan untuk perkembangan kemampuan seorang anak.
                Berbicara mengenai bakat, tak dapat lepas pula dengan yang dinamakan minat. Minat dapat berarti keinginan, kesukaan atau kecintaannya terhadap sesuatu hal yang lebih sehingga selalu bersemangat untuk melakukan hal tersebut. Tak berbeda dengan bakat, minat seseorang pun selalu berbeda – beda. Keinginan orang yang satu dan yang lain tentunya tak sama. Kesukaan seseorang terhadap sesuatu hal membuat orang tersebut rela menghabiskan waktunya dengan hal tersebut, tak peduli seberapa besar manfaat yang diperolehnya setelah melakukan kegemarannya tersebut. Menyadari hal tersebut, sebagai orang tua yang baik tentunya kita tak bisa memaksakan kehendak kita kepada anak – anak kita dengan jalan pikiran sebagai orang tua. Apalagi memaksa keinginan anak supaya dapat sejalan dengan keinginan orang tua yang terpendam puluhan tahun lalu yang tak kesampaian. Padahal belum tentu si anak memiliki keinginan yang sama seperti itu.  BAnyak kasus menceritakan bahwa begitu banyak anak yang ketika memutuskan mengambil jurusan saat kuliah dipaksa oleh keinginan orang tua. Harus menjadi dokter, harus menjadi guru, harus menjadi ini harus menjadi itu yang akibatnya membuat si anak frustasi karena sebenarnya keinginannya tak sejalan dengan keinginan orang tuanya. Selanjutnya mereka hanya dapat mengutuki dirinya sendiri dan orangtuanya, menyalahkan orangl lain, dan menjalankan studinya dengan asal – asalan karena tidak dengan niat tulus ikhlas berdasarkan keinginannya. Salah jurusan, hanya itulah kalimat yang ada di otaknya. Hal tersebut  tidaklah baik walaupun disadari sepenuhnya bahwa orang tua hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Kita ingin anak kita sukses, kita ingin anak kita berhasil. Tetapi apakah definisi sukses itu sama presepsinya dengan definisi sukses anak – anak kita, pernahkah para orang tua menanyakan hal itu? Sukses itu bukan hanya sekedar menjadi dokter ataupun guru, banyak hal yang bisa dianggap menjadi factor kesuksesan seseorang. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya zaman, para orang tua seharusnya memiliki pemikiran yang lebih terbuka mengenai hal itu.
Mengacu pada minat dan kesukaan anak – anak kita perlu diperhatikan lebih lanjut. Apakah minat tersebut hanyalah sekedar keisengan belaka yang diperolehnya dari lingkungan ataukah dia benar – benar memiliki keinginan dari dasar hati yang terdalam. Hal itu perlu ditindaklanjuti oleh orang tua dan pendidik dengan tentu saja mendukungnya pula karena siapa tahu di situlah kunci terbesarnya ditemukan. Ketika diibaratkan bakat sebagai kunci dan minat sebagai lubang kunci , maka di situlah para orang tua mulai bisa mencocokkannya, mencari yang paling tepat. Menemukan dimana letak kesamaannya, apakah ada bakat dan minat yang saling berhubungan satu sama lain. Di situlah para orang tua dan pendidik seharusnya berperan.  Ketika mereka dapat menemukan kunci yang tepat dan berhasil membukanya tanda – tanda keberhasilan sudah terlihat. Di situlah letak  kemampuan anak, kesenangan anak, kecintaan anak dan peran para orang tua harus mengarahkan dan mengembangkan segala minat bakat putra – putrinya menjadi orang – orang yang ahli di bidangnya masing – masing. Itulah yang dinamakan definisi sukses sesungguhnya, ketika anak berhasil menempatkan dirinya pada sesuatu hal yang memang diinginkan dan dikuasainya dan menjadi unggul karena itu, tentunya sebagai orang tua kita pun merasa bangga karena bukan hanya mereka yang sukses, tetapi kita juga menjadi orang tua yang sukses pula mendidik anak – anak kita.

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar