Rabu, 10 Februari 2010

Me and mathematics


        Talking about mathematics ... satu kata seribu makna... setidaknya begitulah menurutku. Entah setan apa atau malaikat apa yang membawaku untuk memutuskan mengambil jurusan ini untuk menghabiskan masa kuliah S1ku. Sebenarnya tidak perlu membawa - bawa pihak lain untuk dijadikan kambing hitam. Lebih tepatnya akulah sendiri yang memutuskan secara sadar atau tidak sadar mengambil jurusan yang membawaku untuk masuk ke dalamnya selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Aku sedang mengingat - ingat ... mengapa aku dulu ingin sekali mengambil pelajaran ini sebagai bidang yang akan aku pelajari lebih lanjut. Matematika mungkin bukan mata pelajaran favoritku ketika SD sampai pada saat aku SMP, aku mulai menyukainya karena ada dua hal yang menjadi sifat dalam diriku, yaitu yang pertama "malas" dan yang kedua " penasaran ". Kedua hal ini yang membawaku akhirnya memutuskan untuk terjun di dalamnya. Mungkin kalian bertanya apa maksudnya kedua hal tersebut. Oke akan aku jelaskan satu persatu.
        Malas ... identik dengan ... aku ...Siapapun orang terdekatku mengetahui kalau aku adalah orang yang amat sangat malas sekali. Semua tidak bisa memungkirinya. Apalagi masalah belajar. Ibuku jarang sekali menyuruhku belajar, karena apa...bukan karena nilaiku sudah bagus atau karena aku pintar,,,tapi lebih karena ibuku berpikir bahwa percuma menyuruh aku...tidak akan didengarkan. Hehehe...memang aku ini bukan anak yang penurut, "ndableg" istilah jawanya, begitulah kata ibuku. Lalu apa hubungannya malas ini dengan matematika. Sewaktu masih SMP aku baru menyadari ada satu pelajaran yang mengasyikkan, pelajaran yang walaupun tidak belajar tapi nilainya masih tertulis cantik di rapotku. Yeahhhh it's mathematics. Begitu menyenangkan untuk orang - orang malas sepertiku, tidak belajar tapi bisa lancar mengerjakan soal ulangan dan ujian. Woww,,,it's like a miracle. Di sini bukan berarti aku terus - menerus tidak belajar sama sekali, tentu saja aku juga belajar sedikit - sedikit, mengerjakan soal - soal yang merupakan kewajiban untuk belajar matematika, tetapi itupun tidak sering kulakukan. Lebih tepatnya sihhh aku lebih mudah memahami bidang ini dibanding bidang - bidang ilmu lain, terutama bidang yang banyak hafalannya. Alamakkk...mati kutu saya...Ingatanku memang tidak seberapa baik bahkan bisa dibilang lumayan agak,,,hmmm,,,parahh,,,Aku menghapalkan sesuatu dan beberapa menit kemudian sudah menguap begitu saja entah dimana rimbanya. Ohhh...I really hate memorizing. Maka dari itu, aku tidak terlalu suka pelajaran - pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi dimana aku harus mengandalkan ingatanku ini. Lhoo,,,matematika kan hafalan juga tohh,,hafalan rumus yang bejibun ,, heran sekali,,mengapa banyak orang yang berpendapat demikian. Matematika itu bukanlah kumpulan rumus yang harus dimasukkan kepala untuk dihafal tapi semua rumus itu ada untuk dipahami. Kalau kita paham ...semua rumus yang kelihatannya rumit bin sulit akan hafal dengan sendirinya. Kalau kita paham ... soal - soal dimodifikasi seaneh apapun juga kita akan tahu jalan keluarnya. It just a logic game. Walaupun ternyata kenyataannya tidak sesederhana itu ..aku menyadarinya ketika menginjak bangku kuliah.


        Penasaran,,,yahhh,,,faktor itulah juga yang membawaku ke alam logika. Ketika mendapatkan soal - soal dan aku tidak tahu cara menyelesaikannya.. aku selalu penasaran dan selalu ingin tahu bagaimana menemukan jalan kebenarannya. Karena matematika selalu punya konsep, semua soal dan permasalahan yang timbul pun pada akhirnya akan kembali ke konsep dasar untuk menyelesaikannya. Hanya saja kita yang harus menentukan sendiri, bagaimana jalannya... bagaimana caranya agar kita kembali ke konsep dasarnya.  Bekalnya yaitu logika dan feeling. Lalu ketika kita telah kembali ke konsep dasar...golllll...itu tandanya kita sudah menemukan tanda - tanda keberhasilan, sisanya hanyalah masalah teknis,, masalah cara menghitung dan masalah ketelitian.
        Akhirnya sampailah di saat aku resmi menjadi mahasiswa Matematika Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan 2006. Sampai sekarang aku sangatlah heran bagaimana bisa diterima di universitas ini. Apakah saking tidak ada peminatnya jurusan ini sampai aku bisa masuk, pikirku waktu itu. Tapi ya sudahlah .. mungkin memang sudah jalanku untuk menimba ilmu di sana, aku jalani saja. Sebagai mahasiswa baru seperti mahasiswa - mahasiswa pada umumnya, semua begitu semangat pada awalnya. Beberapa semester kemudian ...let's see ...banyak temanku mengeluh ... "Aku salah masuk jurusan " kata mereka. Bagaimana tidak..mereka yang memutuskan masuk kuliah di Matematika pastilah punya pola pikir yang sama denganku, matematika itu menyenangkan...hanya mengejakan soal - soal dan berkutat dengan angka - angka dan rumus. Nilai matematika mereka pun pastinya menonjol di sekolah mereka masing - masing, tetapi finally...kami dibuat shock teraphy dengan nilaii - nilai yang amatlah horror .. C,D dan E. Wowww....Semuanya tidak semudah bayangan kami. Aku sendiri Alhamdulillah belum pernah mendapat nilai D dan E, tapi kalo nilai C, jangan ditanya ... bertaburan dan hampir ada setiap semester minimal 2 mata kuliah. Di semester 1 aja , kami sudah dibuat shock dengan nilai Kalkulus 1, yang sepertinya amat sederhana, lha wong materinya masih dasar - dasar banget, fungsi, turunan dsb ternyata malah menjerumuskan dan membuat nilai kita kacau. Terlihat di daftar nilai yang tertempel di pengumuman bertebaran nilai - nilai C,D bahkan E dan hanya beberapa saja dari kaum jenius yang mendapat nila A atau B. Oh my God,,,,apa - apaan ini..pikirku waktu itu .. perasaan aku mengerjakan soal ujian nggak parah - parah banget ..bukannya yang tidak bisa sama sekali, tetapi aku waktu itu hanya mendapatkan segelas es Cendol. Shock Theraphy tahap pertama dan tak kusangka itu baru permulaan. Ke depannya lebih banyak lagi mata kuliah yg lebih susah yang harus dijalani.
        Masuk kuliah matematika untuk berharap hanya mengerjakan soal - soal hitungan seperti anak SMP atau SMA...maaf itu harapan palsu. Banyak yang tertipu mengenai hal itu, termasuk aku juga kali yaa.Angka - angka hanya ada di semester awal. Semester - semester berikutnya angka - angka itu hanya ada sebagai pelengkap penderita. Kesimpulan yang aku dapatkan setelah mengambil mata kuliah Pengantar Struktur Aljabar, Pengantar Analisis Real, Pengantar Analisis Abstrak dan kawan - kawan. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku harus memahami apa itu ring ( bukan ring tinju ), field ( bukan lapangan bola pastinya ), fungsi kontinu sepotong - sepotong , titik dalam, titik limit,ruang Banach, ruang Hilbert yang bahkan di dunia nyata aku sama sekali tidak dapat melihatnya * yang aku tahu hanya ruang kamar, ruang tamu dan ruang makan ..hehe *. Kemudian kami juga harus memahami teorema ,bahwa limit yang ketika di sekolah diajarkan sesederhana itu ( hanya sekedar  mensubstiitusikan angka ke dalam variabel ) memiliki definisi yang lumayan sukar dipahami orang biasa  dalam suatu teorema ,yaitu pemetaan f mempunyai  limit di titik c jika untuk setiap epsilon positif terdapat delta positif sehingga untuk x - c kurang dari delta berlaku f(x) - f(c) kurang dari epsilon. Jika tidak terbiasa , akan sulit sekali mengerti maskud dari teorema - teorema tersebut, dan akan sulit membayangkannya. Ketika aku mendapatkan persoalan aku tidak mengerti maksud suatu teorema atau definisi, jalan terakhir adalah aku harus menghafal. And it's my weakness ..Sometimes it's make me so frustated ..
        Hmmm ...sebenarnya aku tidak bermaksud melebih - lebihkan ataupun menakut - nakuti, terutama untuk para adik - adik yang menaruh hati pada bidang ini dan berniat meneruskan jejakku mengambil jurusan Matematika. Hehehe... Aku juga sebenarnya punya beberapa mata kuliah favorit  selama di kampus, di antaranya Pengantar Teori Permainan, Riset Operasi, Pengantar Model Matematika , Pengantar Teori Graf dan Kewarganegaraan ( ini mah bukan mata kuliah intinya matematika..hihi ).Sebenarnya belajar matematika tidak selamanya susah, bahkan  itu menyenangkan. It just like a game.  Hanya perlu logika berpikir dan kemampuan pemahaman yang pas saja untuk bisa mengetahui jalan keluar semua persoalan. Aku pun menikmatinya, lengkap dengan segala suka duka di dalamnya walaupun terkadang aku merasa emosional karena putus asa saat tidak tahu bagaimana cara memahaminya. Tetapi sejauh ini, i really love it,, aku tidak pernah merasa menyesal dan yang pasti .... aku tak pernah merasa salah jurusan ...



BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar