Setiap
tahunnya orang berbondong – bondong mendaftarkan anaknya masuk ke dalam lembaga pendidikan bernama
sekolah, tentunya bukan tanpa alasan. Pemerintah memang mengharuskan program
wajib belajar tersebut yang diharuskan bagi seluruh warga Negara yang memenuhi syarat. Tak sedikit pula orang yang
pontang – panting dengan idealisme tinggi berjuang memasuki universitas yang
diinginkannya, menghadapi puluhan ribu orang dengan pemikiran dan keinginan
yang sama. Tetapi sayangnya tidak semua orang memiliki kesadaran semacam itu.
Sewaktu masih kecil mungkin kita masih belum mengerti tentang apa pentingnya
pendidikan, untuk apa kita harus rela bangun pagi – pagi untuk pergi ke tempat
yang dinamakan sekolah itu. Yang kita tahu hanyalah karena kita sudah 6 tahun
dan sudah waktunya masuk sekolah dasar, jadi kita hanya mengikuti alur
masyarakat pada umumnya dan yang pasti mengikuti kata orang tua. Begitu pula
ketika memasuki jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu tingkat menengah, dengan
usia yang sudah beranjak hampir remaja, perlahan – lahan kita sudah menjadi
sedikit mengerti tetapi masih belum paham benar mengenai pentingnya arti
program yang diwajibkan pemerintah tersebut. Alasan seperti mencapai cita – cita setinggi langit merupakan
idealisme anak – anak yang dengan lancar diucapkannya tanpa mereka sendiri mengerti akan esensinya.
Di
tingkat selanjutnya yaitu di tingkat atas, anak – anak yang sedang dalam masa
peralihan antara fase remaja dan dewasa seringkali memiliki emosi yang
fluktuatif. Penuh dengan pemikiran – pemikiran kritis yang logis dan penuh rasa
ingin tahu, di sinilah mereka mulai mencari jati dirinya masing – masing, mencari
tahu bagaimana kehidupan yang dilaluinya harus dijani dan yang pasti sudah
menimbang – nimbang arti pentingnya pendidikan bagi yang paham. Mereka sudah
mulai mencoba mengambil keputusan sendiri perihal masa depannya, apa yang akan
dilakukannya setelah ini ? Akan terus melanjutkan pendidikan, bekerja ataukah
menikah. Bagi yang ingin melanjutkan
pendidikan tentunya memiliki berbagai macam motivasi yang berbeda, faktornya
bisa jadi dari dalam ataupun dari luar. Bisa jadi mereka benar – benar ingin
atau bisa juga karena tuntutan masyarakat atau orang tua. Sebagian besar
masyarakat memiliki tujuan yang sama dalam
mengenyam pendidikan yaitu untuk mendapatkan pekerjaan. Bagaimana tidak,
setelah mendapat surat kelulusan atau ijasah kemudian yang menjadi presepsi masyarakat ialah mencari pekerjaan untuk
mendapatkan uang demi kebutuhan hidup sehari – hari tentunya. Hal itu merupakan
realita yang tak dapat dipungkiri.
Kemudian bagaimana dengan yang
sudah memiliki uang, anak dari keturunan orang kaya raya misalnya. Apakah tak
seharusnya mereka menuntut ilmu di sekolah karena toh mereka memiliki tujuan
yang akan dicari. Hal itulah yang mesti digarisbawahi. Sekolah hanya untuk
mendapatkan uang. Kata “ hanya “ disini dapat mempersempit pikiran masyarakat
karena lebih dari itu, bukan sekedar uang yang akan dicari, walaupun
kenyataannya uang juga salah satu factor yang memotivasi seseorang untuk
melanjutkan pendidikannya. Kebanyakan orang kemudian lupa, setelah berhasil
mendapatkan uang yang cukup kemudian dia berhenti sampai di situ saja. Mereka
hanya berjalan di tempat tanpa memiliki kemauan untuk meningkatkan kualitas
dirinya dengan pendidikan. Padahal dia dapat memperoleh yang lebih dari yang
didapatkannya sekarang ketika dia sadar akan arti pentingnya pendidikan.
Motivasi
lain juga turut mendasari mengapa seseorang mau melanjutkan pendidikannya. Berharap
gelar pendidikan yang diperolehnya membantu supaya
lebih dapat diakui oleh masyarakat. Begitu bangganya ketika kita mendapat gelar
sarjana, tetapi apakah itu semua cukup menggambarkan kemampuan kita sebenarnya.
Tunggu dulu, bisa jadi tidak jika kita tidak sungguh – sungguh dalam
melakukannya. Ketika kita puas hanya dengan mendapatkan selembar kertas bertuliskan
ijasah itu bisa jadi kita menjalani prosesnya dengan asal – asalan. Asal
mendapat ijasah, entah bagaimana yang dilaluinya, berapa nilai yang
didapatkannya itu semua tidak penting. Asal lulus saja itu kata mereka. Atau
bisa jadi asal mendapatkan nilai bagus dengan segala macam bentuk
ketidakjujuran yang dilakukannya. Hal itu tentunya juga bukan merupakan sesuatu
yang baik karena bisa jadi kertas bertitelkan enam huruf itu sama sekali tidak
menggambarkan apa – apa tentang diri kita. Itu sama halnya dengan membohongi
diri sendiri dan juga orang lain.
Motivasi
lain bagi sebagian orang yaitu pengaruh dari luar, orang tua yang menghendaki
anaknya maju, ataupun tuntutan dari masyarakat yang rata – rata memiliki gelar
pendidikan tinggi tentunya bisa menjadi motivasi tersendiri bagi dirinya. Hal
tersebut sebenarnya tidaklah buruk tetapi baiknya diimbangi dengan kesadaran
dari dalam diri pribadi untuk mendapatkan pendidikan tanpa tuntutan dari
manapun. Idealnya, lembaga pendidikan
seperti sekolah atau kampus merupkan tempat untuk mencari ilmu untuk
mengembangkan potensi terbaik diri kita tak hanya sebagai sarana meningkatkan
kualitas diri tetapi juga untuk bermanfaat bagi masyarakat. Pernyataan tersebut
memang benar halnya dan diakui oleh masyarakat. Tetapi apakah memang benar –
benar untuk mencari ilmu ? Hal tersebut
menjadi pertanyaan tersendiri bagi masyarakat. Ilmu memang suatu hal
yang sangat abstrak yang kita sendiri tak dapat melihat bentuk dan rupanya,
hanya dapat dirasakan manfaatnya. Salah satunya contohnya adalah perkembangan
teknologi yang kian hari kian maju seiring denga berkembangnya ilmu
pengetahuan. Ditemukannya computer, laptop, handphone dan teknologi canggih
lainnya begitu besar dirasakan manfaatnya oleh setiap manusia. Dulu bahkan kita
tidak akan pernah menyangka bahwa handphone akan menjadi semacam barang primer
bagi masyarakat, dan kenyataannya saat ini hal itu terjadi. Ilmulah yang
membuatnya ada, dengan ilmu segala sesuatu yang dulunya tak mungkin menjadi
mungkin. Contoh lainnya yaitu dengan ditemukannya pesawat terbang yang membuat
jarak bukan lagi sesuatu yang prioritas dan memberatkan. Perjalanan puluhan
ribu kilometer dapat ditempuh dalam waktu yang singkat sejak ditemukannya
transportasi udara tersebut. Kenyataan – kenyataan tersebut tersebut
menggambarkan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan.
Sejenak
mari kita renungkan kembali berbagai macam motivasi yang mendasari pemikiran –
peemikiran masyarakat tersebut dan menghubungkannya dengan manfaat yang kita
peroleh. Tak ada yang salah sebenarnya ketika motivasi yang kita dapatkan
berasal dari keinginan mendapatkan harta, mempertinggi jabatan ataupun dengan
alasan yang paling sederhana, karena masyarakat juga seperti itu. Tak dapat
dipungkiri bahwa mendapatkan uang atau pekerjaan, mendapatkan gelar pendidikan
yang diakui masyarakat bagaimanapun motivasinya dari dalam atau dari luar
merupakan indikasi yang akan didapatkan setelah kita mempunyai pendidikan yang
lebih tinggi. Tetapi yang salah hanyalah ketika kita menjadikannya sebagai
factor utama motivasi kita untuk berusaha mengenyam pendidikan lanjut. Mencari
ilmu untuk pengembangan kemampuan diri itulah motivasi terbaik kita. Ilmu itu
modal investasi diri kita, dengan ilmu kita dapat mengarahkan diri kita ke arah
yang lebih baik. Kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan kita dan memberikan
kontribusi yang nyata bukan hanya demi meningkatkan kualitas diri kita tetapi
juga bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar kita. Mempunyai banyak harta saja tak cukup. Bisa jadi semuanya akan
habis percuma karena tidak dapat dikelola dengan baik. Dengan ilmu lah kita
dapat mengetahui cara – caranya. Mengenai
mendapatkan pekerjaan, uang, kedudukan yang layak di masyarakat itu hanyalah
sekedar akibat yang diperoleh setelah kita memiliki ilmu. Ketika kita berniat
diri untuk mencari ilmu maka banyak hal yang akan kita peroleh, tak hanya
harta, jabatan ataupun kepercayaan masyarakat, tetapi kita akan mendapatkan
yang lebih daripada itu, kita akan merasakan kualitas diri kita bertambah,
memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar dan yang terpenting adalah menjadi lebih baik di hadapan- Nya.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar