Kamis, 22 Mei 2014

Pengalaman Ikut Workshop STIFIN

Akibat kegandrunganku dengan buku On karya kakek Jamil Azzaini, tanggal 5 April lalu aku dan kak Farida dengan semangatnya ikut workshop STIFIN di gedung BPPT Jakarta, yang katanya sih berguna untuk mengetahui apa passion kita sebenarnya untuk mendapatkan hidup yang "gue banget." Jadi tes STIFIN itu tes menggunakan alat untuk menganalisis sidik jari kita, sehingga kita tahu bagian belahan otak mana yang dominan kita pakai terus menerus. Istilahnya bakat genetik  yang merupakan anugerah dari Tuhan kepada setiap makhluk-Nya. Untuk pembagian kecerdasannya sendiri ada 5 tipe yaitu sensing, insting, intuiting, feeling dan thinking. Setiap kecerdasan punya ciri khusus yang berbeda satu sama lain. Misalnya orang sensing itu tekun dan pekerja keras tapi pelit. Thinking itu pintar, logis, sistematis tapi dingin dan tak peka. Intuiting itu imajinasi tinggi, visioner tapi malas melaksanakan. Feeling itu perasa, empati tapi mudah tersinggung. Terakhir, insting yang unik karena merupakan gabungan keempat tipe kecerdasan lainnya. Sebenarnya semua orang punya kelima kecerdasan ini tetapi dominasinya berbeda beda dan bisa dilihat dari sidik jari. Terkadang kita mendapatkan hasil yang tak disangka sangka karena ternyata kepribadian asli kita jauh dari penampakan kita sehari hari. Bisa diakibatkan lingkungan yang kurang mendukung, salah asuh atau faktor eksternal lainnya. Tetapi tetap saja, yang asli tak dapat menipu sekuat apapun kita mengubahnya.
Hasil tes STIFIN pun keluar. Hasilnya hmm...kak Farida sensing. Cocok sekali. Tipe orang rajin, pekerja keras dan perfeksionis. Calon orang kaya katanya hehe. Sedangkan aku malah tak terduga. Awalnya aku kira aku thinking soalnya aku anak eksak yang sering memakai otak kiriku. Cuek dan kadang tak peduli. Ternyata salah, keluarlah hasil "feeling ekstrovert" di sertifikatku dengan profesi yang cocok trainer, motivator, psikolog, conselour dsb. Sempat kaget sih. Jauh bener. Apalagi ada embel2 ekstrovert. Aku kan orang introvert, menurutku. Ternyata bakat genetik mengatakan lain. Entahlah karena lingkungan atau apa yang membuat berbeda. Tetapi kalau perasa memang benar sih, ini yang banyak orang tak tau, i'am just not expressive ^_^ . Yang jelas saya tak tegaan dan penyayang haha #pede.
Seru sih workshopnya, ilmu kita jadi bertambah. Berguna untuk anak2 muda yang bingung hidupnya mau diarahkan kemana dan para orang tua yang punya anak kecil untuk diketahui bakatnya dari dini supaya optimal dan tak salah jurusan. Bukannya promosi hanya sekedar sharing. Dengan mengetahui apa passion kita maka kita akan lebih menikmati hidup. Percayalah. Biarlah kita kita saja kaum yang sudah lanjut yang salah jurusan. Ayo kita mulai mengoptimalkan bakat2 generasi penerus kita supaya menjadi expert di bidangnya masing masing.

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar