Kamis, 30 Oktober 2014

Tetesan - Tetesan

Gersang telah cukup lama menyapa. Kering dan panas beradu bersama debu, menemani hari yang sepi. Rasa - rasanya sudah hampir lupaku pada tetesan itu. Berkah - berkah Illahi yang jatuh ke bumi. Sudah lama. Benarkah aku tak bermimpi? Kujumpainya di pengujung malam. Walau hanya suara berbisik yang tak sanggup kupandang. Terlalu hina, mengabaikan semuanya. Benarkah tak hingga dosa menahan setiap langkah yang ada. Bahkan bergerak pun payah. Akal terus berjalan mengikuti indra pendengaran. Harusnya ya..harusnya..tetapi nyatanya tak demikian. Lumuran debu rupanya erat menempel. Bisikan itu pun merayu.  Perlu peyucian, sepertinya. Kesempatan itu hilang. Dan detik ini tetesan itu kembali hadir. Bukan di luar melainkan di dalam. Bukan lagi keberkahan melainkan kesalahan. Kesalahan sebagai pembungkus, tetapi tetap indah isi dan dalamnya, selalu, membuatku terbangun. Sebuah hal yang membuka pikiran. Cukup berat tapi tak cukup kuat, deras. Oh kini tau rasanya. Inilah sebuah pelajaran?  Sebuah episode, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena ada Sang Maha Pengasih lagi Penyayang.

BACA JUGA :

2 komentar:

  1. Semakin nyastra pulak wanita yang satu ini :P
    entah dengan diksi seperti apa kugambarkan kegundahanmu dalam kisah kali ini?
    Hmmmmmm

    BalasHapus
  2. hahaii...apa gunanya aku berteman lama denganmu...sang ahli sastra yang pandai berkata - kata. Mungkin dirimu lebih pandai mengartikannya daripada aku sendiri :D

    BalasHapus