Seharusnya
makhluk itu memiliki delapan abjad dengan kemurnian jiwa mereka. Seharusnya.
Tetapi apakah benar begitu halnya ? Mengapa
segalanya lebih mendekati makhluk bertanduk yang terbuat dari api membara. Manusia itu mengelus – elus dadanya pelan
mencoba mengendalikan hidupnya. Mendadak seperti ada yang membenturkan
kepalanya ke tembok bangunan yang mustahil akan runtuh. Semua aliran darah
dalam tubuhnya mengalir deras menuju otaknya. Kemudian dia mengerjap –
kerjapkan matanya yang mulai berkunang –
kunang dengan cepat, kabur secara penglihatan tanpa alasan yang pasti. Jantung manusia
itu pun mulai memompa dirinya dengan penambahan kecepatan tak stabil sedangkan
nafasnya tak ayal menjadi tersengal – sengal. Serangan mendadak. Begitu luar
biasa indikasi dari semua hal yang makhluk itu lakukan. Andai saja dia mampu menelurkan bom atom dari
dalam tubuhnya, mungkin dia telah meledakkan semuanya detik itu juga tanpa aba
- aba. Sayangnya, yang dapat dia lakukan hanya terdiam memandangi mereka, mencoba
menutup mata hatinya menghilangkan kenyataan dengan harapan semua yang
dijalaninya hanyalah mimpi di siang bolong. Percuma, setelah lebih dari cukup
ba-bi-bu yang dia keluarkan hanyalah seperti orang membuang sampah di sungai yang alirannya entah
kemana akan bermuara. Betapa lelahnya terbuang percuma tanpa ada faedah yang tampak.
Hufhh….apa arti ini semua, ujarnya dalam hati. Apakah ada sesuatu yang tak pada
tempatnya ataukah ini hanya segelintir ujian kehidupan. Repetisi kejadian hampir
terjadi setiap waktu dan efek yang terjadi pada pola pikirnya terpengaruh oleh situasi di sekitarnya….yaa
jangan salahkan dia. Hawa lingkungan yang membuatnya seperti itu. Manusia itu
mulai lelah…kemana jawaban dari seuntai permohonan yang diucapkannya setiap
waktu, mengapa balasan itu belum kunjung tiba di peraduannya , keluhan yang tak
disengaja akhirnya terpaksa dikeluarkan kalbunya. Diperlukan kesabaran ekstra untuk menghadang itu semua. Dia kembali
memutar otaknya sambil melihat makhluk – makhluk entah apa itu di hadapannya.
Betapa teori itu begitu sempurna dibandingkan kenyataan yang ada. Semuanya seperti
rel yang berbeda jalur, berbeda arah dan tujuan. Apakah ada kasus – kasus tak
kasat mata yang tak diketahui olehnya.
Keruwetan merajai isi kepalanya
yang semakin lama semakin membuat isi itu mendidih. Sungguh, aku dulu tak
seperti itu, katanya. Jauh bahkan dari itu. Apakah dimensi tempat dan waktu
telah mengakibatkan perubahan yang luar biasa signifikan. Mengapa gap
kesenjangan itu ada dan hasilnya relative tinggi. Entah apa yang harus
dilakukannya. Sekelabut pikiran dan bisikan untuk menyerah menjadi salah satu prioritas selanjutnya,
tetapi apakah semua masalah akan selesai dengan satu – satunya jalan yang dapat
ditemuinya. Biarlah ego ini lumpuh asalkan mereka dapat menjadi lurus, katanya.
Tetapi ada bagian hati itu di mana ego bersemayam yang mengatakan hal berbeda,
itu berarti kamu kalah. Kamu seorang pecundang yang dengan mudah dapat dijajah.
Tapi….itu demi mereka, bisik hati yang lain. Tak berawal tak berakhir
pertentangan itu. Sudahhhh……Cukuplah
semua…..Emosi itu tak tertahankan mendengarkan pergulatan antara setengah
hatinya. Sudah lama semua kewibawaan itu
hancur. Sungguh menyakitkan kenyataan yang ada. Menyerah sajalah. Dia harus
mulai menyelidiki lagi. Apakah benar halnya impianya sudah sejalan dengan
kapabilitasnya. Jika tidak, kembali ke titik nol bisa menjadi alternative lain,
tetapi bagaimana mungkin garis waktu itu ditarik ke belakang. Kalaupun harus
menyerah saat itu, pastilah hatinya akan menangis. Menangis sejadi – jadinya karena
keinginan itu telah menjadi bagian dari hidupnya. Tetapi dibandingkan dengan
merusak apa yang menjadi tanggung jawabnya, sepertinya jalan itu terdengar
lebih baik. Kemudian jalan manakah yang harus dia tempuh?
- 251013 -
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar