Kamis, 11 April 2013

Welcome Belitong Island



Minggu, 24 Maret 2013    

    Hari ini mungkin  menjadi momen yang bersejarah bagiku. Yaa…hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di suatu pulau yang belum pernah kukunjungi sebelumnya, Pulau Belitong. Pulau yang terletak di daerah Sumatra bagian selatan ini merupakan daerah penempatanku selama setahun ke depan.

        Tak pernah sebelumnya ada di benakku  berada di tempat ini untuk mengabdi. Namanya pun baru aku ketahui dari sebuah novel terkenal karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi. Tetapi Allah ternyata telah menunjukkan jalan-Nya padaku untuk mengetahui sisi lain dari Indonesia, menimba ilmu dan pengalaman di tempat tersebut. Kulihat dari atas pesawat, sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan luas di sekelilingnya. Perlahan pesawat mulai menikuk mencondongkan badannya menuju ke daratan. Berbagai macam perasaan mulai berkecamuk menjadi satu, rasa penasaran, takut, senang dan sedih karena harus semakin jauh meninggalkan rumah tercinta mengiringi hati yang tengah gundah. Apakah yang akan menanti di depan sana, semuanya masih menjadi semacam misteri bagiku. Alhamdulillah, setelah sekitar satu jam berada di udara kami mulai menginjakkan daratan kembali dengan keadaan sehat wal’afiat. Aku bernapas lega, melihat keadaan sekeliling sambil menunggu penumpang lain turun terlebih dahulu. Kutengok Mbak Farida dan Mbak Jayanti di sebelahku, kemudian kami saling berpandangan sambil tersenyum. Di bangku seberang, duduklah Mas Nafis, Ihwan dan Sani yang juga menunggu penumpang lain yang akan turun.
            Terlihat bangku penumpang sudah mulai kosong, kami pun bersiap – siap untuk turun pula. Menurunkan barang – barang kami yang seabreg bukanlah hal yang mudah. Ribetnya setengah mati, padahal sebagian barang – barang kami sudah masuk ke bagasi. Benar – benar seperti orang yang dalam masa pengungsian. Aku melangkah keluar dari pesawat dan menginjakkan kakiku di tanah yang berbeda, tanah di pulau yang berbeda … Welcome to Belitong Island. Kuhirup udara baru di tempat yang baru pula dan kuhembuskan perlahan. Udara panas mulai menjalar di seluruh tubuhku. Aku meninggalkan Jawa, it’s really unpredictable moment, bahkan dalam jangka waktu yang tak cukup sebentar, setahun. Hmm…mungkin relative untuk membicarakan masalah waktu, lama dan sebentarnya tergantung kita menjalaninya. Semoga saja di tempat ini akan menjadi waktu yang sebentar bagiku, yang berarti aku menikmati setiap detik keberadaanku disini.
Pejuang Pendidikan di Negeri Laskar Pelangi

            Akhirnya sampailah kami di sebuah bandara satu – satunya di Pulau Belitong yang bernama Bandara H.AS. Hanandjoedin di Tanjung Pandan. Kebetulan penempatanku berada di kota Tanjung Pandan yang berarti tak jauh dari bandara ini. Masih belum terbayangkan bagaimana tempat penempatanku nanti. Kami mulai bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Selamat datang di negeri Laskar Pelangi…berbagai tulisan mulai dari spanduk, poster dan lainnya menyambut kedatangan kami. Hmm…tapi ada yang menarik perhatianku. Kenapa sebagian besar pengunjungnya orang Cina  yaa?? Entahlah... aku juga kurang mengerti.
            Kami disambut dengan dua buah mobil yang telah disewa oleh Mas Nafis . Kami kemudian menuju penginapan Lux Melati untuk berisirahat. Maklumlah..kami belum sempat tidur dari malam. Selama perjalanan menuju penginapan aku merasakan ada yang berbeda, khususnya perbedaan antara kondisi wilayah disini dan di Jawa. Sampai – sampai aku mempertanyakan pada diri sendiri, inikah yang dinamakan kota? Jalanan sepi dengan sesekali hanya ada beberapa kendaraan saja yang melintas. Aneh ..apalagi membandingkannya dengan Jakarta atau pun Parung yang benar – benar padat kendaraan bahkan kemacetan yang menjadi pemandangan sehari - hari. Jujur saja melihat kondisi jalanan nan sepi seperti ini membuatku terasa berada di dunia yang berbeda. Yaa…baguslah setidaknya kota ini pastinya menyimpan kedamaian yang lebih dari yang lain. I hope …

( Nantikan kisah selanjutnya di Negeri Laskar Pelangi ^____^ )

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar