Kamis, 29 Agustus 2013

Masa yang Tepat

Janganlah menanam benih
jikalau belum harus ditanam
Janganlah memupuk tanaman
jikalau belum layaknya dipupuk
Janganlah mengairi tanaman
jikalau belum waktunya diairi
semua itu ada masanya
Bersabarlah menunggu musim tanam itu tiba
Maka kau akan memahami
bahwa tanaman itu  berbunga indah pada waktunya

Rabu, 28 Agustus 2013

Meraih Cita - Cita



Aku menatap kosong ke hadapan layar computer yang ada di depanku. Letih rasanya seharian duduk menghadapi angka – angka di dalam layar yang rasanya makin lama makin kian berlari, kabur dari pandangan. Sesekali kuusap mataku di balik kacamata yang rasanya tingkat kerabunanannya kian meninggi, mungkin akibat radiasi computer yang memang menjadi tuntutan profesiku hamper di setiap harinya. Rasanya aku mulai lelah dengan semua ini, aku merasa bosan, bosan dengan rutinitasku setiap harinya. Pagi bangun, berangkat kerja, duduk di depan computer sampai sore, atau sampai malam kalaupun lembur mengerjakan hal yang sama, kemudian pulang dan begitu seterusnya. Semuanya menjadi tidak menarik lagi, rasa – rasanya tak ada satupn hal yang berkembang dari diriku. Seperti saat ini, aku kebetulan sedang tak ada yang dikerjakan. Rasa bosan mulai menjalari tubuhku, masih jam 1 siang, masih ada 4 jam lagi untuk pulang dari kantor. Fiuhhh …apa yang harus kulakukan sekarang.
Apakah ini waktunya yang tepat, pikiranku menerawang.  Aku sebenarnya masih ragu, ini merupakan pilihan yang tak mudah bagiku. Akan banyak konsekuensi yang diakibatkan, tetapi aku harus segera lepas dari semua ini. Aku sedang mencari impian baru, udara segar kehidupan, yang akan membuat diriku yang baru ini muncul. Aku mengambil sesuatu di tas coklatku, sebuah amplop putih. Aku menatap amplop itu lekat – lekat, amplop ini sudah seminggu berada di tasku tanpa aku pernah menjamahnya, karena aku ragu,  apakah ini benar – benar akan menjadi keputusanku yang bijaksana, lalu bagaimana dengan orang lain, bagaimana dengan ibuku, ayahku, adik – adikku. Itu tentunya tidak mudah bagi mereka untuk menerimanya, bagaimana tidak, aku begitu diharapkan, sebagai anak tertua yang sudah bekerja dengan orang tua yang menganggur dan adik yang masih sekolah, hal itu tentu menjadi beban tersendiri bagi keluarga. Tetapi bukankah orangtuaku sudah merestui di kala itu, kataku dalam hati. Ayolahhh…..ini kesempatanmu dan kesempatan tidak datang dua kali, hati kecilku mulai memanas – manasi. Tapiii …… Sudahh…tidak ada tapi – tapi lagi. Rejeki itu Allah yang mengatur, rejeki bukan datang dari perusahaan tempat kita bekerja atau dari bos kita tetapi dari Allah. Allah yang Maha Pemberi Rejeki, mengapa begitu takutnya melepas pekerjaan dengan asumsi belum tentu mendapat pekerjaan lain yang lebih layak, yang terpenting yaitu kita menjalani semua pekerjaan kita dengan ikhlas sehingga bisa dinilai ibadah di sisi Allah. Suara hati kecilku yang super bijak menasihati diriku sendiri. Rasanya aku seperti gila bercakap – cakap seorang diri. Baiklah…akan kumantapkan hatiku.
Aku mulai beranjak dari kursiku ke ruangan dimana manajerku berada. Aku mengetuk pintu perlahan. Kemudian beliau mempersilakanku masuk dan duduk di hadapannya.
“ Ada apa Kamilia?” tanyanya ingin tahu.
            “ Ibu..ini untuk ibu, “ ujarku sambil menyerahkan amplop itu kepada manajerku.
            “ Apa ini ?” tanyanya penasaran seraya membuka untuk mengetahui apa gerangan isi yang ada di dalamnya. Beliau membaca sekilas apa isi suratku. Aku menatapnya lekat – lekat, harap – harap cemas. Kemudian beliau mengalihkan pandangannya dari surat di tangannya, menatap ke arahku.
            “ Surat pengunduran diri...kamu yakin???” tanyanya.
            Aku terdiam sesaat kemudian mengangguk mantap.
            “ Apakah kamu sudah memikirkannya matang – matang. Kamu tahu kan ini kesempatan emas yang kamu lepaskan, kalau kamu terus disini mungkin jenjang karirmu akan terus meningkat, “ manajerku mulai menasihati.
            “ Tidak apa, Bu. Ini sudah menjadi keputusanku dan aku sangat yakin dengan hal itu, “ kataku tegas.
***
            “ Ayo …. Sekarang ibu absen dulu ya satu persatu … Ani ….”
            “ Saya Bu, “ seorang gadis manis berkuncir dua bergaya kelinci mengangkat tangannya.
            “ Denii…”
            “ Hadirr…” lelaki bertubuh cilik berponi macam boyband itu mengangkat tangannya.
            “ Rino…”
            “ Ada buuuu….”
            Aku mengabsen satu persatu anak di depan kelas
            “ Luar biasa anak – anakku hebat semua karena semua rajin datang ke sekolah setiap hari, “ kataku sambil tersenyum bangga, “ Baiklah mari kita mulai pelajaran kita hari ini ya anak - anak, “ tambahku dengan bersemangat.
            “ Kamilia, “
            “ KAMILIAAA” ulang wanita separuh baya di depan kelas dengan nada tinggi
            “ Eh iya bu…apa bu…saya bu,”aku terbata – bata kebingungan.
            “ Hwahahaha,” tak lama seisi kelas tergelak terbahak – bahak, suasana menjadi ricuh seketika. Aku kecil mencoba memandang ke sekeliling, berusaha memulihkan kesadaran,  sepertinya aku tadi entah sedang bermimpi atau melamun. Ketika kesadaranku mulai berangsur normal, aku  tahu ternyata aku tengah mengikuti pelajaran di kelas. Aku kecil bukan seorang guru, tetapi aku hanyalah seorang siswi berseragam merah putih dengan pikiran yang tadinya melayang entah kemana.
            “ Ayo jawab pertanyaan Ibu tadi, “ Bu Tutik guru kelasku kembali mengintruksiku dengan nada tinggi.
            “ Eh ituu…” aku bingung , “ Pertanyaannya apa ya, Bu?” tanyaku pasrah.
            “ Hwahahahaha……,” kembali seisi kelas ricuh, beberapa orang memegangi perutnya, tertawa berlebih saking bahagianya melihatku menderita. Aku memandang kesal kepada teman – temanku, keterlaluan memang mereka, bersenang – senang di atas penderitaan orang lain, kataku dalam hati.
            “ Sudah …sudah…., “ Bu Tutik menenangkan, “ Ibu lihat dari tadi kamu melamun saja, padahal dari tadi ibu memanggilmu. Ibu tadi bertanya…apa cita – citamu ketika besar nanti. “
            Tanpa berpikir panjang dan dengan yakin aku menjawab,” Ohh… Saya ingin menjadi seperti ibu…menjadi seorang guru…supaya  dapat bermanfaat bagi banyak orang. “
            Bu Tutik mengangguk sambil tersenyum, sepertinya kekesalannya terhadapku sudah mulai mereda.
            “ Dia mah guru pemimpi bu, “ tiba – tiba seorang temanku nyeletuk membuat seisi kelas kembali terbahak. Aku hanya diam pasrah.
***
            Saat ini aku tengah berada di ruang keluarga bersama ibuku. Aku menatap beliau penuh harap, sedangkan yang ditatap malah menatap kosong ke depan layar televisi. Terlihat jelas bahwa walaupun pandangan ibu ke depan sinetron yang sedang diputar di layar kaca, tetapi pikiran beliau tidak ke arah sana. Ibuku seakan sedang berpikir keras.
            “ Kamu sudah yakin dengan keputusanmu, “ tanya ibuku membuka pembicaraan.
            “ Sangat yakin, “  jawabku tegas tanpa basa – basi.
            “ Ibu hanya mengingatkan, zaman sekarang, ada ribuan orang di Indonesia ini yang susah mencari kerja, malahan banyak sarjana yang menganggur…dan sekarang kamu sudah punya kerjaan enak, gaji lumayan….yakin mau kau lepaskan begitu saja. “
            Aku mengangguk, “ Aku bosan Bu kerja di kantor. Komputer…computer…dan computer satu – satunya barang yang dilihat setiap hari. Jenuh…”
            “ Kamu pikir enak menjadi guru. Gaji tak seberapa, belum lagi menghadapi anak – anak yang susah menangkap pelajaran dan tak bisa diatur. Apakah kamu sanggup?, “ tanya ibuku ragu.
            “ Justru itu aku ingin belajar, itu memang tantangan menjadi guru. Aku tahu memang mengajar bukanlah hal yang mudah, tetapi aku rasa aku akan sanggup menjalaninya. “
            Ibuku menghela napas panjang. Tak habis pikir bagaimana mengubah pendirianku yang begitu keras. Apa sebenarnya yang dipikirkan anak ini, ibuku bertanya sendiri, sudah enak – enak kerja di kantor malah cari yang susah, mengajar di pelosok daerah dengan fasilitas yang minim, sementara di luar sana para sarjana sedang berebut mengisi kedudukanku sekarang. Tetapi ibu tahu betul bagaimana aku, aku orang yang keras pendirian, sejak kecil memang begitu, dan aku pun mewarisi sifat itu dari ibuku pula. Aku bukan orang yang dapat dipaksa.
            “ Baikah kalau itu sudah menjadi keputusanmu, “ ibuku akhirnya menyerah, “ Ini adalah hidupmu. Toh kamu yang menjalaninya. Ibu hanya dapat mendoakan semoga ini jalan yang terbaik untukmu.
            “ Terima kasih Bu. Aku janji tak akan mengecewakan siapapun, “aku  tersenyum bahagia. Restu orang tua sudah kudapatkan. Selangkah lagi, cita – cita besarku yang kuidam – idamkan sejak kecil akan tercapai, “Menjadi Seorang Guru”.
***
            Dear Allah …
            Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hari ini aku bermain guru – guruan lho di rumah. Asik sekali rasanya. Muridku ada 26 orang, dari yang huruf depannya A sampai dengan yang huruf depannya Z semua ada. Pelajaran hari ini yaitu Matematika dan Bahasa Inggris, Allah tau kan kalo itu pelajaran – pelajaran kesukaanku di sekolah. Aku pingin deh ya Allah, suatu hari nanti kalo aku udah besar aku bisa jadi guru beneran. Soalnya asik sih jadi guru, bisa ngajarin anak biar semuanya bisa jadi pandai. Aku senang kalau semuanya pandai…nantinya kan bisa ranking 1 semua satu kelas…hahahaha ^_^
            Allah…tadi Pak Ustadz cerita  pas ngaji di TPA. Katanya salah satu amal yang tidak akan putus walaupun kita meninggal itu  ilmu yang bermanfaat. Guru kan tugasnya membagi ilmu ya Allah …jadi kalo aku bisa jadi guru nanti amalku yang aku bawa jadi buanyakkkkk…Aku mau amal yang banyak biar bisa masuk surga. Kata pak Ustadz di surga ada apa aja yang kita inginkan, jadi nanti aku bisa makan es krim susu sepuasnya…yeyeyeye…..Jadi bantu aku ya Allah ya biar bisa jadi guru . Ya Allah ya …Plissssss
            Udah dulu ya Allah…aku mau bobok dulu biar besok nggak kesiangan datang ke sekolah. Makasih Allah udah menemaniku malam ini.
            Aku kecil menutup buku harianku dan menyimpannya di lemari belajarku. Kemudian aku kecil membaringkan tubuhku di atas kasur, menarik selimutku dan segera menuju ke alam mimpi, berharap mimpi – mimpi indah di kepalaku bisa terwujud nyata.
***
“ Ayo …. Sekarang ibu absen dulu ya satu persatu … Fitri ….”
            “ Saya Bu, “ seorang gadis manis berambut pendek sebahu mengangkat tangannya.
            “ Rehan…”
            “ Hadirr…” lelaki bertubuh paling tinggi di kelas itu itu mengangkat tangannya.
            “ Amar…”
            “ Ada buuuu….”
            Aku mengabsen satu persatu siswa di depan kelas
            “ Luar biasa anak – anakku hebat semua karena semua rajin datang ke sekolah tiap hari, “ kataku sambil tersenyum bangga, “ Baiklah mari kita mulai pelajaran kita hari ini, “ tambahku dengan bersemangat.
            “ Lisa, “
            “ LISAAA” ulang wanita separuh baya di depan kelas dengan nada tinggi
            “ Eh iya bu…apa bu…saya bu,”gadis kecil yang kupanggil terbata – bata kebingungan.
            “ Hwahahahaha ……..,” tak lama seisi kelas tergelak terbahak – bahak, suasana menjadi ricuh seketika. Dia mencoba memandang ke sekeliling memulihkan kesadaran,  sepertinya dia tadi entah sedang bermimpi atau melamun. Ketika kesadarannya sudah berangsur normal, dia  tahu ternyata dia tengah mengikuti pelajaran di kelas. Gadis kecil itu bukan seorang guru, tetapi  hanyalah seorang siswi berseragam merah putih dengan pikiran yang tadinya melayang entah kemana.
            “ Ayo jawab pertanyaan Ibu tadi, “ aku kembali mengintruksinya dengan nada tinggi.
            “ Eh ituu…” dia bingung , “ Pertanyaannya apa ya, Bu?” tanyanya pasrah.
            “ Hwahahahaha……,” kembali seisi kelas ricuh, beberapa orang memegangi perutnya, tertawa berlebih saking bahagianya melihatku menderita. Dia memandang kesal kepada teman – temannya, keterlaluan memang mereka, bersenang – senang di atas penderitaan orang lain, katanya dalam hati.
            “ Sudah …sudah…., “ aku menenangkan, “ Ibu lihat dari tadi kamu melamun saja, padahal dari tadi ibu memanggilmu. Ibu tadi bertanya…apa cita – citamu ketika besar nanti. “
            Tanpa berpikir panjang dan dengan yakin dia menjawab,” Ohh… Saya ingin menjadi seperti ibu…menjadi seorang guru…supaya  dapat bermanfaat bagi banyak orang. “
            Aku tersenyum . Kejadian Ini cukup lucu bagiku. Kembali teringat kejadianku di masa kecil yang sama persis, apakah ini pertanda dia akan menjadi sepertiku, calon generasi penerus di masa yang akan datang. Entahlah itu masih menjadi misteri Illahi.
            “ Lisa … guru adalah profesi yang mulia. Tetapi ingatlah, menjadi guru itu bukan hanya demi mencari uang semata, tetapi lebih dari itu yang akan kamu dapatkan …keberkahan hidup, kualitas diri yang meningkat…asalkan kamu mau terus belajar dan bekerja sungguh – sungguh, “ kataku sambil menatap gadis cilik itu, “Ibu tahu kamu akan menjadi guru yang baik..yang bisa membawa keberhasilan pada siswa – siswimu. Jangan pernah lupakan cita – citamu Nak ! Ketika besar nanti jangan sampai kau lupakan keinginanmu yang amat mulia ini, “ tambahku meyakinkan.
            “ Iya Bu, “ katanya sambil mengangguk mantap, “ Aku akan menjadi seorang guru.”
***

             

Selasa, 27 Agustus 2013

Resensi Buku ” Excellent English Games”



Judul                : Excellent English Games
Halaman          : 138 halaman
Cetakan           : I, 2005
Penulis             : Ayu Rini
Penerbit            : Kesaint Blanc
            Bangsa Indonesia dewasa ini telah memasuki era globalisasi sehingga mempelajari bahasa Inggris meru[akan suatu kewajiban yang mau tidak mau harus dipahami dan dikuasai. Buku Excellent English Games ini ditujukan bagi para orangtua dan guru sekolah maupun kursus bahasa Inggris yang ingin mengajarkan bahasa Inggris dengan mudah dan menyenangkan. Buku ini memberikan informasi cara – cara pengajaran bahasa Inggris melalui berbagai macam permainan popular sehingga anak didik tidak akan kesulitan dan merasa bosan. Selain itu, dengan metode permainan, anak didik akanl ebih cepat memahami dan menghafal materi – materi bahasa Inggris, seperti vocabulary, grammar, structure, part of speech, dan spelling. Sehingga mereka akan lebih aktif dalam mempelajari bahasa Inggris. Setiap jenis permainan dalam buku ini dilengkapi dengan tipe, level, alat – alat serta contoh – contoh soal. Pembaca dapat menerapkan berbagai permainan ini dis ekolah, di tempat kursus, maupun di tempat piknik.
            Buku ini memuat berbagai macam permainan popular untuk memudahkan dan mempercepat anak – anak atau murid – murid dalam penguasaan bahasa Inggris karena permainan – permainan ini dapat dijadikan variasi atau alternative metode dalam pengajaran bahasa Inggris bagi para orangtua, guru maupun pembimbing les atau kursus bahasa Inggris. Dengan menggunakan metode ini anak – anak dan murid – murid tidak akan merasa bosan dalam belajar bahasa Inggris, namun akan mengubah pandangan mereka yang menganggap bahasa Inggris itu sulit dan menakutkan. Padahal bahasa Inggris itu sendiri memiliki peran yang sangat penting bagi masa depannya.
            Disajikan dengan bahasa yang sangat sederhana yang begitu mudah untuk diaplikasikan oleh siapa saja dan akan meningkatkan anak didik kita untuk belajar bahasa Ingggris dengan maksimal. Karena itu, saya rekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh para pendidik, khususnya guru bahasa Inggris atau orangtua yang ingin anaknya tak kalah bersaing dalam era globalisasi yang membutuhkan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional seluruh dunia.