Kamis, 11 April 2013

Satu - satu



Satu - satu aku sayang ibu
Dua - dua aku sayang ayah
Tiga - tiga sayang adik kakak
Satu dua tiga sayang semuanya

Terhenyak mendengar suara seorang bocah lelaki  yang menyanyikan lagu " Satu - satu " dengan lancar di ujung telepon. Rasa haru seakan ingin menangis tanda kerinduan yang amat besar pada adikku yang satu itu. Yaa...kemarin pada satu kesempatan, aku mencoba menelepon keluargaku di Tambleg. Sudah lama sekali rasanya tak bertemu dan mendengarkan suara mereka. Suara Bu Uhen di ujung telepon kemudian mengingatkanku pada masa - masaku di sana. Masa - masa bermain ke sawah, menginjakkan kaki di tanah berlumpur yang becek dan masa - masa mengajar buta aksara. Semuanya menjadi kenangan tersendiri dalam memori. " Bagaimana kabarnya Mbak?" tanya ibuku yang saat itu sedang berada di sawah. Rasanya seperti kembali ke tempat itu. Kami saling bertanya kabar dan aku menceritakan pengalamanku di sini. Selanjutnya, aku mencoba mengobrol dengan adikku, Didi. Adikku yang luar biasa yang sangat berkesan itu membuatku mengharu biru dengan memberikan apersepsi berupa nyanyian " Satu - satu ". Sebuah lagu kenangan yang pernah kuajarkan dulu padanya. Dulunya bahkan dia tidak mau menurut jika disuruh menyanyi. Dia hanya mau mengikuti nyanyianku pada kata terakhir setiap baris lagunya. Tetapi aku dibuat terheran - heran dengan lagu yang dinyanyikannya sekarang dengan tegas dan lancar. " Ini lagu yang Mbak ajarkan dulu ya. Waktu di sekolahan juga, " katanya dengan polos. Mataku mulai berkaca - kaca. Aku tidak menyangka, dia masih ingat dengan semua itu. Really miss him. Kemudian dia juga bilang kepadaku kalau padi yang aku pupuk dulu sudah dipanen. Yahh dulu memang aku pernah mencoba membantu ibu untuk memupuk padi. Wahh...amazing...dia sudah menjadi begitu pintar dan tegas sekarang. Hmm...jadi merindukan semuanya..keluargaku di Tambleg. Kapan ya aku bisa mengunjungi mereka lagi? I hope I could ...

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar