Bismillahirrahmanirrahim…
Sebenarnya aku sama sekali tak menyangka akan
berada di tempat ini saat ini bersama orang – orang baru yang belum pernah
kukenal sebelumnya, belajar bersama dalam suatu tujuan, program pengabdian
masyarakat. Motif dasarku hanya satu,
yaitu impian masa kecil. Yaa… dulu semasa kecil ketika sebagian besar teman –
temanku bercita – cita menjadi dokter, aku memiliki cita – cita menjadi seorang
guru, selain cita – citaku yang lain yaitu astronot. Aku sama sekali tak tahu
alasannya mengapa, yang jelas aku ingin. Itu saja. Aku suka bermain “guru –
guruan”, berbicara sendiri membayangkan murid – muridku ada di depanku, membuat
daftar absen dari huruf A sampai Z untuk murid – murid yang hanya ada di
imajinasiku. Seiring berjalannya waktu, karena pengaruh lingkungan pula aku
mulai berubah. Aku mulai melihat dari sisi lain, terpengaruh oleh orang – orang
sekitar, melihat orang tuaku yang bekerja sebagai karyawan swasta dan juga
melihat orang – orang yang bekerja sebagai pegawai bank atau pegawai
pemerintahan, rasanya cukup menarik. Akhirnya aku mulai berpikir untuk menambah
opsi lain untuk cita – citaku, yaitu seorang wanita karir atau karyawan
kantoran.
Di
akhir masa SMA aku memutuskan untuk mengambil jurusan Matematika, karena memang
itu bidang yang paling kusukai dan kukuasai. Sebenarnya aku telah mendaftar
PMDK di Univetrsitas Negeri Malang untuk jurusan Pendidikan Matematika. Tetapi
sepertinya Allah berkata lain, aku tidak diterima. Mencoba mengambil jalan
lain, mengikuti test Ujian Masuk Universitas Gadjah Mada, akhirnya aku
ditakdirkan untuk berkuliah di UGM Yogyakarta jurusan Matematika MIPA.
Pertimbanganku ialah dengan mengambil jurusan yang lebih umum, dalam artian
tidak fokus pada pendidikan, aku bisa memiliki pilihan lebih banyak untuk masa
depanku. Selama kuliah, aku mencoba bekerja paruh waktu sebagai guru les, baik
sebagai guru privat maupun sebagai guru bimbel. Selain untuk menambah – nambah
penghasilanku, juga sebagai sarana untuk dapat membagi ilmu yang kupunyai.
Bagiku pengalaman mengajar itu merupakan sesuatu yang sangat menyenankan. Bukan
hanya berbekal ilmu yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengetahui kondisi
psikologis yang diajar, supaya dapat dengan mudah membuat anak mengerti. Mulai
anak SD, SMP dan SMA pernah kuajar. Banyak sekali pelajaran yang dapat kuambil
dari kegiatanku itu, di antaranya yaitu kenyataan bahwa setiap orang memiliki
karakter dan kepribadian yang berbeda- beda, sehingga memiliki cara penanganan
yang berbeda – beda pula. Aku juga mendapat pengalaman bahwa mengajar anak SD
ternyata tidak semudah yang dibayangkan, bahkan lebih sulit dibandingkan
mengajar anak SMP atau SMA. Karena walaupun secara ilmu mungkin lebih mudah,
tetapi diperlukan pendekatan yang lebih khusus dan kemampuan memahami psikologi
dengan lebih baik. Yang pasti pengalamanku mengajar tersebut membuatku banyak
belajar tentang cara memperlakukan orang lain yang berbeda. Setelah lulus
kuliah, sebagaimana bisaanya mahasiswa yang menganggur, aku sibuk mencari kerja
kesana kemari. Semua kerjaan di depan mata aku lamar. Saat itu di pikiranku
yang ada hanyalah asal cari kerja apa saja, yang penting pengalamannya ada.
Selain itu juga menuruti kata orang – orang yang berasumsi bahwa mencari
kerjaan itu susah sekali di jaman sekarang jadi tidak perlu terlalu idealis
untuk memilih – milih pekerjaan.
Pada
bulan Maret 2011 aku resmi diterima bekerja di sebuah perusahaan konsultan
aktuaria. Mungkin masih banyak orang yang kurang mengetahui tentang profesi
ini, karena memang sangatlah langka orang – oraang yang mengetahui secara
mendalam tentang aktuaria. Jadi aktuaria merupakan ilmu yang mengaplikasikan
matematika dan statistika untuk menilai resiko – resiko kemungkinan yang akan
terjadi di masa akan datang menggunakan teori probabilitas atau peluang. Ilmu
ini bisaa dipakai untuk para konsultan keuangan ataupun perusahaan – perusahaan
asuransi. Ilmu ini tidaklah mudah karena merupakan campuran ilmu dari segala
bidang. Selain matematika dan statistika, kami diharuskan mengerti tentang
ekonomi, akuntansi, keuangan dan juga komputer. Aku banyak belajar hal baru di
tempat tersebut.
Seiring
berjalannya waktu, aku mulai banyak merenung. Entah mengapa tiba – tiba aku
teringat cita – cita masa kecilku yaitu pengajar. Memang, aku adalah tipe orang
yang jikalau sudah punya keinginan, maka aku akan mencoba untuk mendapatkannya
bagaimanapun caranya, jika tidak aku akan kepikiran terus menerus. Selama
setahun lebih bekerja kantoran, aku mulai merasakan ketidaknyamanan, aku merasa
bosan, aku merasa ini tidak sejalan dengan keinginanku sebelumnya. Ada sesuatu
yang kurang dan aku ingin mencari pengalaman baru untuk mencari tahu apa
keinginanku sebenarnya. Karena itu aku mulai berburu pekerjaan lagi.
Suatu
saat ketika aku membuka facebook, di grup lowongan kerja universitas ada
lowongan sebagai pengajar di pelosok yang diadakan oleh Sekolah Guru Indonesia.
Aku cukup tertarik melihat tawaran tersebut, tapi aku masih memikirkan segala
kemungkinan – kemungkinan dan resiko – resiko yang akan terjadi jika aku
mendaftar. Jadi aku putuskan menunda untuk mendaftar. Kesibukan sehari – hariku
untuk bekerja membuat aku lupa untuk mendaftar program tersebut. Tak terasa
waktu terus berjalan dan tibalah saatnya hari terakhir batas waktu pendaftaran
Sekolah Guru Indonesia angkatan 4. Saat itu kebetulan aku iseng – iseng konek
ke internet untuk browsing dan ternyata aku baru ingat bahwa ini hari terakhir
pendaftaran. Aku berusaha memantapkan hatiku, sebenarnya tidak terlalu mantap,
setengah hati merasa ingin mencoba, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar.
Aku mengirim email tapi ternyata tidak ada balasan dari sana, padahal menurut
informasi jika mereka sudah menerima lamaran dari kami maka email kami akan
dibalas dari pihak SGI. Akhirnya aku pasrah, mungkin aku terlambat mengirim dan
mungkin memang bukan jalanku di sini, pikirku waktu itu. Tapi selang beberapa
hri kemudian aku ditelpon oleh pihak SGI disuruh datang ke sana untuk melakukan
proses FGD dan interview. Aku sampai terheran – heran …ooohh..ternyata
lamaranku masuk dan lolos seleksi awal.
Alhamdulillah
karena sepertinya sudah jalanku untuk berada disini, semua proses yang kulalui
dimudahkan oleh Allah. Kebetulan sekali aku mendapatkan tes di hari Sabtu,
dimana hari itu aku libur untuk bekerja, sehingga aku bisa lebih leluasa untuk
ikut tanpa harus ada alasan ijin dari kantor. Waktu itu hari Sabtu, aku berangkat pagi –
pagi dari kosku di Bintaro ke Parung – Bogor. Aku sengaja berangkat pagi – pagi
sekali sekitar pukul 6 kurang, karena aku masih belum tahu pasti letak
keberadaan Gedung SGI tersebut. Untuk sampai ke sanapun aku hanya mengandalkan
modal browsing di Google supaya tahu angkutan umum apa saja yang melewati
tempat itu. Ternyata untuk sampai ke tempat tujuan, perjalanan yang dilakukan
cukuplah panjang. Harus 3 kali naik angkot, mulai yang pertama dari kosku ke
Terminal Lebak bulus, kemudian dari Lebak Bulus ke Parung, dan yang terakhir
naik angkutan Parung – Bogor. Alhamdulillah aku diberi kelancaran, karena aku
berangkat pagi – pagi aku tidak harus berhadapan dengan yang namanya kemacetan.
Kemacetan adalah salah satu kendala terbesar untuk ibukota Jakarta yang sampai sekarang belum ada
solusinya. Sampai di sana, sekitar pukul setengah 9 pagi, dan waktu itu jadwal
tesku ialah pukul 9. Aku harus menunggu dulu, sementara di sana masih sangatlah
sepi. Untung saja tak lama kemudian datang seseorang yang ternyata sama
sepertiku, mau mengikuti tes juga. Kami pun berkenalan. Namanya Fatiya.
Ternyata dia sama – sama orang Jawa sepertiku dan waktu itu dia masih menjadi
seorang guru di sebuah Sekolah Dasar. Kemudian selang beberapa waktu datang
pula para pelamar – pelamar yang lain di antaranya Sari, Priyatno, Nopi dan
juga Saepul. Akhirnya, kami berenam mengikuti tes Forum Discussion Group seperti
yang sudah dijadwalkan. Alhamdulillah test Forum Discussion Group berjalan
cukup lancar. Kemudian dilanjutkan dengan test interview. Akhirnya, selesai
jugalah tes di hari itu. Aku pulang dengan lega. Usahaku sudah selesai, aku
hanya bisa berdoa yang terbaik.
Tiba
saatnya pengumuman akhir SGI 4. Aku pasrah pada Allah. Aku hanya berharap yang
terbaik untukku, apapun itu keputusannya. Karena belum tentu yang terbaik untuk
kita itu terbaik menurut Allah. Sedikit deg – degan, aku membuka website SGI
dan menemukan bahwa namaku ada disana. Aku masih belum percaya, aku lihat lagi
dan meyakinkan diri bahwa nama yang terpampang itu benar – benar namaku.
Alhamdulillahh…..aku mengucap syukur yang sebesar – besarnya, berarati memang
jalanku ada disana. Tetapi, sebenarnya hanya ada setengah keyakinan yang ada di
diriku, setengahnya lagi adalah keraguan yang muncul dari berbagai macam sudut
pandang. Pertama, keraguanku timbul karena jarak antara pengumuman dan waktu
masuk yang begitu dekat. Padahal prosedur di kantorku untuk pengajuan
pengunduran diri harus sebulan sebelumnya. Aku sangsi apa aku akan diijinkan
keluar, juga diliputi rasa bersalah karena sudah memasuki akhir tahun dan saat
itu bisaanya kerjaan sangatlah banyak, pastinya tidak mudah untuk mencari orang baru
yang bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru. Tetapi aku harus tegas,
hidup adalah pilihan. Daripada aku bekerja dengan setengah hati dan penuh
keraguan aku mulai mencoba memantapkan hatiku untuk keluar. Ini adalah
keputusanku, keputusan yang terbaik menurutku. Dengan berbekal
Bismillahirrahmanirrahim, aku memberanikan diri menemui manajerku dan
mengatakan sejujur – jujurnya mengenai keputusanku ini. Awalnya beliau kaget,
beliau tidak menyangka akan ada yang mengundurkan diri dengan alasan seperti
ini. Pergi ke pelosok daerah yang tak jelas dimana untuk seorang anak perempuan
sepertiku baginya merupakan keputusan yang tidak bisaa. Tetapi kemudian
Alhamdulillah sepertinya manajerku bisa mengerti, mungkin karena keyakinanku
pula sehingga beliau akhirnya menerima keputusanku ini. Aku lega.
Keraguan kedua yaitu karena orang tuaku. Orang
tuaku bukannya mengijinkan atau menolak dengan keputusan yang hendak kuambil
tersebut, tapi beliau hanya mengingatkan saja, apa sudah dipikir matang –
matang. Meninggalkan pekerjaan untuk suatu hal yang ke depannya aku juga tak
tahu bagaimana, dengan berbagai macam resiko, tentu itu bukanlah keputusan yang
mudah. Aku menghitung – hitung, saat ini umurku sudah 24 tahun, satu setengah
tahun kemudian berarti umurku sudah ambil 26 tahun. Umur segitu paling tidak
menurut orang tuaku adalah umur dimana aku sudah mempunyai pekerjaan mapan,
tidak berpindah – pindah kerja seperti para lulusan baru yang masih mencari
pengalaman. Juga karena aku wanita, pertimbangannya adalah masa – masa yang
tepat untuk berkeluarga. Tetapi terus terang, aku sendiri tidak pernah terlalu
mempersoalkan masalah aku nanti kerja apa ataupun menikah umur berapa. Karena
menurutku semuanya sudah ada yang mengatur. Mati, rizki dan jodoh adalah
ketentuan Allah yang sudah diatur oleh-Nya. Aku hanya punya keyakinan bahwa
Allah akan memudahkan semuuanya, toh aku berniat baik. Tetapi yang lebih
menjadi masalah dan menyita pikiranku adalah, andaikan aku mengundurkan diri
dari pekerjaanku waktu itu, aku tidak akan bisa mengirim uang untuk orang
tuaku. Orang tuaku tidak bekerja, karena itu beliau tidak ada penghasilan tetap
di rumah, sedangkan adikku masih sekolah.Untuk menambah penghasilan, orang
tuaku memutuskan, sejak lebaran kemarin rumahku disulap menjadi sebuah villa
yang bisa disewakan jika ada orang yang ingin menginap. Jika ada orang yang
menginap, keluargaku harus tidur di sebuah ruangan kecil dan sempit di luar
rumah induk. Sebagai anak tertua aku merasa miris dan memiliki kewajiban untuk
membantu orang tuaku, mencari biaya untuk kehidupan keluargaku. Kemudian kalau
aku tidak ada penghasilan, bagaimana dengan mereka, pikirku. Walaupun nantinya
aku disini aku akan mendapatkan uang saku ketika magang atau living cost saat
penempatan, walaupun toh aku bisa menyisihkannya, mungkin aku tidak bisa memberi
sebanyak yang kuberi saat aku masih bekerja di kantor. Alasan itu adalah alasan
yang terberat untukku.
Tetapi entah mengapa, keyakinanku lebih kuat.
Karena selain ingin menggapai cita – cita masa kecil, motivasiku yang lain
yaitu aku ingin bisa belajar memperbaiki diri dan bisa bermanfaat untuk orang
lain. Sebaik – baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat untuk orang lain.
Selain itu, ilmu yang diberikan kepada orang lain merupakan salah satu amal
jahriyah yang bisa menjadi investasiku di akhirat nanti. Aku mencoba memantapkan hatiku, aku berdoa
kepada Allah, “ Ya Allah , aku hanya berniat baik, aku ingin melakukan suatu
hal sekali seumur hidup di masa mudaku yang bisa memberiku dan memberi orang
lain inspirasi. Engkau telah memudahkan jalanku untuk bisa lolos di SGI, karena
itu aku serahkan semua keraguanku pada-Mu ya Allah. Semoga Allah melancarkan
dan memudahkan rizki keluargaku, walapun bukan lewat aku, tetapi lewat siapa
saja yang merupakan rahasia-Mu. Karena aku yakin sekali bahwa Kau telah
menjamin segala rizki untuk para umat-Mu. “ Dengan doa itu aku merasa lebih
yakin dengan keputusanku ini dan doa
itulah yang Insya Allah tak akan pernah lepas di setiap shalatku. Orangtuaku
menyetujui, aku hanya teringat pesan ibuku, ini hidupku dan aku yang menjalani.
Lakukan apapun yang terbaik menurutku. Karena ini keputusanku, aku harus
memiliki komitmen dengannya, dan sebisa mugkin aku harus bisa membuat prestasi,
apapun itu. Aku hanya berharap aku bisa membuat bangga orang tuaku dan tidak
mengecewakan beliau. Keluargaku adalah segalanya bagiku.
Alasan
keraguanku berikutnya datang dari orang – orang di sekitarku, yang menganggap
keputusanku ini adalah keputusan yang teraneh dan terbodoh. Bagaimana tidak, di
saat semua orang berbondong – bondong mencari pekerjaan, aku malah melepaskan
pekerjaan untuk masa depan yang aku tak tahu pasti. Sudah enak – enak kerja,
gaji lumayan, ngapain keluar??tanya mereka. Anggapan mereka bahwa cari kerja di
zaman sekarang sangatlah susah dan kesempatan yang dibuang begitu saja akan
membuatku lebih susah di kemudian hari. Tetapi bagaimanapun pendapat mereka,
aku merasa keyakinanku masih tetap ingin mengambilnya. Aku hanya mengikuti suara
hatiku. Aku mencoba sebisa mungkin memantapkan hatiku, tidak terpengaruh dengan
orang – oraang yang berpendapat ini dan itu. Karena mereka tidak tahu apa yang aku pikirkan
dan aku rasakan. Aku mencoba menghilangkan keraguan yang ada terutama dalam
diriku sendiri, keraguan akan ketidakmampuanku, karena aku sendiri tidak
berasal dari background pendidikan yang tentunya tidak memiliki pengalaman dan
jam terbang mengajar sebanyak anak – anak pendidikan. Apakah aku akan sanggup
menjalani semuanya? Tetapi dengan niat Lillahi
ta’ala, akhirnya aku mengambil keputusan dengan memantapkan hati. Semuanya
butuh proses. Aku mencoba belajar untuk menjadi lebih baik lagi dan aku yakin
dengan masuk di SGI akan banyak pelajaran yang aku dapatkan terutama untuk
perbaikan diriku sendiri. Bismillahirrahmanirrahim. Telah kuputuskan REG_YUSI
RIZKI GUSTIESA_UGM_ BATU MALANG JAWA TIMUR.
BACA JUGA :
Ceritaku
- Obat Herbal Mujarab
- Assalamu'alaikum
- Cerita Hujan
- Rejeki Penjual Jas Hujan
- Pengalaman Mengikuti Seleksi Beasiswa LPDP
- Awardee LPDP PK 40 - Kemilau Nusantara-
- Susahnya Matematika K13
- Menulis Impian
- Fenomena Jurusan Kedokteran
- Perbedaan Gejala Maag dan Masuk Angin
- Pengalaman Ikut Workshop STIFIN
- Dampak Permainan Playstation bagi Anak
- Faktor Pembentuk Akhlak
- Profesi PNS Idaman Masyarakat
- Resensi Buku “ Trik – Trik Berhitung “
- Resensi Buku “ Belajar Menuang Ide dalam Puisi – Cerita – Drama “
- Resensi Buku “ We Are Good Mothers “ 100% Jadi Ibu bagi Wanita Pekerja
- Guru 12 Purnama
- Esok Kiamat ??!!
- Masalah Psikologis Anak
- Selamat Hari Guru
- Siswaku Indigo !!!
- Yuk Berdonasi di Kolong Ilmu
- Makna dari Kisah Abu Thalib
- Matematika, Siapa Takut ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar