Masa – masa itu aku selalu ingin
bersembunyi di dalam lemari. Mengapa lemari? Entah aku tak tahu pula alasan
yang tepat, mungkin karena tempatku berdiam saat itu tepat di depan sebuah meja
belajar dengan lemari kecil tempat menyimpan buku di bawahnya. Hanya itu tempat
diriku merasa aman menurutku. Tempat dimana aku tak dapat ditemukan oleh
siapapun juga. Tempat di mana aku dapat bersembunyi dari suara – suara tak
berdasar yang menghantuiku dan menusuk – nusuk jantungku. Bahkan di masa itu,
sendiri rasanya lebih melegakan daripada harus beramai – ramai bersama orang lain.
Puluhan orang atau ratusan ribu orang yang berdiam disana tak mampu membuatku
merasa terhibur. Malah membuatku semakin terpuruk. Saat itulah aku merasa aku begitu lemah,
dengan alasan yang tak mudah diterima oleh akal. Aku begitu lemah karenaku … ya
karenaku… bukan karena sesuatu apapun di dunia ini. Karena aku yang membuat
lemah, karena aku yang membuatku terpuruk, karena aku yang membuatku stress, dan
karena aku pula yang membuaatku frustasi. Jangan Tanya mengapa aku berani –
beraninya melakukan hal itu kepada diriku sendiri. Bahkan sebenarnya aku pun
tak mau hal tersebut terjadi padaku, tetapi aku selalu berhasil mengelabuiku,
mengelabui hatiku, mengelabui segala pikiran, logika dan akalku. Aku yang itu
sungguh aku pun begitu membencinya bukan hanya orang lain. Mereka pasti tak
percaya tetapi itulah kenyataan yang terjadi. Seperti tak terkontrol, hal itu
tentunya begitu merugikanku, tetapi aku sendiri tak berhasil mencegahku. Ada
satu lagi tempat yang juga kuandalkan selain lemari tempatku bersembunyi.
Sebuah ruangan dengan cermin disekelilingnya. Di situlah beberapa kali dalam
tiap jamnya aku berdiri, memandangi diriku sendiri dari tiap sudutnya, menatap
kosong, tanpa sedikitpun senyum yang ada di depanku. Hanya pikiran yang
melayang – laying entah kemana aku pun tak tahu, berusaha mencoba mencari
lubang untuk jalan keluar, untuk melepaskan semuanya, untuk merasa bebas, untuk
melarikan diri dari semua masalah itu. Tetapi kenyataannya semuanya hanya ada
di dalam pikiranku saja. Semua hanya imajinasi indah yang semu ada di pikiran,
berharap pula ada mesin waktu yang mengembalikanku ke masa lain di mana aku
berada di tempat yang tak seharusnya aku berada. Tetapi semuanya hanya ilusi,
kenyataannya saat itu aku berada di tempat itu, berusaha mencari jalan keluar
yang entah hanya diriku sendiri yang tahu. Sayangnya aku pun tak tahu. Bagaikan
berada dalam penjara menandai kenyataan tiap harinya menanti adanya penolong
yang membawaku keluar. Hmm sungguh masa itu … dimana aku belajar banyak hal,
mengenai diriku sendiri, belajar mengenal diriku sendiri, belajar mengetahui
kekurangan sendiri, yang sayangnya semakin membuatku membenci diri sendiri.
Tetapi itu dulu … di masa itu ….masa yang akan kuingat selalu … tetapi aku
berharap tidak ….
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar