“ Seorang anak bernama Juan yang
duduk di bangku sekolah dasar selalu membuat pusing gurunya. Di kelas dia
selalu menjadi pembuat masalah dan susah diatur, sampai – sampai guru – guru
kewalahan. Ketika dicari tahu lebih lanjut ternyata ada latar belakang masalah
pada keluarganya. Orang tua Juan bercerai lima ketika dia berumur tiga tahun. Sekarang dia
dan ibunya, Anna, tinggal di apartemen kecil dekat rumah neneknya. Sebagai
orang tua tunggal, Anna sering merasa kewalahan oleh beban pekerjaannya pada
malam hari di restoran dekat rumahnya dan mengasuh anak usia dua tahun. Juan
melewati pagi hari dengan bermain sendirian di kamar tidurnya dan menonton
televisi ketika ibunya tidur. Namun, ketika dia bosan bermain dengan mainannya
yang hanya sedikit di kamarnya, dia menuju dapur dan mulai menarik benda –
benda dari laci dan almari. Kegiatannya ini biasanya membangunkan ibunya dan
mengakibatkan dia mendapatkan pukulan di pantatnya. Tidak ada buku, majalah dan
surat kabar di apartemen mereka. Ibu Juan tidak suka membaca dan lebih suka
mendengar berita dari televisi. Kadang – kadang, Anna mengajak Juan ke taman
untuk bermain, tetapi sebagian besar fasilitasnya sudah rusak dan didesain
untuk anak yang lebih besar. Juan biasanya hanya bermain sendirian di kotak
pasir dengan cangkir yang terbuat dari Styrofoam dan sendok – sendok plastic
yang dia temukan di situ, sedangkan ibunya mengobrol dengan teman – temannya.
Juan mengagumi ayahnya, Miguel, dan
meluangkan akhir pekannya sekali dalam dua minggu di apartemen ayahnya. Namun,
ketika pulang ke rumah, ibunya mendapat dia tidak terurus dan suka membantah.
Anna menyalahkan Miguel sebagai penyebab masalah perilaku anaknya, dan mereka
sering bertengkar di depan Juan. Nenek
Juan khawatir terhadap pengaruh perceraian orang tua Juan terhadap perkembangan
Juan. Juan hanya mengucapkan dua atau
tiga kata yang dapat dimengerti oleh orang lain dan tidak tertarik pada buku yang
neneknya pinjam dari tetangganya. Jaun menjadi semakin agresif, memukul,
berteriak, dan melempar benda – benda ketika dia frustasi. Dia tidak mau membantu berpakaian
sendiri, menentang ketika diminta untuk naik tempat tidur, dan sering malah
lari ketika ibunya memanggil. “
Mendidik siswa Sekolah Dasar, hal yang
tampak sepele tetapi ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Bolehlah
kita berpikir secara materi pembelajaran tak sesulit materi SMP atau SMA,
tetapi ada sisi lain yang harus kita perhatikan di sini, yaitu masalah
psikologi perkembangan anak. Begitu pentingnya masalah psikologi anak khususnya
untuk anak Sekolah Dasar karena pada masa – masa tersebut merupakan masa – masa
berkembangnya anak. Anak akan mengalami
masa yang disebut sebagai masa keemasan pada saat usia dini dimana saat itu anak
akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari
luar. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat
drastis dimulai dari perkembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan
motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Lonjakan perkembangan ini
terjadi saat anak berusia 0 – 8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak akan
terjadi lagi di periode selanjutnya. Masa ini
dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan
periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Masa
perkembangan anak khususnya saat masa perkembangan dini, orang tua atau guru
harus betul menjadikannya sebagai perhatian khusus karena hal itu tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap kehidupan di masa yang akan datang.
Atas dasar itulah
diperlukan pengetahuan mengenai psikologi perkembangan anak. Psikologi
perkembangan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan
dan perkembangan jiwa manusia baik dari prenatal maupun sudah lanjut usia. Ilmu
ini sangat bermanfaat dalam berbagai hal salah satunya di bidang pendidikan.
Kepribadian anak terutama dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya seperti yang
dicontohkan pada cerita di atas. Anak – anak dengan latar belakang keluarga
yang tak harmonis cenderung untuk bermasalah di kelasnya. Terkadang, guru –
guru tidak menyadarinya sehingga cenderung menghakimi anak atas apa yang mereka
lihat. Padahal sebenarnya terkadang permasalahan tersebut sudah ada jauh
sebelumnya, bahkan sebelum anak itu masuk ke sekolah. Hal itulah yang perlu
dicari tahu untuk mencari akar permasalahan yang sebenarnya terjadi. Dengan
mengetahui kondisi psikologis masing – masing anak, maka guru akan dapat lebih
mudah mengarahkan anak tersebut. Selain itu, dengan bekal pengetahuan psikologi
juga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai tingkah laku normal, sehingga
kita dapat mengetahui apakah tingkah laku anak itu sesuai tidak dengan tingkat
kewajarannya, termasuk tingkat kenormalan tingkah laku kita sendiri. Manfaat
lainnya bagi guru yaitu di antaranya
seorang guru dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu, dan
guru dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
tingkat perkembangan pemahaman murid-murid mereka. Begitu banyak manfaat
psikologi perkembangan dalam proses pendidikan dan pengajaran siswa yang
seyogyanya dipahami dan diaplikasikan oleh para guru.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar