Rabu, 04 November 2015

Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP

          Banyak orang yang menanyakan kepada saya mengenai pengalaman mengikuti seleksi beasiswa LPDP, karena itu saya memutuskan untuk menuliskannya. Siapa yang tak kenal dengan beasiswa LPDP?Beasiswa yang  dikelola oleh Kementrian Keuangan melalui dana abadi pendidikan ini merupakan salah satu beasiswa favorit yang diincar oleh banyak orang saat ini. Dalam setahun ada 4 periode pendaftaran yang memberikan kesempatan cukup besar untuk mendaftar di waktu kapan saja yang kita inginkan. Saya pribadi sudah cukup lama tau mengenai beasiswa ini, tetapi baru punya kesempatan mendaftar di tahun 2015 ini, tepatnya pada periode ke-2 bulan April. Untuk seleksi awal, yang perlu dipersiapkan yaitu berkas - berkas   administrasi. Utamanya pada sertifikat TOEFL / IELTS yang banyak menjadi kendala saya dan bisa jadi sebagian besar calon pendaftar yang lain yang mensyaratkan skor TOEFL ITP 500 untuk tujuan dalam negeri dan 550 untuk tujuan luar negeri. Persiapkan sedini mungkin. Jika ada rencana ingin mencari beasiswa, ada baiknya segera belajar bahasa Inggris baik melalui kursus ataupun belajar otodidak . Syarat - syarat lainnya tak terlalu susah, seperti ijazah, transkrip, foto dan berkas - berkas lain yang harus diupload ketika mendaftar secara online dan juga yang tak ketinggalan yaitu esai yang harus dibuat. Pada saat saya mendaftar, ada 2 esai yang harus dibuat yaitu " Peranku bagi Indonesia " dan " Sukses Terbesar dalam Hidupku " selain dengan rencana studi tentunya. Tetapi untuk periode berikutnya nampaknya tema yang diberikan berbeda. Hati - hati dalam membuat esai dan mengisi formulir pendaftaran, karena dari situlah nanti banyak pertanyaan akan muncul pada saat wawancara jika telah lolos seleksi administrasi. Isilah data dengan  sebenar - benarnya dan kita harus mengerti betul apa yang kita telah tuliskan. Jangan sampai nantinya saat wawancara kita "dibantai" oleh apa yang kita tulis sendiri.
               Selagi syarat  sudah lengkap dan kita telah mengisi data dengan benar, dapat dipastikan kita lolos seleksi administrasi yang kemudian akan membawa kita pada tahapan seleksi berikutnya yaitu LGD ( Leader Group Discussion ) dan juga wawancara. Untuk periode saat ini sepertinya ada tambahan seleksi yaitu essay on the spot. Tetapi karena saya tidak mengalaminya langsung, jadi mohon maaf kalau saya tidak dapat menuliskannya di sini. Tetapi untuk tahapan seleksi yang lain kurang lebih sama. Dengan banyaknya peserta yang mendaftar, saya rasa LPDP mampu mengatur dengan baik sehingga antara peserta satu dengan yang lain memiliki jadwal masing - masing yang berbeda sehinggga tak perlu untuk menunggu atau mengantri lama. Ada yang kebagian LGD dan wawancara dalam satu hari, ada pula yang dapat keduanya di hari berbeda. Untuk urutannya pun beragam antara yang satu dengan yang lain. Ada yang LGD dulu baru wawancaraaa, ada juga yang sebaliknya. Tergantung rejeki masing - masing orang rupanya.

             Waktu itu saya mendapat kesempatan untuk LGD dan wawancara dengan hari yang berbeda. Persiapan yang dapat dilakukan, untuk saya pribadi, saya senang belajar dari pengalaman orang lain. Banyak browsing mengenai pengalaman orang lain yang pernah mengikuti seleksi sebelumnya ataupun dengan mengikuti perkembangan grup facebook dari para pencari beasiswa LPDP. Sangat mencerahkan, paling tidak ada yang bisa kita persiapkan untuk berperang. Saya mendapatkan hari yang berbeda untuk LGD dan wawancara. Hari pertama saya mengikuti LGD dengan tim yang telah dibagi acak oleh pihak LPDP. Di sini menurut saya ada faktor luck juga yang berperan, kalau kita mendapat kelompok yang kompak, semua akan berjalan lancar, bisa juga sebaliknya yang terjadi, karena nantinya kita akan bertemu dengan orang - orang baru yang belum kita kenal sebelumnya dan tentu saja karakter masing - masing pun kita belum tahu.  Tetapi yang jelas sebagai persiapan, berdasarkan informasi saya peroleh dari mana saja dan juga dari pengalaman saya sendiri, saya dapat memberikan sedikit saran bahwa dalam LGD kita tidak boleh mendominasi ataupun terlalu pasif. Biasa saja. Supaya kompak, paling tidak dalam satu kelompok semua anggota harus berbicara. Bagi yang telah berbicara, hindari ego ataupun keinginan untuk ingin terus - terusan bicara dan menguasai forum, ada baiknya beri kesempatan yang lain untuk berbicara. Ketika semua selesai berbicara barulah berbicara lagi jika ada yang ingin disampaikan. Hmm...terkadang bagi yang tak terbiasa agak susah untuk menahan diri untuk tidak terus menguasai forum. Dalam kelompok saya yang sebagian besar Alhamdulillah lolos ...masing - maisng hanya bicara sebanyak dua kali saja, secara merata. Artinya satu - satu bicara bergiliran, yang sudah bicara diam dan persilakan yang lain untuk bicara. Mengenai apa yang dibicarakan tak perlu terlalu muluk - muluk atau harus bagaimana...nilai plus kalau misalkan kita punya ide yang berbeda. Namun kalau toh kita benar - benar blank tak tahu harus bicara apa, jalan lainnya dapat memberikan pernyataan setuju atau tak setuju dengan pendapat teman yang telah mengutarakan pendapatnya terlebih dahulu, sambil mengemukakan alasan pribadi dan beberapa tambahan tentunya.Waktu yang diberikan sekitar 20 - 30 menit dan dipantau oleh dua orang psikolog. Tetap tenang, kuasai diri dan jangan lupa manajemen waktu harus diperhatikan.
                Keesokan harinya saya mengikuti seleksi wawancara. Rasanya seperti disidang, bertempat di aula terbuka dengan dua orang profesor dan seorang psikolog yang siap menghujani kita dengan pertanyaan - pertanyaan yang entah apa. Saran saya, jauh - jauh hari sebelumnya kumpulkan pertanyaan dari berbagai macam sumber ( googling saja, sudah banyak yang memposting mengenai hal tersebut kok ). Kemudian coba jawab pertanyaan tersebut dengan jawabanmu sendiri sehingga ketika hari-H kita wawancara kita ada gambaran, tidak benar - benar blank dan pastikan tahu harus bicara apa.Waktu itu saya hanya ditanya oleh dua orang pewawancara, karena bapak yang satu lagi adalah alumni universitas yang sama dengan saya sehingga beliau tak ikut bertanya. Dua orang, psikolog dan profesor tersebut mencecari saya dengan berbagai pertanyaan, terutama dari yang telah saya tulis, baik di formulir pendaftaran, di esai dan rencana studi. Ya itulah yang ditanyakan. Tetapi ada juga sih yang di luar dari itu. Siap - siap saja, apapun pertanyaannya menjawablah dengan penuh keyakinan dan percaya diri. Menurut pengalaman, ada yang ditanya menggunakan bahasa inggris, ada yang bahasa Indonesia ada juga yang campur - campur. Untuk saya sendiri, Alhamdulillah pewawancara bertanya menggunakan bahasa Indonesia sepenunya, hanya sedikit di tengah - tengah ketika bertanya mengenai rencana studi menggunakan bahasa Inggris. Itu pun saya menjawabnya agak asal - asalan karena memang saya tak terlalu bisa bahasa Inggris. Hehe...Jadi ada baiknya persiapkan diri siapa tahu nantinya ditanya menggunakan bahasa Inggris, terutama bagi yang ingin melanjutkan ke luar negeri.
           Sebagai catatan di sini, yaitu yang pertama seperti yang saya telah jelaskan sebelumnya, kuasai apa yang kamu tuliskan melalui formulir pendaftaran ataupun esai dan coba dikira - kira sendiri pertanyaan - pertanyaan apa saja yang bisa jadi muncul berdasarkan apa yang telah dituliskan, kedua kuasai rencana studi yang ingin kamu ambil secara detail, ketiga yang terpenting pastikan kontribusi yang telah, sedang dan akan kamu lakukan melalui ilmumu ataupun kegiatan organisasimu untuk Indonesia. Bagian yang ketiga ini harus yang konkrit ya, jangan yang umum misalnya ingin membangun Indonesia atau berbakti kepada nusa dan bangsa. Bagaimana cara berbakti kepada nusa dan bangsa, wujudnya bagaimana, terangkan dengan spesifik. Sampai di sini saja ya cerita dari saya. Kuncinya adalah berusaha sebenar - benarnya dan berdoa sebanyak - banyaknya. Good Luck !!!!


BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar