Selasa, 28 Januari 2014

Faktor Pembentuk Akhlak



Berbicara mengenai akhlak memang bukan sesuatu hal yang mudah dipahami dan dapat dilihat secara langsung oleh pandangan mata. Tetapi semuanya dapat dinilai berdasarkan ucapan maupun perbuatan seseorang sehingga orang tersebut dapat dinilai berakhlak baik ataukah tidak. Begitu halnya ketika kita melihat akhlak dari seorang anak. Kita dapat menilai melalui kebiasaannya, ucapan yang dituturkannya apakah sopan atau tidak, tingkah lakunya apakah baik atau buruk, serta kebiasaannya untuk menghormati orang lain dan kemampuan menempatkan dirinya di suatu lingkungan. Sudah pasti setiap orang tua ataupun guru ingin memiliki anak – anak ataupun siswa – siswa dengan akhlak baik, tak hanya sekedar pintar secara intelektual.
Akhlak itu sebenarnya dibentuk oleh suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus. Ketika bayi dilahirkan, Tuhan menganugerahkan kesucian jiwa dan raganya. Seperti halnya kertas yang bersih, putih dan kososng, belum terisi oleh apapun. Seiring berjalannya waktu, sang bayi mulai terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya, terutama pada awalnya lingkungan yang paling dekat dengannya yaitu keluarga. Keluarga terutama orangtua  sangatlah berperan akan pertumbuhan dan perkembangan sang anak, akan menjadi seperti apa anak itu nanti dengan segala macam kebiasaan baik dan buruknya. Anak cenderung mencontoh dari keluarganya. Jika orang tuanya suka mengeluh, maka si anak nantinya akan menjadi orang yang suka mengeluh. Jika orang  tua senang tersenyum, maka si anak juga akan menjadi orang yang suka tersenyum nantinya. Itulah mengapa orang tua harus berhati – hati akan segala tindak tanduk yang dilakukannya karena akan menjadi teladan bagi sang anak. Terkadang orang tua mengeluhkan anaknya yang bersikap tak seperti yang diinginkan, nakal dan tak dapat diatur. Tunggu dulu … sebelum kita sibuk menyalahkan dan mengutuki anak ada baiknya bercermin terhadap diri sendiri, apakah selama ini kita sebagai orang tua sudah menjadi contoh yang baik bagi anak. Bisa jadi ternyata tanpa kita sadari selama ini anak hanya meniru tingkah laku yang tidak baik dari orang tuanya.
Selain daripada lingkungan keluarga yang memiliki pengaruh pertama kali akan pertumbuhan dan perkembangan anak, lingkungan juga sangat berpengaruh. Orang tua sudah mati – matian menjaga anaknya dan dirinya supaya dpat bertingkah laku dan berakhlak baik, tetapi terkadang suatu ketika lingkungan bisa menjadi lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Lingkungan yang buruk seperti teman – teman yang suka berbicara kotor, berkelahi atau berbuat yang tidak baik bisa jadi akan dicontoh oleh anak – anak ang tadinya masih baik. Karena itu perlu ada tindak lanjut yang lebih untuk kejadian seperti ini. Sebisa mungkin pantau dan pastikan anak – anak untuk selalu berada di lingkungan yang baik. Karena lingkungan yang baik akan berpengaruh pada anak untuk menjadi baik pula. Kalaupun segala daya upaya sudah dikerahkan dan keadaan tidak memungkinkan untuk tidak berada di lingkungan yang baik, orang tua haruslah terus menerus dan rajin menasihati anaknya supaya tak terpengaruh oleh lingkungannya.
Kemudian ketika anak sudah bersekolah tentu anak akan banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Di sinilah peran guru sebagai orang tua di sekolah untuk dapat membawa kebaikan pada anak didiknya. Tak hanya sekedar mengajar secara kognitif saja, terlebih lagi aspek psikomotorik dan afektif yang mengindikasikan akhlak mereka harus dipantau terus menerus supaya anak – anak tidak hanya menjadi anak yang cerdas, tetapi juga anak yang berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur.

BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar