Keikhlasan.
Itulah sebuah kata yang paling pantas
untuk menggambarkan wanita paruh baya ini. Seorang sosok wanita yang begitu luar biasa,
dengan penuh kesabaran dan kesungguhan mau merawat orang – orang tua renta yang
bahkan tidak memiliki tali ikatan darah dengannya. Teteh Yan Royani, itulah
namanya. Wanita berusia 44 tahun
ini adalah pengurus panti jompo milik
yayasan Muhamadiyah Tanjung Pandan Belitung.
Asalnya dari Sukabumi, Jawa Barat, itulah alasan orang – orang biasa
memanggilnya dengan sebutan “ teteh “ dalam bahasa Sunda yang merupakan sebutan
untuk kakak perempuan. Asal mula dia datang di Belitung yaitu karena mengikuti
pekerjaan suaminya. Kemudian sampai pada akhirnya sekitar tahun 2007, dia ditawari sebuah
pekerjaan yaitu mengurusi Panti Jompo milik yayasan Islam Muhamadiyah yang
kemudian dia terima. “ Dulunya penghuni panti hanya ada satu orang. Seorang
nenek yang sekarang sudah meninggal. Waktu itu saya belum tinggal di tempat ini
seperti sekarang, saya hanya bekerja di siang hari dan pulang pergi dari
rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari panti, “ ceritanya. Tetapi
karena akhirnya dia berpisah dengan suami yang sebelumnya pada tahun 2008, dia memutuskan untuk pindah,
tinggal di panti tersebut sambil mengurusi orang – orang tua yang membutuhkan.
“
Dulunya awal – awal masih sedikit orang tua yang ada di sana, “ tambahnya “
tetapi saat ini jumlahnya begitu lumayan. Sampai mencapai 11 orang, yang
terdiri dari 5 orang kakek dan 6 orang nenek. “ Sebagian besar dari orang –
orang tua tersebut adalah orang – orang yang tidak memiliki keluarga, tidak
memiliki istri / suami ataupun anak. Ada juga beberapa orang yang sebenarnya
memiliki anak, tetapi karena terlampau sibuknya sehingga sepertinya tidak bisa
mengurusi orang tuanya sendiri. Begitu miris memang melihat orang – orang tua
yang tampaknya sudah begitu tak berdaya, malah tidak ada yang memberikan
perhatian. Tak habis pikir pula ada anak – anak yang semacam itu di dunia ini.
Memang ada beberapa orang kakek dan nenek yang sesekali dikunjungi orang tuanya
tetapi ada juga yang sama sekali tidak pernah dikunjungi. Walaupun rumah
keluarganya itu diketahui cukup dekat. Begitu tega orang – orang semacam
itu. Teh Yan banyak bercerita mengenai
pengalamannya menjadi pengurus panti jompo.
Berbagai
macam suka dan duka telah dilaluinya. “ Sukanya ya terkadang lucu melihat ulah
kakek dan nenek yang seperti anak kecil, “ katanya sambil tersenyum. “ Dukanya
tak kalah banyaknya. Dengan berbagai macam karakter kakek dan nenek yang
tinggal di sini, terkadang beliau – beliau ini suka semaunya sendiri dan susah
diatur. “ Hal itu cukup melatih kesabaran wanita yang punya seorang anak ini.
Memang tidaklah mudah menghadapi orang – orang tua. Tak beda dengan merawat
anak bayi. Ada yang saking tuanya sudah tidak berjalan lagi dan harus buang air
di dalam ember. Mau tak mau Teh Yan yang membersihkan. Ada pula yang harus
memakai pampers atau popok dan terkadang dibuang sembarangan sehingga
kotorannya menempel di mana – mana. Ada yang kalau makan suka protes tidak mau
ini dan itu ataupun saking cerewetnya menganggap Teh Yan sebagai pembantunya.
Belum lagi mengurusi kakek dan nenek yang sedang sakit, karena namanya orang
tua pastilah sering sakit – sakitan.
Yang terparah adalah kalau sudah ada yang meninggal, semuanya teh Yan yang
mengurusinya. Terhitung sudah ada enam orang yang meninggal ketika dia bekerja
di sana. Diperlukan jiwa dan mental yang kuat untuk melakukan itu semua. Kalau tidak karena keikhlasan dan k arena
kecintaannya pada orang tua, tidak mungkin seseorang mampu bertahan di sana. “
Gaji memang ada tetapi itu semua tak sebanding dengan pengorbanan yang
dilakukan. Biarlah semuanya saya niatkan untuk ibadah. Insya Allah semoga
menjadi amal baik yang bisa membantu di akhirat kelak, “ ujarnya ikhlas.
Karena
sudah enam tahun berjalan, sebenarnya masa tugasnya habis pada Agustus tahun
ini, tetapi menurut rapat pengurus yayasan, masa tugasnya akan ditambah sampai
pada tahun 2017. Menanggapi hal tersebut, teh Yan cukup berbesar hati menerima.
Kalau memang dia dibutuhkan dia akan
melaksanakan, kalaupun ada pengganti belum tentu juga orangnya sanggup memikul
beban seperti itu. Dia merasa kasihan
dan tak sampai hati kalau nantinya orang – orang tua tersebut tidak ada yang
mengurusi. Kecintaan pada orang – orang tua yang dia anggap orang tuanya
sendiri inilah yang selalu memberikannya motivasi untuk berbuat yang terbaik.
Begitu luar biasa pengorbanan teh Yan. Semoga banyak teh Yan - teh Yan lain di luar sana yang dengan tulus
ikhlas mau berkorban untuk orang lain.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar