Senin, 20 Mei 2013

Keikhlasan Teh Yan



Keikhlasan. Itulah sebuah kata yang paling pantas  untuk menggambarkan wanita paruh baya ini.  Seorang sosok wanita yang begitu luar biasa, dengan penuh kesabaran dan kesungguhan mau merawat orang – orang tua renta yang bahkan tidak memiliki tali ikatan darah dengannya. Teteh Yan Royani, itulah namanya.  Wanita berusia 44 tahun ini  adalah pengurus panti jompo milik yayasan Muhamadiyah Tanjung Pandan Belitung.  Asalnya dari Sukabumi, Jawa Barat, itulah alasan orang – orang biasa memanggilnya dengan sebutan “ teteh “ dalam bahasa Sunda yang merupakan sebutan untuk kakak perempuan. Asal mula dia datang di Belitung yaitu karena mengikuti pekerjaan suaminya. Kemudian sampai pada akhirnya  sekitar tahun 2007, dia ditawari sebuah pekerjaan yaitu mengurusi Panti Jompo milik yayasan Islam Muhamadiyah yang kemudian dia terima. “ Dulunya penghuni panti hanya ada satu orang. Seorang nenek yang sekarang sudah meninggal. Waktu itu saya belum tinggal di tempat ini seperti sekarang, saya hanya bekerja di siang hari dan pulang pergi dari rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari panti, “ ceritanya. Tetapi karena akhirnya dia berpisah dengan suami yang sebelumnya  pada tahun 2008, dia memutuskan untuk pindah, tinggal di panti tersebut sambil mengurusi orang – orang tua yang membutuhkan.
“ Dulunya awal – awal masih sedikit orang tua yang ada di sana, “ tambahnya “ tetapi saat ini jumlahnya begitu lumayan. Sampai mencapai 11 orang, yang terdiri dari 5 orang kakek dan 6 orang nenek. “ Sebagian besar dari orang – orang tua tersebut adalah orang – orang yang tidak memiliki keluarga, tidak memiliki istri / suami ataupun anak. Ada juga beberapa orang yang sebenarnya memiliki anak, tetapi karena terlampau sibuknya sehingga sepertinya tidak bisa mengurusi orang tuanya sendiri. Begitu miris memang melihat orang – orang tua yang tampaknya sudah begitu tak berdaya, malah tidak ada yang memberikan perhatian. Tak habis pikir pula ada anak – anak yang semacam itu di dunia ini. Memang ada beberapa orang kakek dan nenek yang sesekali dikunjungi orang tuanya tetapi ada juga yang sama sekali tidak pernah dikunjungi. Walaupun rumah keluarganya itu diketahui cukup dekat. Begitu tega orang – orang semacam itu.  Teh Yan banyak bercerita mengenai pengalamannya menjadi pengurus panti jompo.
Berbagai macam suka dan duka telah dilaluinya. “ Sukanya ya terkadang lucu melihat ulah kakek dan nenek yang seperti anak kecil, “ katanya sambil tersenyum. “ Dukanya tak kalah banyaknya. Dengan berbagai macam karakter kakek dan nenek yang tinggal di sini, terkadang beliau – beliau ini suka semaunya sendiri dan susah diatur. “ Hal itu cukup melatih kesabaran wanita yang punya seorang anak ini. Memang tidaklah mudah menghadapi orang – orang tua. Tak beda dengan merawat anak bayi. Ada yang saking tuanya sudah tidak berjalan lagi dan harus buang air di dalam ember. Mau tak mau Teh Yan yang membersihkan. Ada pula yang harus memakai pampers atau popok dan terkadang dibuang sembarangan sehingga kotorannya menempel di mana – mana. Ada yang kalau makan suka protes tidak mau ini dan itu ataupun saking cerewetnya menganggap Teh Yan sebagai pembantunya. Belum lagi mengurusi kakek dan nenek yang sedang sakit, karena namanya orang tua pastilah  sering sakit – sakitan. Yang terparah adalah kalau sudah ada yang meninggal, semuanya teh Yan yang mengurusinya. Terhitung sudah ada enam orang yang meninggal ketika dia bekerja di sana. Diperlukan jiwa dan mental yang kuat untuk melakukan itu semua.  Kalau tidak karena keikhlasan dan k arena kecintaannya pada orang tua, tidak mungkin seseorang mampu bertahan di sana. “ Gaji memang ada tetapi itu semua tak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan. Biarlah semuanya saya niatkan untuk ibadah. Insya Allah semoga menjadi amal baik yang bisa membantu di akhirat kelak, “ ujarnya ikhlas.
Karena sudah enam tahun berjalan, sebenarnya masa tugasnya habis pada Agustus tahun ini, tetapi menurut rapat pengurus yayasan, masa tugasnya akan ditambah sampai pada tahun 2017. Menanggapi hal tersebut, teh Yan cukup berbesar hati menerima. Kalau  memang dia dibutuhkan dia akan melaksanakan, kalaupun ada pengganti belum tentu juga orangnya sanggup memikul beban seperti itu.  Dia merasa kasihan dan tak sampai hati kalau nantinya orang – orang tua tersebut tidak ada yang mengurusi. Kecintaan pada orang – orang tua yang dia anggap orang tuanya sendiri inilah yang selalu memberikannya motivasi untuk berbuat yang terbaik. Begitu luar biasa pengorbanan teh Yan. Semoga banyak teh Yan -  teh Yan lain di luar sana yang dengan tulus ikhlas mau berkorban untuk orang lain.

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar