Senin, 08 Oktober 2012

Keyakinan Hatiku


Bismillahirrahmanirrahim…

Sebenarnya aku sama sekali tak menyangka akan berada di tempat ini saat ini bersama orang – orang baru yang belum pernah kukenal sebelumnya, belajar bersama dalam suatu tujuan, program pengabdian masyarakat.  Motif dasarku hanya satu, yaitu impian masa kecil. Yaa… dulu semasa kecil ketika sebagian besar teman – temanku bercita – cita menjadi dokter, aku memiliki cita – cita menjadi seorang guru, selain cita – citaku yang lain yaitu astronot. Aku sama sekali tak tahu alasannya mengapa, yang jelas aku ingin. Itu saja. Aku suka bermain “guru – guruan”, berbicara sendiri membayangkan murid – muridku ada di depanku, membuat daftar absen dari huruf A sampai Z untuk murid – murid yang hanya ada di imajinasiku. Seiring berjalannya waktu, karena pengaruh lingkungan pula aku mulai berubah. Aku mulai melihat dari sisi lain, terpengaruh oleh orang – orang sekitar, melihat orang tuaku yang bekerja sebagai karyawan swasta dan juga melihat orang – orang yang bekerja sebagai pegawai bank atau pegawai pemerintahan, rasanya cukup menarik. Akhirnya aku mulai berpikir untuk menambah opsi lain untuk cita – citaku, yaitu seorang wanita karir atau karyawan kantoran.
            Di akhir masa SMA aku memutuskan untuk mengambil jurusan Matematika, karena memang itu bidang yang paling kusukai dan kukuasai. Sebenarnya aku telah mendaftar PMDK di Univetrsitas Negeri Malang untuk jurusan Pendidikan Matematika. Tetapi sepertinya Allah berkata lain, aku tidak diterima. Mencoba mengambil jalan lain, mengikuti test Ujian Masuk Universitas Gadjah Mada, akhirnya aku ditakdirkan untuk berkuliah di UGM Yogyakarta jurusan Matematika MIPA. Pertimbanganku ialah dengan mengambil jurusan yang lebih umum, dalam artian tidak fokus pada pendidikan, aku bisa memiliki pilihan lebih banyak untuk masa depanku. Selama kuliah, aku mencoba bekerja paruh waktu sebagai guru les, baik sebagai guru privat maupun sebagai guru bimbel. Selain untuk menambah – nambah penghasilanku, juga sebagai sarana untuk dapat membagi ilmu yang kupunyai. Bagiku pengalaman mengajar itu merupakan sesuatu yang sangat menyenankan. Bukan hanya berbekal ilmu yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengetahui kondisi psikologis yang diajar, supaya dapat dengan mudah membuat anak mengerti. Mulai anak SD, SMP dan SMA pernah kuajar. Banyak sekali pelajaran yang dapat kuambil dari kegiatanku itu, di antaranya yaitu kenyataan bahwa setiap orang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda- beda, sehingga memiliki cara penanganan yang berbeda – beda pula. Aku juga mendapat pengalaman bahwa mengajar anak SD ternyata tidak semudah yang dibayangkan, bahkan lebih sulit dibandingkan mengajar anak SMP atau SMA. Karena walaupun secara ilmu mungkin lebih mudah, tetapi diperlukan pendekatan yang lebih khusus dan kemampuan memahami psikologi dengan lebih baik. Yang pasti pengalamanku mengajar tersebut membuatku banyak belajar tentang cara memperlakukan orang lain yang berbeda. Setelah lulus kuliah, sebagaimana bisaanya mahasiswa yang menganggur, aku sibuk mencari kerja kesana kemari. Semua kerjaan di depan mata aku lamar. Saat itu di pikiranku yang ada hanyalah asal cari kerja apa saja, yang penting pengalamannya ada. Selain itu juga menuruti kata orang – orang yang berasumsi bahwa mencari kerjaan itu susah sekali di jaman sekarang jadi tidak perlu terlalu idealis untuk memilih – milih pekerjaan.


            Pada bulan Maret 2011 aku resmi diterima bekerja di sebuah perusahaan konsultan aktuaria. Mungkin masih banyak orang yang kurang mengetahui tentang profesi ini, karena memang sangatlah langka orang – oraang yang mengetahui secara mendalam tentang aktuaria. Jadi aktuaria merupakan ilmu yang mengaplikasikan matematika dan statistika untuk menilai resiko – resiko kemungkinan yang akan terjadi di masa akan datang menggunakan teori probabilitas atau peluang. Ilmu ini bisaa dipakai untuk para konsultan keuangan ataupun perusahaan – perusahaan asuransi. Ilmu ini tidaklah mudah karena merupakan campuran ilmu dari segala bidang. Selain matematika dan statistika, kami diharuskan mengerti tentang ekonomi, akuntansi, keuangan dan juga komputer. Aku banyak belajar hal baru di tempat tersebut.
            Seiring berjalannya waktu, aku mulai banyak merenung. Entah mengapa tiba – tiba aku teringat cita – cita masa kecilku yaitu pengajar. Memang, aku adalah tipe orang yang jikalau sudah punya keinginan, maka aku akan mencoba untuk mendapatkannya bagaimanapun caranya, jika tidak aku akan kepikiran terus menerus. Selama setahun lebih bekerja kantoran, aku mulai merasakan ketidaknyamanan, aku merasa bosan, aku merasa ini tidak sejalan dengan keinginanku sebelumnya. Ada sesuatu yang kurang dan aku ingin mencari pengalaman baru untuk mencari tahu apa keinginanku sebenarnya. Karena itu aku mulai berburu pekerjaan lagi.
            Suatu saat ketika aku membuka facebook, di grup lowongan kerja universitas ada lowongan sebagai pengajar di pelosok yang diadakan oleh Sekolah Guru Indonesia. Aku cukup tertarik melihat tawaran tersebut, tapi aku masih memikirkan segala kemungkinan – kemungkinan dan resiko – resiko yang akan terjadi jika aku mendaftar. Jadi aku putuskan menunda untuk mendaftar. Kesibukan sehari – hariku untuk bekerja membuat aku lupa untuk mendaftar program tersebut. Tak terasa waktu terus berjalan dan tibalah saatnya hari terakhir batas waktu pendaftaran Sekolah Guru Indonesia angkatan 4. Saat itu kebetulan aku iseng – iseng konek ke internet untuk browsing dan ternyata aku baru ingat bahwa ini hari terakhir pendaftaran. Aku berusaha memantapkan hatiku, sebenarnya tidak terlalu mantap, setengah hati merasa ingin mencoba, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar. Aku mengirim email tapi ternyata tidak ada balasan dari sana, padahal menurut informasi jika mereka sudah menerima lamaran dari kami maka email kami akan dibalas dari pihak SGI. Akhirnya aku pasrah, mungkin aku terlambat mengirim dan mungkin memang bukan jalanku di sini, pikirku waktu itu. Tapi selang beberapa hri kemudian aku ditelpon oleh pihak SGI disuruh datang ke sana untuk melakukan proses FGD dan interview. Aku sampai terheran – heran …ooohh..ternyata lamaranku masuk dan lolos seleksi awal.
            Alhamdulillah karena sepertinya sudah jalanku untuk berada disini, semua proses yang kulalui dimudahkan oleh Allah. Kebetulan sekali aku mendapatkan tes di hari Sabtu, dimana hari itu aku libur untuk bekerja, sehingga aku bisa lebih leluasa untuk ikut tanpa harus ada alasan ijin dari kantor.  Waktu itu hari Sabtu, aku berangkat pagi – pagi dari kosku di Bintaro ke Parung – Bogor. Aku sengaja berangkat pagi – pagi sekali sekitar pukul 6 kurang, karena aku masih belum tahu pasti letak keberadaan Gedung SGI tersebut. Untuk sampai ke sanapun aku hanya mengandalkan modal browsing di Google supaya tahu angkutan umum apa saja yang melewati tempat itu. Ternyata untuk sampai ke tempat tujuan, perjalanan yang dilakukan cukuplah panjang. Harus 3 kali naik angkot, mulai yang pertama dari kosku ke Terminal Lebak bulus, kemudian dari Lebak Bulus ke Parung, dan yang terakhir naik angkutan Parung – Bogor. Alhamdulillah aku diberi kelancaran, karena aku berangkat pagi – pagi aku tidak harus berhadapan dengan yang namanya kemacetan. Kemacetan adalah salah satu kendala terbesar untuk  ibukota Jakarta yang sampai sekarang belum ada solusinya. Sampai di sana, sekitar pukul setengah 9 pagi, dan waktu itu jadwal tesku ialah pukul 9. Aku harus menunggu dulu, sementara di sana masih sangatlah sepi. Untung saja tak lama kemudian datang seseorang yang ternyata sama sepertiku, mau mengikuti tes juga. Kami pun berkenalan. Namanya Fatiya. Ternyata dia sama – sama orang Jawa sepertiku dan waktu itu dia masih menjadi seorang guru di sebuah Sekolah Dasar. Kemudian selang beberapa waktu datang pula para pelamar – pelamar yang lain di antaranya Sari, Priyatno, Nopi dan juga Saepul. Akhirnya, kami berenam mengikuti tes Forum Discussion Group seperti yang sudah dijadwalkan. Alhamdulillah test Forum Discussion Group berjalan cukup lancar. Kemudian dilanjutkan dengan test interview. Akhirnya, selesai jugalah tes di hari itu. Aku pulang dengan lega. Usahaku sudah selesai, aku hanya bisa berdoa yang terbaik.
            Tiba saatnya pengumuman akhir SGI 4. Aku pasrah pada Allah. Aku hanya berharap yang terbaik untukku, apapun itu keputusannya. Karena belum tentu yang terbaik untuk kita itu terbaik menurut Allah. Sedikit deg – degan, aku membuka website SGI dan menemukan bahwa namaku ada disana. Aku masih belum percaya, aku lihat lagi dan meyakinkan diri bahwa nama yang terpampang itu benar – benar namaku. Alhamdulillahh…..aku mengucap syukur yang sebesar – besarnya, berarati memang jalanku ada disana. Tetapi, sebenarnya hanya ada setengah keyakinan yang ada di diriku, setengahnya lagi adalah keraguan yang muncul dari berbagai macam sudut pandang. Pertama, keraguanku timbul karena jarak antara pengumuman dan waktu masuk yang begitu dekat. Padahal prosedur di kantorku untuk pengajuan pengunduran diri harus sebulan sebelumnya. Aku sangsi apa aku akan diijinkan keluar, juga diliputi rasa bersalah karena sudah memasuki akhir tahun dan saat itu bisaanya kerjaan  sangatlah banyak,  pastinya tidak mudah untuk mencari orang baru yang bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru. Tetapi aku harus tegas, hidup adalah pilihan. Daripada aku bekerja dengan setengah hati dan penuh keraguan aku mulai mencoba memantapkan hatiku untuk keluar. Ini adalah keputusanku, keputusan yang terbaik menurutku. Dengan berbekal Bismillahirrahmanirrahim, aku memberanikan diri menemui manajerku dan mengatakan sejujur – jujurnya mengenai keputusanku ini. Awalnya beliau kaget, beliau tidak menyangka akan ada yang mengundurkan diri dengan alasan seperti ini. Pergi ke pelosok daerah yang tak jelas dimana untuk seorang anak perempuan sepertiku baginya merupakan keputusan yang tidak bisaa. Tetapi kemudian Alhamdulillah sepertinya manajerku bisa mengerti, mungkin karena keyakinanku pula sehingga beliau akhirnya menerima keputusanku ini. Aku lega.
 Keraguan kedua yaitu karena orang tuaku. Orang tuaku bukannya mengijinkan atau menolak dengan keputusan yang hendak kuambil tersebut, tapi beliau hanya mengingatkan saja, apa sudah dipikir matang – matang. Meninggalkan pekerjaan untuk suatu hal yang ke depannya aku juga tak tahu bagaimana, dengan berbagai macam resiko, tentu itu bukanlah keputusan yang mudah. Aku menghitung – hitung, saat ini umurku sudah 24 tahun, satu setengah tahun kemudian berarti umurku sudah ambil 26 tahun. Umur segitu paling tidak menurut orang tuaku adalah umur dimana aku sudah mempunyai pekerjaan mapan, tidak berpindah – pindah kerja seperti para lulusan baru yang masih mencari pengalaman. Juga karena aku wanita, pertimbangannya adalah masa – masa yang tepat untuk berkeluarga. Tetapi terus terang, aku sendiri tidak pernah terlalu mempersoalkan masalah aku nanti kerja apa ataupun menikah umur berapa. Karena menurutku semuanya sudah ada yang mengatur. Mati, rizki dan jodoh adalah ketentuan Allah yang sudah diatur oleh-Nya. Aku hanya punya keyakinan bahwa Allah akan memudahkan semuuanya, toh aku berniat baik. Tetapi yang lebih menjadi masalah dan menyita pikiranku adalah, andaikan aku mengundurkan diri dari pekerjaanku waktu itu, aku tidak akan bisa mengirim uang untuk orang tuaku. Orang tuaku tidak bekerja, karena itu beliau tidak ada penghasilan tetap di rumah, sedangkan adikku masih sekolah.Untuk menambah penghasilan, orang tuaku memutuskan, sejak lebaran kemarin rumahku disulap menjadi sebuah villa yang bisa disewakan jika ada orang yang ingin menginap. Jika ada orang yang menginap, keluargaku harus tidur di sebuah ruangan kecil dan sempit di luar rumah induk. Sebagai anak tertua aku merasa miris dan memiliki kewajiban untuk membantu orang tuaku, mencari biaya untuk kehidupan keluargaku. Kemudian kalau aku tidak ada penghasilan, bagaimana dengan mereka, pikirku. Walaupun nantinya aku disini aku akan mendapatkan uang saku ketika magang atau living cost saat penempatan, walaupun toh aku bisa menyisihkannya, mungkin aku tidak bisa memberi sebanyak yang kuberi saat aku masih bekerja di kantor. Alasan itu adalah alasan yang terberat untukku.
Tetapi entah mengapa, keyakinanku lebih kuat. Karena selain ingin menggapai cita – cita masa kecil, motivasiku yang lain yaitu aku ingin bisa belajar memperbaiki diri dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Sebaik – baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat untuk orang lain. Selain itu, ilmu yang diberikan kepada orang lain merupakan salah satu amal jahriyah yang bisa menjadi investasiku di akhirat nanti.  Aku mencoba memantapkan hatiku, aku berdoa kepada Allah, “ Ya Allah , aku hanya berniat baik, aku ingin melakukan suatu hal sekali seumur hidup di masa mudaku yang bisa memberiku dan memberi orang lain inspirasi. Engkau telah memudahkan jalanku untuk bisa lolos di SGI, karena itu aku serahkan semua keraguanku pada-Mu ya Allah. Semoga Allah melancarkan dan memudahkan rizki keluargaku, walapun bukan lewat aku, tetapi lewat siapa saja yang merupakan rahasia-Mu. Karena aku yakin sekali bahwa Kau telah menjamin segala rizki untuk para umat-Mu. “ Dengan doa itu aku merasa lebih yakin  dengan keputusanku ini dan doa itulah yang Insya Allah tak akan pernah lepas di setiap shalatku. Orangtuaku menyetujui, aku hanya teringat pesan ibuku, ini hidupku dan aku yang menjalani. Lakukan apapun yang terbaik menurutku. Karena ini keputusanku, aku harus memiliki komitmen dengannya, dan sebisa mugkin aku harus bisa membuat prestasi, apapun itu. Aku hanya berharap aku bisa membuat bangga orang tuaku dan tidak mengecewakan beliau. Keluargaku adalah segalanya bagiku.
 Alasan keraguanku berikutnya datang dari orang – orang di sekitarku, yang menganggap keputusanku ini adalah keputusan yang teraneh dan terbodoh. Bagaimana tidak, di saat semua orang berbondong – bondong mencari pekerjaan, aku malah melepaskan pekerjaan untuk masa depan yang aku tak tahu pasti. Sudah enak – enak kerja, gaji lumayan, ngapain keluar??tanya mereka. Anggapan mereka bahwa cari kerja di zaman sekarang sangatlah susah dan kesempatan yang dibuang begitu saja akan membuatku lebih susah di kemudian hari. Tetapi bagaimanapun pendapat mereka, aku merasa keyakinanku masih tetap ingin mengambilnya. Aku hanya mengikuti suara hatiku. Aku mencoba sebisa mungkin memantapkan hatiku, tidak terpengaruh dengan orang – oraang yang berpendapat ini dan itu.  Karena mereka tidak tahu apa yang aku pikirkan dan aku rasakan. Aku mencoba menghilangkan keraguan yang ada terutama dalam diriku sendiri, keraguan akan ketidakmampuanku, karena aku sendiri tidak berasal dari background pendidikan yang tentunya tidak memiliki pengalaman dan jam terbang mengajar sebanyak anak – anak pendidikan. Apakah aku akan sanggup menjalani semuanya? Tetapi dengan niat  Lillahi ta’ala, akhirnya aku mengambil keputusan dengan memantapkan hati. Semuanya butuh proses. Aku mencoba belajar untuk menjadi lebih baik lagi dan aku yakin dengan masuk di SGI akan banyak pelajaran yang aku dapatkan terutama untuk perbaikan diriku sendiri.  Bismillahirrahmanirrahim. Telah kuputuskan REG_YUSI RIZKI GUSTIESA_UGM_ BATU MALANG JAWA TIMUR.

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar