Sabtu, 28 April 2012

Mizz Ting - Ting


          Namanya Farida atau biasa dipanggil Ida. Seorang teman yang aku temui ketika berpetualang mencari ilmu ke Kampung Inggris, Pare, Kediri. Ketika itu kami bersama - sama tinggal di Access Camp.  Saat itu aku sudah memasuki minggu ke-3 di sana dan dia baru saja datang dari kampung halamannya, Indramayu. Dia anak yang baik dan menyenangkan, yang pastinya kami punya beberapa sifat yang hampir mirip yang membuat kami cocok satu sama lain. Jadi, walaupun kami hanya berkenalan selama hampir 2 minggu saja ( karena waktu itu aku hanya berencana sebulan di sana ), kami sudah akrab seperti sahabat yang sudah lama kenal. Ketika aku di Jakarta, dia sempat mengunjungiku dan menginap di kosku selama kira - kira seminggu. Kami sempat berjalan - jalan di hari libur Ke Pekan Raya Jakarta 2011 , ke blok M dan juga ke Ancol. Selain itu dia aku tinggal di kos karena aku harus bekerja ( hihihi...maaf yahhhh... ).
          Kemudian tibalah saatnya aku memberikan jukukan padanya   Mizz Ting - Ting . Bukannya tanpa alasan aku menyebutnya demikian. Akhir - akhir ini ada seorang penyanyi dangdut  pendatang baru yang langsung ngetop dengan lagu andalannya " Alamat Palsu ". Kemana ....kemana...kemana...... kurang lebih begitulah lirik lagunya. Dimana - mana di tv, di internet semua menginfokan tentang penyanyi yang dikenal dengan nama Ayu Ting - Ting ini.  Pertama - tama aku juga nggak ngeh kalau penyanyi ini mirip temanku, tetapi saking seringnya muncul di tv dan berita - berita yang aku baca di internet mau nggak mau aku ikut memperhatikan dan setelah kulihat - lihat ...nii penyanyi mirip sapa yaa...sepertinya familiar banget mukanya, pikirku waktu itu. Ahaaa.....aku baru mengingat...iya yaa...dia mirip Ida, bedanya hanya Ida berjilbab dan Ayu Ting - Ting  nggak. Akhirnya sejak saat itu aku menjuluki temanku itu..... Mizz Ting - Ting.
 
Ayu Ting - Ting



Miss Ting - Ting
                 
                                                                                                                    

Menyusuri waktu





Kadang ingin kukembali memutar waktu dan singgah di masa kecilku menemaniku yang sedang gundah dan memberikan perhatianku padaku sepenuhnya. Ohhh...lihatlah anak kecil itu, aku begitu kasihan melihatku. Untuk anak sekecil itu, untuk anak yang polos dan lugu dan bahkan tidak tau apa - apa, menyimpan sesuatu yang harusnya tidak ada dan tidak perlu. Terheran melihatku, begitu kuatnya aku di masa itu, sekarang saja rasanya aku sudah ingin meledak, dan aku merasakan kekuatanku melemah. Aku tidak bisa lagi sekuat dulu. Haii...nakkk...apa yang terjadi padamu, tanyaku ,,,kenapa kau harus melakukan itu, tidak ada seorang pun yang menyuruhmu melakukannya??tidak ada seorangpun yang diuntungkan dengan kau melakukannya, bahkan dirimu sendiri. Kau hanya akan membuat bingung orang lain dan menyakitimu dirimu sendiri. Tapi dia hanya diam seribu bahasa seraya menggeleng. Aku tahu benar, dia tidak sanggup mengatakan apa - apa, semuanya terlampau rumit. Okayy...yang benar adalah merumitkan sesuatu yang sebenarnya sederhana. Kasihan sekali dia...begitu tertekan tanpa mampu mengungkapkan segalanya. Adikku yang manis ... lihatlah kelakuanmu...lihatlah di masa depanmu dan semuanya tak berubah. Aku kira semuanya sudah selesai, tetapi nyatanya...belum semua...jejak - jejak masa lalu yang masih tertinggal dan melekat kuat..bahkan lebih kuat dari segala energi positif apa pun yang ada..membuat semuanya tidak cukup berpengaruh lagi. Adik kecilku yang manis ....please....say something...sejak kapan...bagaimana..mengapa...apa yang kau inginkan...please...i dont know...I dont know what to do....how could I solve it Kenapa harus seperti itu. Lalu kemudian Astaghfirullah hal Adzim ...aku protes..kenapa harus begitu...apa sebenarnya yang terjadi..kenapa semuanya yang tak ada ini bisa menjadi begitu rumit. Apakah ini semcam takdir di mana aku mesti ikhlas menerimanya atau ada sesuatukah yang bisa ku perbuat.  Aku melihatnya...duduk termenung ..kasian melihatnya...dia tidak sanggup melakukan apa - apa...bahkan untuk membagi bebannya saja dia tidak sanggup. Kemudian luka yang terkorek itu kembali datang , meninggalkan luka baru yang mengingatkanku pada masa silam


@kostku   10.09